Sunday 12 June 2022

GALPENTJIL HERITAGE

Sabtu, 11 Juni 2022.

Halo sobat goweswisata dan pecinta dunia jalan-jalan, pada post kali ini saya akan mengulas sebuah tempat yang saat ini masih terus dikembangkan menjadi spot wisata baru di dekat perbatasan Jogja – Jawa Tengah, tepatnya berada di Padukuhan Galpentjil, Pereng Wetan, Pereng, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, letaknya sendiri terbilang cukup strategis karena berdekatan dengan beberapa obyek wisata populer lainnya seperti Candi Prambanan dan Candi Sewu, Candi Plaosan, Candi Sojiwan, Spot Riyadi, dan Candi Ratu Boko. Daripada berlama-lama yuk kita segera menuju ke Galpentjil Heritage.



Galpentjil Heritage, yup begitulah nama tempat ini, kenapa dinamakan seperti itu? Jawabannya mudah saja yaitu karena lokasinya berada di Padukuhan Galpentjil berbatasan langsung dan berada dibawah perbukitan seribu, Sleman, DI Yogyakarta. Memanfaatkan tanah kas desa seluas kurang lebih 7,5 hektar namun hingga saat ini baru sekitar 2,5 hektar saja yang sudah dikembangkan, pembangunan spot wisata Galpentjil Heritage ini dimulai sejak bulan Juni Tahun 2019 dengan besar anggaran yang sudah digelontorkan mencapai sekitar 200-300 juta dari total miliaran yang dibutuhkan, dan telah diresmikan oleh Bupati Klaten pada Tanggal 21 Juni 2021, walaupun sempat terkendala oleh masa pandemi covid19 namun sampai saat ini proses penataan dan pembangunan fasilitas pendukung tambahan juga masih terus dilakukan supaya kelak tempat ini dapat meningkatkan pendapatan asli desa (PaDesa) dan menjadi salah satu unit BUMDesa (Badan Usaha Milik Desa).



Untuk menuju ke tempat ini aksesnya terbilang cukup mudah karena kalian bisa menggunakan rute seperti saat menuju ke Spot Riyadi, bedanya hanya jika untuk menuju ke Spot Riyadi kalian harus melalui rute menanjak, nah untuk ke Galpentjil Heritage kalian tinggal belok ke kiri sebelum melalui medan menanjak, tepatnya setelah melewati SMPN 2 Prambanan Klaten, supaya lebih mudah kalian juga bisa mengikuti rutenya via googlemaps dengan keyword “Galpentjil Heritage”.


Spot wisata ini sebenarnya hanya memanfaatkan sebuah batuan seperti bukit yang dibagian atasnya dibangun gapura bergaya arsitektur Bali dan juga sebuah gardu pandang untuk menikmati keindahan panorama matahari terbit dan terbenam, keberadaan gapura ini juga menjadi daya tarik utama bagi wisatawan karena sering dimanfaatkan sebagai spot favorit berswafoto, selain itu dari atas ketinggian bukit ini kalian juga bisa menikmati view persawahan, perbukitan seribu, Candi Prambanan dan Candi Sewu di kejauhan, serta jika kalian beruntung terkadang Gunung Merapi juga terlihat muncul sebagai background panorama sekitar, menarik bukan?








Selain itu beberapa fasilitas pendukung yang sudah dibangun disekitar lokasi ini antara lain berupa tempat kuliner, bangku-bangku taman, pendopo, gazebo, toilet umum, dan area parkir. Kedepannya menurut rencana juga akan dibuat area outbond, camping ground, serta pasar tradisional yang menjual aneka jajanan pasar.



Sementara ini belum ada retribusi yang dikenakan jika kalian berkunjung kesini atau dengan kata lain masih gratis, suasana disekitar lokasi ini juga terbilang cukup tenang sehingga cocok bagi kalian yang sudah jenuh dengan hiruk pikuk suara kendaraan, saat ini kebanyakan yang berkunjung kesini adalah komunitas sepeda lokal dan wisatawan umum yang suka blusukan mencari spot wisata alternatif murah-meriah.





Jadi tunggu apalagi? Jika kalian kebetulan sedang berwisata disekitar wilayah Prambanan, jangan lupa sempatkan untuk berkunjung ke tempat ini dan selamat menikmati ketenangan dan indahnya panorama matahari terbit atau tenggelam dari atas Bukit Pereng, oya jangan lupa untuk tetap menjaga kebersihan dari setiap tempat wisata yang kalian kunjungi ya, selamat ber-goweswisata 🙂.

Monday 6 June 2022

GOA JEPANG PENGKLIK MADUREJO

Sabtu, 4 Juni 2022

Masih dalam rangkaian Gowes Wisata Sejarah, kali ini kita akan berkunjung ke Goa Jepang yang berada di lereng Bukit Pengklik, Madurejo. Loh memangnya ada Goa Jepang disana? Nah sepertinya masih banyak yang belum tahu mengenai keberadaan Goa Jepang yang satu ini, memang sih tempat ini belum sepopuler Goa Jepang yang ada di Sentonorejo (dekat Candi Abang), atau Goa Jepang Surocolo, maupun Goa Jepang di Kaliurang, tetapi justru karena belum populer jadi marilah yuk kita sama-sama coba cari tahu (bukan tempe) 😁



Goa Jepang Pengklik Madurejo tepatnya berada di Dusun Pengklik, Beloran, Desa Madurejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Propinsi DI Yogyakarta. Untuk lokasi dan rute detailnya kalian juga bisa lihat di googlemaps dengan keyword “Wisata Pengklik Madurejo”.







Lokasinya sendiri sebenarnya berada tidak begitu jauh dari obyek wisata lain seperti Lava Bantal, Embung Tegaltirto, Goa Sentono, Candi Abang, dan Goa Jepang Sentonorejo. Menurut cerita masyarakat sekitar Goa Jepang Pengklik ini sebenarnya merupakan tembusan atau tersambung dengan Goa Jepang yang berada di wilayah Sentonorejo, hmmm… bisa jadi sih mengingat lokasinya yang sebenarnya tidak terlalu jauh, walaupun begitu Goa Jepang di Dusun Pengklik ini memiliki perbedaan dengan Goa Jepang yang berada di Sentonorejo, yaitu jika pintu masuk Goa Jepang di Sentonorejo berupa batuan tebing yang digali membentuk akses terowongan masuk, sedangkan untuk Goa Jepang Pengklik ini pintu masuk dan dinding depannya tersusun dari bata merah dan putih yang berbentuk melengkung setengah lingkaran pada bagian atasnya.





Menurut sejarahnya Goa ini merupakan peninggalan zaman penjajahan Jepang era Perang Dunia II Tahun 1942, dimana pada waktu itu banyak warga sekitar Prambanan dan Piyungan yang harus menjadi korban saat proses pembuatan Goa ini akibat sistem kerja paksa atau Romusha yang dilakukan secara sadis oleh penjajah Jepang. Goa ini dibuat sebagai tempat pertahanan, pengintaian, dan penyusunan strategi oleh tentara Jepang pada waktu itu. Seperti lazimnya Goa Jepang yang lain, konstruksi Goa Jepang Pengklik ini juga memiliki lorong-lorong yang rumit dengan bukaan yang tidak terlalu lebar, terdapat sekitar 15 bukaan Goa namun sayangnya beberapa lorong saat ini dalam keadaan tertutup atau tertimbun oleh pasir dan tanah, serta terlalu beresiko untuk dilakukan penggalian lebih lanjut dikarenakan struktur yang rapuh, sehingga saat ini hanya tersisa satu pintu masuk terowongan saja yang bisa diakses, itu pun bagi pengunjung tidak diperbolehkan untuk masuk terlalu dalam, maksimal hanya sekitar 2-3 meter saja dengan alasan keamanan dan harus seijin warga terlebih dahulu.




Dibagian atas Bukit Pengklik ini juga terdapat Makam Abdi Dhalem Keraton Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta yang dibangun sekitar Tahun 1700-an, sehingga bagi kalian yang suka berwisata religi juga bisa mampir dan belajar mengenai sejarah Joga masa lalu.


Selain menonjolkan wisata sejarah berupa Goa Jepang, warga sekitar juga berusaha mempercantik dan menata lingkungan sekitar tempat ini dengan membuat beberapa fasilitas pendukung seperti bangku dan meja taman, tempat kuliner, tempat sampah, toilet umum, Mushalla, area bermain anak (sayangnya saat ini kondisinya kurang terawat), bangunan Pendopo (yang sedang dalam perbaikan karena sebelumnya sempat roboh terkena angin kencang), dan spot untuk berswafoto berupa jembatan bambu ditengah area persawahan.







Untuk akses masuknya sendiri tempat ini bisa dilalui oleh kendaraan roda dua dan empat, area parkir kendaraan juga sudah ada dan masih terus diperluas, sedangkan untuk tarif retribusi berkunjung ketempat ini sementara masih gratis, hanya ada kotak sumbangan seikhlasnya saja.








Jadi bagi kalian yang ingin mencari ketenangan sembari menikmati pemandangan dan suasana persawahan, sepertinya kalian harus coba main ke tempat ini, sambil berwisata sejarah kalian juga bisa berwisata modern dengan berswafoto ala instagramable disini, dan yang terpenting tetap jaga kebersihan dari setiap tempat wisata yang kalian kunjungi ya, selama ber-goweswisata 🙂





Wednesday 1 June 2022

TAMAN RAJA BALITUNG

Selasa, 31 Mei 2022

Hi sobat goweswisata dan penikmat dunia jalan-jalan semuanya, sepertinya sudah lama kita tidak mengulas wisata sejarah ya? Nah kali ini Gowes Wisata akan mereview sebuah spot wisata sejarah yang sekaligus punya nilai plus karena memiliki view wisata alam yang tak kalah menarik, pokoknya spot kali ini sangat cocok untuk kalian yang suka sejarah, bermain air, berenang, camping, maupun hanya sekedar kumpul-kumpul bersama orang terdekat, dan pastinya tempat ini juga aman untuk anak-anak. Daripada berlama-lama yuk kita mulai mengulas tempat yang bernama Taman Raja Balitung ini.



Taman Raja Balitung, pastinya banyak dari kalian semua (termasuk saya sendiri) yang tidak tahu siapa itu Raja Balitung, kebanyakan pasti berpikir kalau Balitung yang dimaksud mungkin berhubungan dengan Balitong atau Belitung, sayangnya tebakan kita semua ternyata salah karena Raja Balitung yang memiliki nama lengkap Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung Sri Dharmodaya Mahasambu ternyata adalah seorang  pemimpin Kerajaan Mataram Kuno dari Wangsa Sanjaya yang memerintah sekitar Tahun 899-911 Masehi, dimana kekuasaannya meliputi wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Bali.


Hal ini diketahui berdasarkan isi Prasasti Syiwagrha yang ditemukan disekitar Candi Prambanan, Prasasti berangka Tahun 778 Saka (856M) ini ditulis pada masa pemerintahan Rakai Pikatan. Saat ini prasasti tersebut telah dipindahkan dan disimpan di Museum Nasional di Jakarta.


Selain prasasti Syiwagrha, bukti sejarah lain mengenai jejak Raja Balitung juga ditemukan pada  Prasasti Tlu Ron yang berangka Tahun  822 Saka (900M) yang ditemukan di sekitar halaman situs Candi Kedulan pada Bulan Juli  Tahun 2015 lalu, dimana isi prasasti tersebut bercerita tentang kisah Raja Balitung yang kala itu sedang berburu burung dan kemudian beristirahat serta mandi di sebuah telaga mata air, kemudian Sang Raja menyuruh bawahannya untuk membangun dawuhan atau Bendung untuk kepentingan bangunan suci Parhyangan Haji di wilayah Tlu Ron yang saat ini diketahui bahwa bangunan suci yang dimaksud ternyata adalah situs Candi Kedulan.


Berdasarkan keterangan dari prasasti-prasasti tersebut para ahli sejarah mencoba mencari keberadaan telaga mata air yang dimaksud, dimana dijelaskan juga bahwa lokasi telaga tersebut berada di sebelah Timur tak jauh dari bangunan suci Parhyangan Haji, kemudian setelah dilakukan analisa berdasarkan arah aliran air atau sungai maka diketahui bahwa telaga yang digunakan untuk pemandian Sang Raja waktu itu ternyata berada di wilayah Jongkangan, tepatnya saat ini berada di Dusun Jongkangan, Desa Tamanmartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Propinsi DIY.


Hal ini diperkuat dengan ditemukannya batuan andesit yang merupakan batu penyusun bangunan Candi yang tersebar disekitar wilayah Jongkangan, beberapa yang sudah berhasil ditemukan antara lain berupa batuan bagian atas pintu gerbang masuk Candi, batuan dinding dan umpak candi, serta beberapa bagian candi lainnya yang telah didata oleh dinas kepurbakalaan, sayangnya hingga kini belum ada tindak lanjut dari dinas terkait untuk memindahkan batuan tersebut ke tempat yang lebih aman untuk mencegah kerusakan, karena beberapa dari batu candi tersebut hingga kini masih tergeletak begitu saja sejak awal ditemukan, bahkan sebagian batu akhirnya malah digunakan sebagai alas untuk mencuci pakaian oleh warga sekitar.



Awalnya warga sekitar juga tidak mengetahui jika sumber mata air dan kolam  yang berada di wilayah mereka ternyata merupakan bekas pemandian Raja Balitung, mereka hanya mengetahui bahwa sumber mata air ini sudah ada sejak zaman kakek-nenek mereka dan kerap digunakan untuk mandi dan berenang oleh warga sekitar dan anak-anak kecil di wilayah tersebut, namun sejak instansi terkait menjelaskan perihal bukti sejarah dari Raja Balitung ditambah dengan adanya penemuan beberapa batuan candi yang tersebar disekitar lokasi hingga pekarangan rumah warga maka mulailah warga mendapat pendampingan dari pihak yang lebih kompeten untuk mulai mengelola wilayah tersebut menjadi spot wisata alam dan sejarah.



Sebelum tempat ini dijadikan spot wisata Taman Raja Balitung, sumber mata air yang ada awalnya sempat ingin digunakan oleh sebuah perusahaan penyedia jasa air minum sebagai sumber air produk mereka, tawaran kerjasama ini sempat disodorkan oleh pihak perusahaan kepada warga sekitar, namun setelah melalui musyawarah bersama seluruh warga desa akhirnya diputuskan untuk menolak tawaran kerjasama tersebut karena warga kuatir jika akhirnya proses penyedotan tersebut justru akan membawa lebih banyak dampak negatif bagi lingkungan mereka seperti rusaknya akses jalan karena dilalui oleh truk-truk pengangkut air, hingga yang terparah adalah rusaknya sumber mata air akibat penebangan pepohonan untuk mempermudah akses truk tersebut.



Sejak itulah sekitar Tahun 2018 lalu warga pun mulai bergotong-royong merapikan dan menata tempat ini yang merupakan tanah kas desa  seluas kurang lebih 3 hektar (namun baru digunakan 1 hektar saja) menjadi sebuah spot wisata yang kini diberi nama Taman Raja Balitung, sebagian pembiayaan mendapat bantuan dari pihak pengelola Prambanan, sedangkan pendampingannya dilakukan oleh pihak UGM.




Selama pandemi covid melanda sekitar akhir Tahun 2019 – 2022  aktivitas pengelolaan dan penataan tempat ini sempat terhenti selama 2,5 tahun, hal ini membuat suasana dan kondisi tempat ini menjadi agak terbengkalai, namun kini setelah kondisi kembali kondusif dan pandemi mulai mereda maka penataan dan pembangunan pun mulai kembali dilakukan, setiap sore beberapa warga terlihat bergotong royong membersihkan tempat ini.


Beberapa fasilitas pendukung seperti toilet umum, Mushalla, listrik dan penerangan, tempat sampah, penyebaran bibit ikan, gazebo, dan bangku-bangku sudah ada, beberapa kegiatan seperti pasar kuliner tadisional dan senam sehat juga diadakan setiap Hari Minggu Pahing, kedepannya menurut pihak pengurus juga akan diadakan kegiatan seni seperti Jathilan dan tari tradisional mengingat hampir sebagian besar para penari pentas Ramayana di Prambanan kebetulan adalah warga sekitar, selain itu nantinya juga akan dibuat fasilitas dolanan anak seperti ayunan, egrang, jungkat-jungkit dan lainnya, bagi penyuka aktivitas camping kalian pasti senang karena disini kalian boleh melakukan camping, tentunya setelah meminta ijin terlebih dahulu kepada warga dan pengurus.





Bagi wisatawan yang suka bermain air pun tidak perlu kuatir akan faktor keamanannya karena aliran air disini bersumber dari mata air sehingga airnya tetap jernih dan debitnya tidak deras layaknya aliran sungai besar (sehingga aman dari banjir walaupun terjadi hujan lebat), namun spot yang paling asyik untuk berenang sebenarnya adalah dibagian kolam yang sering digunakan oleh warga sekitar untuk mandi yang lokasinya berada di tempat terpisah berjarak kurang lebih 100 meter dari pintu masuk Taman Raja Balitung, kolamnya berukuran lebih besar namun tidak terlalu dalam (hanya sepaha orang dewasa), airnya berkarakter tenang dan berwarna jernih kebiruan seperti di Blue Lagoon Jogja, sumber airnya sendiri juga berasal dari mata air yang belum pernah kering.






Cara termudah jika kalian ingin berkunjung ke Taman Raja Balitung (gmaps “Taman Raja Balitung”) patokannya adalah dari Candi Kedulan ke Timur -  perempatan – masih ke Timur -  menyeberang Jembatan/sungai – disebelah kiri/Utara ada jalan masuk -  masuk ke Utara dalam dusun -  pertigaan -  ambil kiri ikuti jalan – ada Makam 1 (kalau ingin langsung berenang lihat ada pos ronda sebelum makam sebelah kiri – masuk kiri), kalau ingin ke area utama Taman Raja Balitung dari makam 1 – masih terus ke Utara – ada makam 2 – samping makam ada jalan masuk ke kiri – masuk kiri -  sampai.



Akses menuju ke tempat ini bisa dilalui oleh kendaraan roda dua dan roda empat, lahan parkir juga telah tersedia di lapangan dekat Makam, sejauh ini belum ada tarif masuk resmi alias masih gratis, hanya ada kotak sumbangan seikhlasnya yang berada tepat di depan undakan tangga akses masuk Taman Raja Balitung. Jadi bagaimana apakah kalian tertarik berkunjung ke tempat ini? yang pasti tetap jaga kebersihan dari setiap lokasi wisata yang kalian kunjungi ya, selamat ber-goweswisata 🙂