Friday 16 September 2022

APA YANG HARUS DISIAPKAN SEBELUM MELAKUKAN PERJALANAN BERSEPEDA JARAK JAUH ; PANGAN DAN P3K

Baiklah pada post kali ini saya akan berbagi tips dan trick seputar bagaimana merencanakan dan mempersiapkan barang-barang bawaan sebelum kita melakukan perjalanan bersepeda jarak jauh, oya tips ini juga bisa diterapkan untuk kalian yang suka traveling atau backpackeran lho sehingga tidak terbatas khusus untuk pesepeda saja. 🙂


Sebelum melangkah lebih jauh ada sedikit disclaimer bahwa set up pada postingan ini bukanlah merupakan sebuah aturan baku yang wajib diikuti secara saklek, karena masing-masing set up nantinya pasti akan berbeda antar individu sesuai dengan gaya dan karakter perjalanan masing-masing, beberapa mungkin ada yang membawa lebih banyak perlengkapan dan sebagian lagi mungkin ada juga yang membawa lebih sedikit, intinya semua tergantung fleksibilitas kalian masing-masing dalam beradaptasi dengan situasi yang nantinya akan kalian hadapi disepanjang perjalanan.


Untuk mempermudah pembahasan maka saya akan membagi perlengkapan-perlengkapan tersebut menjadi 5 kategori, antara lain :

- Sepeda dan toolkit

- Sandang dan toiletries

- Pangan dan P3K

- Papan dan outdoor gear

- Elektronik device


Masing-masing kategori nanti akan saya ulas secara bertahap dalam post yang terpisah supaya lebih detail dan terfokus. Dan untuk post kali ini kita akan memulainya dengan kategori “Pangan dan P3K”. Siap? Yuk kita mulai.


Management Packing


Sesuai dengan teori kebutuhan Maslow yang menjelaskan bahwa kebutuhan paling mendasar manusia adalah kebutuhan fisiologis, dimana didalamnya terdapat kebutuhan primer yaitu sandang, pangan, dan papan, maka tentu saja semua poin kebutuhan primer tersebut harus kita utamakan dalam mempersiapkan sebuah rencana perjalanan, karena perjalanan tersebut nantinya merupakan sebuah tantangan tersendiri dimana kita akan keluar dari zona nyaman pola rutinitas dan suasana yang asing, jauh berbeda dengan apa yang biasa kita alami sehari-hari, jadi tentunya sedikit banyak pasti akan ada mental shock ketika kita dihadapkan pada situasi yang tidak terlalu nyaman jika dibandingkan dengan kehidupan normal kita sehari-hari.


Pada awal-awal perjalanan mungkin hal tersebut tidaklah terlalu terasa karena biasanya kita masih terlalu excited atau bersemangat dengan petualangan tersebut, namun setelah beberapa hari dan setelah menempuh rute atau medan serta situasi yang cenderung sulit dan melelahkan barulah mental kita akan mulai diasah dan dilatih untuk beradaptasi dengan semua kesulitan tersebut.


Disaat semua rasa lelah tersebut mendera maka pastinya sebagai manusia biasa merupakan hal yang wajar bila kita cenderung mengalami ketidakstabilan emosional, entah itu rasa kesal, rasa ingin menyerah, mempertanyakan alasan kenapa kita melakukan hal ini, dan lain sebagainya. Semua luapan emosional tersebut jika tidak ditangani dengan baik bisa berujung kepada rasa depresi atau stress, terlebih jika kebutuhan primer kita tidak tertangani dengan baik, bayangkan saja sudah pikiran kita stress, badan lelah eh masih ditambah lagi dengan kondisi perut yang kosong, pakaian yang bau, dan shelter atau tempat beristirahat yang masih belum jelas akan stay dimana untuk hari ini?


Untuk itulah pengetahuan tentang management packing sangat diperlukan sebelum melakukan perjalanan seperti ini, apa saja yang harus dibawa? Seberapa banyak bawaan kita? Bagaimana mengemasnya kedalam tas atau pannier supaya tidak overload dan terlalu berat? Kualitas dari setiap barang yang dibawa untuk jangka panjang? Semua hal tersebut harus benar-benar kita pikirkan untuk meminimalisir kendala atau resiko kedepannya jika secara real-time kita dihadapkan pada situasi sesungguhnya.


Saya pun melakukan beberapa kali perubahan set-up bawaan sepanjang perjalanan petualangan goweswisata, mencoba mencari yang terbaik dan efisien sampai akhirnya tiba dititik postingan ini, dimana sepertinya set-up kali ini merupakan yang paling cocok dan sesuai dengan karakter perjalanan saya.


Pangan dan P3K



Keterangan Gambar :

1. Tabung Gas Canister 220gr

2. Kompor Ultralight

3. Korek Api Gas

4. Windshield

5. Teko

6. Nesting

7. Gelas Multifungsi

8. Plat Dudukan Teko/Nesting

9. Piring Kecil

10. Spatula

11. Sodet

12. Pot Gripper

13. Talenan

14. Centong Kecil

15. Pisau Dapur

16. Mangkok Lipat

17. Baskom Lipat

18. Lunch Box Lipat

19. Sendok, Garpu Lipat

20. Pisau Lipat

21. Perlengkapan Cuci Piring

22. Perlengkapan Cuci Piring

23. Lap

24. Gunting


Cooking set merupakan salah satu aspek terpenting dalam perjalanan ini, karena jika perut dalam keadaan kosong tentu akan membuat kita kesulitan untuk berpikir secara jernih, biasanya saat lapar justru rasa emosional akan meningkat sehingga keputusan yang diambil biasanya didominasi oleh faktor emosional sesaat tanpa pertimbangan logis jangka panjang.





Untuk perjalanan selama 1 mingguan biasanya saya hanya membawa 1 buah tabung gas canister 220gr saja, itu pun kebanyakan hanya dipakai untuk membuat teh saat malam hari sembari beristirahat, karena di Negara Indonesia ini (terutama Pulau Jawa,dan Bali) tidak terlalu sulit untuk mencari penjual makanan, hampir disetiap ruas jalan yang saya lalui pasti akan ada penjual makanan pinggir jalan, baik itu restoran, minimarket, warung makan, hingga angkringan, harganya pun cukup terjangkau dengan porsi yang bisa bikin kenyang, selain itu juga lebih efisien secara waktu. Kalaupun untuk melakukan perjalanan lebih dari 1 minggu (misal 1 bulan) saya biasanya membawa tambahan 1 buah tabung gas canister lagi, dan melakukan refill gas di toko oudoor yang menyediakan jasa isi ulang tabung gas.




Sedangkan untuk kompor yang saya gunakan saat ini adalah jenis ultralight merk hewolf, setelah mencoba beberapa jenis dan model kompor mini portable camping mulai dari yang menggunakan selang hingga yang versi murah meriah, akhirnya saya memutuskan menggunakan model ultralight seperti ini karena selain ukurannya yang cenderung lebih ringkas (hanya 6cm saat dilipat) dan ringan, model kompor tanpa tambahan selang gas ini juga lebih efisien saat digunakan di medan yang memiliki suhu dingin, cara pemasangan ke tabung gas canisternya pun juga cukup mudah, hanya tinggal memutar sesuai ulirnya, sedangkan jika kita menggunakan tabung gas model hicook yang banyak beredar dipasaran maka kita harus membeli adapter tambahannya supaya bisa cocok dengan kepala tabung gasnya, saat melakukan perjalanan yang lebih dari 1 minggu biasanya saya juga membawa adapter tambahannya untuk berjaga-jaga jika sewaktu-waktu sulit menemukan tempat pengisian ulang tabung gas canister, karena tabung gas model hicook relatif lebih mudah ditemukan dipasaran daripada menemukan tempat pengisian ulangnya.





Windshield atau penahan angin merupakan lembaran plat dengan ketinggian sekitar 24cm yang bisa dilipat saat dipacking, biasanya digunakan untuk melindungi nyala api kompor dari terpaan angin, supaya nyala api tetap stabil, terfokus dan makanan cepat matang.




Karena saya penikmat teh hangat maka teko menjadi salah satu bawaan wajib bagi saya untuk dibawa kala melakukan perjalanan jauh, rasanya badan dan pikiran menjadi lebih rileks kala menikmati teh hangat di malam hari sembari beristirahat sehabis melakukan gowes seharian. Saya membeli teko ini di salah satu swalayan karena tertarik melihat ukurannya yang cukup ringkas dengan diameter sekitar 14cm dan sudah dilengkap dengan saringan teh didalamnya, praktis bukan? harganya pun juga lebih murah dibandingkan dengan harga teko khusus camping yang banyak dijual di toko peralatan outdoor.



Peralatan nesting atau cooking pot saya menggunakan model DS-301 yang memiliki kapasitas cukup besar, bisa digunakan untuk memasak bagi porsi 3 orang, materialnya cukup bagus dan tidak lengket, dengan ukuran frying pan berdiameter 17cm, pot besar diameter 16cm, dan pot sedang berdiameter 14cm, biasanya saya menggunakannya untuk membuat nasi, sayur sop, dan telur dadar. Cara packingnya sendiri cukup ringkas, tinggal masukkan pot sedang kedalam pot besar, sedangkan frying pan menjadi alas bagi pot besar, biasanya didalam panci pot ukuran sedang saya masukkan gelas multifungsi berdiameter 7cm dengan ketinggian 7,5cm (biasa digunakan untuk mengocok telur) sekalian, dan terakhir tinggal letakkan piring kecil berdiameter 15cm dalam keadaan terbalik diatas tutup panci pot ukuran besar, lalu packing semuanya kedalam pouchnya.







Plat dudukan panci sebenarnya merupakan plat bekas dudukan kompor alcohol (alcohol stove) merk eiger, saya menggunakannya untuk menaruh teko teh atau panci yang sudah selesai digunakan dan masih panas sembari menggunakan kompor untuk memasak makanan lainnya, plat ini terdiri dari 3 buah bagian yang dapat dirangkai menjadi segitiga, cukup praktis dan berguna.




Spatula dan sodet saya menggunakan yang berbahan silicon tahan panas dan sudah BPA free atau food grade sehingga aman digunakan untuk memasak pada suhu tinggi, bentuknya juga cukup ringkas dengan panjang spatula sekitar 27cm, dan sodet 30cm, materialnya juga aman untuk nesting karena tidak menggerus lapisan nesting, jauh lebih efisien dan aman jika dibandingkan menggunakan spatula atau sodet berbahan stainless steel.



Pot gripper atau pegangan panci merupakan peralatan darurat untuk berjaga-jaga jika sewaktu-waktu terjadi masalah pada pegangan panci bawaan, bentuknya cukup praktis mirip tang, bobotnya juga cukup ringan.



Talenan atau cutting board merupakan alas untuk memotong bahan makanan, kalian bisa menemukannya dengan mudah di berbagai swalayan terdekat, tinggal cari sesuai selera (harga, ukuran, dan warna) kalian masing-masing.



Centong mini merupakan bawaan dari nesting DS-301, bentuknya cukup ringkas untuk mengambil nasi dari dalam panci, sedangkan untuk sendok dan garpu selain menggunakan sendok dan garpu lipat merk 511, saya juga membawa 3 sendok rumahan biasa (1 sendok kecil panjang untuk mengocok telur, 1 sendok teh, dan 1 sendok biasa) dan 1 garpu biasa. Saya juga membawa 1 buah pisau dapur biasa selain juga membawa pisau lipat merk SOG yang saya letakkan terpisah (biasanya saya letakkan dalam tas yang mudah diakses bersama dengan lunch box, sendok dan garpu lipat 511).




Mangkok lipat menggunakan bahan silicon yang sudah food grade dan terdiri dari 3 buah mangkok yang berbeda-beda ukurannya, dimana mangkok besar berdiameter 17cm dengan tinggi 8cm, mangkok sedang berdiameter 13cm dengan tinggi 7cm, dan mangkok kecil berdiameter 10,5cm dengan tinggi  6cm. jika dipacking dalam keadaan terlipat ketiganya maka semua menjadi satu kesatuan dengan dimensi diameter 19cm dan tinggi hanya 5cm. saya biasanya menggunakan mangkok ini sebagai pengganti piring saat makan.





Baskom lipat merupakan produk dari brand Naturehike, saat dipacking besarnya hanya seukuran telapak tangan saja, biasanya saya menggunakannya untuk menampung air saat mencuci peralatan memasak.





Lunch box atau kotak tempat makan juga menggunakan bahan silicon foodgrade yang bisa dilipat saat sedang tidak digunakan, memiliki kapasitas 1200ml dengan ukuran saat tidak terlipat yaitu 21,7cm x 13,8cm x 6,5cm (PxLxT), biasanya saya menaruhnya secara terpisah dari perlengkapan cooking set lainnya.





Dan yang terakhir adalah peralatan mencuci yang terdiri dari botol sabun cuci piring, sabut cuci piring, dan kotak untuk wadah air yang sekaligus juga berfungsi sebagai wadah penyimpanannya saat sedang tidak digunakan.




Sebenarnya masih ada beberapa barang lagi yang seharusnya masuk kedalam list bawaan saya seperti gelas lipat, langsam dan kain tile untuk memasak nasi, serta gelas takar untuk beras. Saat ini saya belum memilikinya tetapi semuanya sudah menjadi target perlengkapan untuk dilengkapi secepatnya.


Sedangkan untuk wadah bahan makanan seperti telur, beras dan gula, saya juga membawa wadah toples masing-masing dengan kapasitas egg holder untuk 6 butir telur, 1kg beras dan gula (cukup untuk 1 mingguan), selebihnya seperti teh, garam, sambal, kecap, dan minyak goreng serta sayuran biasanya saya hanya menggunakan tas plastik kresek untuk mempackingnya.



Last but not least adalah P3K atau perlengkapan medis, biasanya yang sering saya bawa adalah hand sanitizer, salep untuk kram otot, minyak kayu putih, betadine, hansaplast, perban, dan obat-obatan pribadi.


Kurang lebih seperti itulah set-up kategori Pangan dan P3K yang biasa saya bawa, semua muat dalam 1 pannier kecil depan, sedangkan untuk beras dan gula biasanya saya letakkan kedalam pannier lainnya, dan untuk lunch box. Sendok garpu lipat, dan pisau lipat biasanya saya letakkan di keranjang sepeda atau tas frame yang mudah diakses.



Bagaimana cukup sederhana bukan set-up kali ini? pada akhirnya semua perlengkapan dasar ini sebenarnya sudah cukup untuk menunjang aktivitas di perjalanan kita sehari-hari, bahkan bisa diterapkan di keseharian (jika kita termasuk golongan anak kost atau pasangan muda yang masih berjuang di rumah kontrakan), seiring waktu saya pun mulai menyadari dan memahami bahwa sebenarnya dalam hidup ini apa yang kita butuhkan ternyata tidaklah sebanyak apa yang kita inginkan, keinginan adalah suatu hal yang lumrah tetapi apakah semua keinginan itu benar-benar kita butuhkan untuk menunjang kehidupan kita ataukah pada akhirnya semua keinginan tersebut justru akan memberatkan langkah kita dalam mencapai tujuan? Jawabannya ada pada keputusan kalian masing-masing.


Baiklah sekian dulu ulasan tentang management packing edisi “Pangan dan P3K”, untuk post berikutnya kita akan membahas kategori management packing yang lainnya, yang terpenting tetap persiapkan rencana perjalanan kalian sebaik mungkin, pelajari seluk beluknya, lalu lakukan, nikmati perjalanan serta petualangan kalian, rasakan setiap detail suasananya, jadilah traveler yang cerdas dan beretika, salam gowes wisata. 🙂