Monday 19 December 2022

PUNCAK BUCU

Minggu, 11 Desember 2022.

Hi sobat goweswisata, wah tak terasa ya sekarang kita sudah berada di penghujung Tahun 2022, sebentar lagi kita akan menyongsong tahun baru 2023, semoga kita semua tetap sehat dan optimis bahwa keadaan juga akan terus menjadi lebih baik lagi dari tahun ini.


Nah untuk petualangan goweswisata kali ini kita masih akan berwisata yang nanjak-nanjak hehe… 😁 ayo atur nafas, tenaga, dan semangat untuk menuju ke tempat ini, yup kali ini kita akan menuju ke Puncak Bucu yang berada di Dusun Ngelosari, Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan, Nganyang, Sitimulyo, Kabupaten Bantul, Propinsi DI Yogyakarta.


Secara jarak sebenarnya lokasi ini tidaklah terlalu jauh (hanya sekitar 15km saja dari Basecamp Gowes Wisata), hanya saja karena kali ini rutenya didominasi kontur menanjak jadi lebih baik persiapkan tenaga lebih untuk dorong dan menuntun sepeda.


Setelah mencermati via googlemaps sepertinya rute termudah menuju ke Puncak Bucu adalah melalui Jalan Jogja-Wonosari kearah Kidsfun, nanti sesampainya di perempatan lampu merah Kidsfun kita tinggal belok ke kanan (selatan) dan terus ikuti jalan sampai menyeberangi sungai dan tiba di pertigaan Desa Pagergunung. Dari titik ini sebenarnya ada dua pilihan berdasarkan googlemaps, yaitu jika kita memilih melalui rute untuk jalan kaki bisa melalui Desa Pagergunung yang secara jarak juga lebih dekat sekitar 3km menuju ke lokasi dibanding jika kita memilih rute untuk kendaraan melalui Dusun Banyakan, nah berhubung saya belum pernah ke Puncak Bucu sebelumnya jadi yuk kita coba saja yang jaraknya lebih dekat yaitu melalui rute jalan kaki via Desa Pager Gunung.


Setelah menyeberangi Sungai dan masuk melewati Gapura Desa Pagergunung kita akan menemui pertigaan, dimana jika lurus rutenya datar, dan jika belok kanan medannya menanjak, dan karena tujuan kita adalah “Puncak” Bucu yang notabene pastinya itu tempat berada di ketinggian jadi pilihannya sudah pasti adalah belok ke kanan dan mulai menanjak, ayo semangat.


Derajat kemiringan tanjakan ini terbilang masih gowes-able lah, walau cukup menguras tenaga namun masih bisa dilalui dengan teknik ngicik, medan jalannya juga sudah aspal dan cukup sepi, hanya sesekali saja saya berpapasan dengan pengendara motor milik warga setempat yang membawa rumput untuk pakan ternak mereka.


Mulai memasuki gapura selamat datang desa pertama, jangan senang dulu karena tanjakannya masih panjang.


Setelah melalui rute menanjak yang belok-belok dan entahlah saat ini saya sudah sampai dimana karena sinyal GPS menghilang, akhirnya saya pun bertanya kepada salah seorang warga sekitar dan ternyata jawabannya adalah :”wah kalau ke Puncak Bucu lewat jalur ini (sambil menunjuk ke arah rute jalannya) susah mas kalau bawa kendaraan, jalurnya licin dan berbatu, bisa sih dilalui kalau berjalan kaki, nek njenengan arep gowo pit yo mesti digotong, jaraknya sih memang lebih dekat tapi medannya berat, saya sering lewat jalur ini kalau sedang mencari rumput untuk pakan ternak”. Intinya dari hasil perbincangan tersebut adalah jalur untuk pejalan kaki yang ditunjukkan di googlemaps ternyata ya memang untuk jalan kaki saja, sulit dan berat jika dilalui dengan membawa sepeda (entah digowes, didorong, ataupun digotong) terlebih jika pada malam sebelumnya turun hujan karena medannya bisa dipastikan akan licin. Daripada penasaran seperti apa kondisi jalurnya lebih baik yuk kita coba sebisa dan sekuatnya (namanya juga penasaran)


Mulai masuk jalur trekkingnya dari titik ini


Dan ternyata memang licin beneran jalurnya, jalan corblock semen yang berlumut dan sebagian rusak, alhasil walaupun saya menggunakan sepatu outdoor tetap saja mesti berhati-hati supaya tidak terpeleset karena sol sepatu tidak bisa nge-grip, apalagi ditambah sambil menuntun sepeda, ternyata rutenya sulit sekali (dah dibilangin ini rute untuk trekking malah ngeyel, rasakno kata “mbah google”), apalagi setelah medan jalan corblocknya sudah habis dan berganti jalur berbatu, wah kayanya kali ini harus putar balik nyari rute lain yang lebih aman daripada malah jatuh terpeleset.




Setelah kembali ke titik batas wilayah Desa Pagergunung saya pun kembali bertanya sekiranya ada jalur lain menuju ke Puncak Bucu yang bisa dilalui dengan bersepeda, dan ternyata ada jalan desa yang “agak” muter-muter tapi nanti bisa tembus ke Puncak Bucu, yah pokoknya kesimpulan sementara dititik rute jalan kaki ini adalah saya nyasar hehe…😅


Mulai mencoba jalan desa yang tadi dibilang oleh warga, saya pun memilih untuk menuntun sepeda karena ternyata kondisi jalannya berupa turunan corblock semen yang berlumut dan licin serta basah akibat hujan semalam, untunglah saya juga sudah terbiasa berjalan kaki jadi ya anggap saja sedang jalan santai, yang perlu diwaspadai hanya supaya tidak terpeleset saja karena memang medannya licin.


Setelah berjalan dan terkadang gowes jika medannya datar akhirnya saya pun kembali bertanya kepada beberapa warga yang sedang melakukan kerja bakti kemanakah arah menuju ke Puncak Bucu? Disini saya kembali dijelaskan rutenya (yang cukup bikin mumet karena banyak beloknya) patokannya adalah nanti ketemu pos ronda masih lurus saja ikuti jalan sampai tembus ke jalan aspal yang menanjak, dari situ terus saja menanjak masih jauh (kata-kata “masih jauh” nya juga sepertinya ditekankan untuk mengingatkan bahwa memang jaraknya masih jauh) oke lah tetap semangat walau nyasar, karena nyasar adalah bagian dari petualangan hehe. 😁


View disepanjang rute nyasar ini sebenarnya cukup keren sih, kalian lihat tebing didepan sana? Nah Puncak Bucu berada di atas tebing tersebut (entah tebing yang sebelah mananya, pokoknya ada diatas, namanya juga “Puncak”)


Dan ternyata medan tanjakannya cukup “ahayyyy” sekali, derajat tanjakan yang curam ditambah kondisi medan yang rusak dan licin serta sepi cukup membuat siapapun yang melihatnya pasti menghela nafas, antara nyengir kesal atau menyesal kenapa memilih ke tempat ini, dan seperti biasa di medan seperti ini solusi teraman adalah kombinasi antara gowes dan dorong.


Setelah dorong dan menuntun sepeda yang entah sudah berapa kilometer ini akhirnya dikejauhan saya melihat bagian puncak tebingnya, yeaayyy sampai juga, tampak beberapa bapak-bapak warga lokal yang sedang beristirahat sehabis mencari rumput, saya pun kembali bertanya kalau untuk ke spot Puncak Bucunya lewatnya mana ya? “wah ada dua pilihan mas, kalau mau bawa sepedanya sampai atas bisa melalui situ (sambil menunjuk rute jalan tanah yang sepertinya dibilang rute pun juga bukan karena tidak ada jalannya), atau kalau mau lewat yang akses masuk tangga juga bisa nanti sepedanya digotong saja tapi jalannya lebih jauh lewat sana (sambil menunjuk rute jalan corr yang sepertinya memang lebih jauh sih)”,kata salah seorang Bapak yang beristirahat. Hmmm… enaknya lewat yang mana ya? Berhubung sudah kepalang tanggung nyasar ga jelas dari tadi lebih baik nyoba jalur yang dekat saja kali ya, setidaknya kan tadi Bapaknya bilang sepeda bisa dibawa sampai atas, jadi yuk lah kita coba saja jalur tanah (yang bukan jalur beneran) ini.


Dan ternyata medannya juga berat huahahaha… sepeda mesti di gotong beberapa kali untuk melewati batuan dan semak-semak yang rimbun, tapi didepan sana sudah terlihat beberapa gazebo jadi yah setidaknya kali ini saya berada di jalur yang benar (benar-benar ngaco)



Ternyata rute ga jelas ini tembusnya tepat diujung bagian atas akses tangga yang tadi dibilang oleh si bapak, melihat sekilas kondisi undakan anak tangganya sepertinya kalau tadi melalui rute tangga ini bakalan terasa lebih berat untuk dilalui kalau sambil menggotong sepeda, mungkin nanti pulangnya saja saya coba melalui akses tangga ini.


Dan setelah berjuang melalui semua tanjakan-tanjakan jahanam tadi akhirnya sampai juga di spot ini, Puncak Bucu, sebuah spot yang dahulu sempat hits dikalangan pesepeda lokal dan wisatawan karena menawarkan view pemandangan Kota Jogja dari atas ketinggian atau bahkan untuk camping, dari sini kita bisa melihat keindahan panorama landscape kota Jogja yang super keren sekali sekaligus strategis untuk menikmati pemandangan matahari terbenam dan view merapi dikejauhan jika cuaca sedang cerah, sayangnya karena akses menuju ke lokasi ini sangat sulit akhirnya saat ini spot ini kembali sepi, beberapa gazebo masih tampak berdiri namun terbengkalai, fasilitas-fasilitas swafoto dan gardu pandang yang dahulu pernah ada juga kini tampak rusak, tidak ada warung dan toilet, bahkan tulisan icon Puncak Bucu sendiri kini penuh dengan coretan vandalisme tangan-tangan usil, sungguh sangat disayangkan sekarang kondisinya seperti ini padahal tempat ini memiliki potensi wisata untuk dikembangkan jika saja akses untuk menuju ke tempat ini diperbaiki dan dipermudah.










Setelah puas berkeliling dan mengambil beberapa dokumentasi foto saya pun memutuskan untuk menyudahi petualangan gowes wisata hari ini, setidaknya target kali ini tercapai, nanti sesampainya dirumah PR-nya hanya tinggal menulis catatan perjalanan dan ulasan mengenai tempat ini saja, dan untuk rute pulangnya saya pun memilih untuk mencoba rute tangga yang tadi saya lewati (dan ternyata tembusnya beda dengan rute berangkat sebelumnya, ini rute yang mana lagi ya? Sepertinya untuk pulang pun saya harus nyasar lagi)


Dari bawah undakan anak tangga tadi sebenarnya ada semacam lahan atau area untuk parkir kendaraan, akses jalannya pun tadi masih ditutup untuk kendaraan roda 4 karena masih dalam pengerjaan, semoga saja kedepannya akses jalan ini cepat selesai dan lebih mudah untuk dilalui oleh semua kendaraan sehingga spot Puncak Bucu ini bisa kembali ramai oleh wisatawan.


Dan setelah melalui rute pulang yang berbeda ini namun masih tetap belok-belok akhirnya sesampainya di bagian bawah tebing, saya baru ngeh jika ternyata rute ini adalah rute menuju ke Makam Sunan Geseng atau Jolosutro yang menurut beberapa teman pesepeda termasuk rute tanjakan yang cukup sadis, oalah pantesan tadi pas turunan derajatnya lumayan curam dan panjang bener turunannya, ternyata ini rute Jolosutro toh yang biasanya para pesepeda melalui rute ini untuk menanjak, namun saya melaluinya untuk menurun, dan dari sini tidak berapa lama kemudian untuk menuju ke Jalan Raya utama ternyata akses masuknya bisa melalui rute menuju ke Watu Wayang (kalau dari jalan raya utama Jogja-Wonosari jika kalian hendak menuju ke Watu Wayang nanti setibanya di pertigaan Pohon Asem kalian berbelok ke kiri, namun untuk ke Puncak Bucu melalui rute pulang saya barusan maka kalian tinggal ambil arah yang ke kanan menuju ke Jolosutro)


Bagaimana setelah tahu seperti apa suasana Puncak Bucu dan kondisi akses menuju kesana apakah kalian tertarik untuk mencobanya? Overall tempatnya sangat keren kalian tidak akan menyesal berkunjung ke tempat ini, namun pastikan kondisi kendaraan dan stamina kalian fit ya, baiklah sampai bertemu lagi di petualangan gowes wisata berikutnya.

No comments:

Post a Comment