Tuesday 4 September 2018

CHAPTER 46; PENANGKARAN BUAYA TERITIP

Memulai petualangan goweswisata hari pertama di Kota Balikpapan ini enaknya ngapain ya? Oya di Kota ini kami juga mendapat seorang sahabat baru sesama rekan pesepeda, dimana perkenalan antara kami dengan Beliau yang bernama Mas Danang ini berawal dari sosial media yang akhirnya setibanya kami di Kota Balikpapan ini perkenalan dari dunia maya itu pun berlanjut menjadi kopdar, nah pada petualangan kali ini Beliaulah yang menjadi guide kami menjelajahi seluk-beluk Kota Balikpapan

“Di Balikpapan mah tidak ada obyek wisata Mas, makanya jarang dan aneh kalau mendengar orang pergi ke Kota Balikpapan ini dengan tujuan berwisata”, Hah masa sih? Begitu pikir saya ketika Mas Danang menjelaskan seputar Kota Balikpapan, ia sendiri sebenarnya bukanlah warga asli Kalimantan, melainkan orang Jawa yang kebetulan tinggal di Kota Balikpapan karena berhubungan dengan pekerjaannya, masa iya ada suatu daerah di Indonesia ini yang sama sekali tidak memiliki obyek wisata? Benar-benar tidak ada lokasi atau semacam spot yang menarik apa gitu?

Sebenarnya kata-kata bahwa Kota Balikpapan tidak memiliki obyek wisata sudah kami dengar sebelumnya dari Pak Topo, pemilik kost tempat kami menumpang selama berada di kota ini, tetapi kami berpikir bahwa mungkin Pak Topo-nya saja kali yang kurang piknik jadi tidak tahu obyek wisata apa saja yang ada di Balikpapan, eladalah sekarang kata-kata tersebut kami dengar lagi dari seseorang yang hobbynya bersepeda menjelajah, tapi masa iya sih di Indonesia ada tempat yang nihil lokasi wisatanya? Rasanya tidak mungkin ah, apalagi orang Indonesia kan hobbynya narsis, jadi pasti adalah tempat atau semacam spot keren buat ber-narsis ria

Kota Balikpapan sendiri lebih dikenal oleh khalayak sebagai Kota pertambangan dengan biaya hidup yang relatif tinggi di Indonesia, sebenarnya wajar saja jika biaya hidup didaerah ini cukup tinggi karena walaupun terkenal kaya dengan hasil tambangnya, yang mana hal ini otomatis akan relevan dengan besaran pendapatan masyarakatnya, namun untuk memenuhi ketersediaan barang-barang kebutuhannya sebagian besar masih bergantung dan mendatangkannya dari wilayah lain di luar Pulau Kalimantan, semisal untuk bahan makanan pokok seperti beras dan lainnya kebanyakan masih dikirim dari Sulawesi, lalu untuk kebutuhan produk sandangnya kebanyakan masih mengandalkan kepada Pulau Jawa, nah hal-hal seperti inilah yang menyebabkan harga-harga kebutuhan masyarakat di wilayah ini menjadi cukup tinggi

Biaya hidup yang cukup tinggi ini pulalah yang pada akhirnya membuat kami berdua juga menjadi sedikit mumet, karena hal ini otomatis berimbas kepada budget anggaran harian perjalanan kami, apalagi jika melihat dari faktor pendapatan daerah dimana kami berdua berasal, yaitu dari suatu daerah di Indonesia dengan Tingkat UMR terendah dan biaya hidup termurah, yaitu Yogyakarta, dan kini berkunjung ke suatu daerah yang memiliki tingkat pendapatan terbesar dan biaya hidup tinggi, yaitu Kota Balikpapan, nah njomplang kan jadinya, oleh karena itulah kami berusaha mencari strategi untuk mensiasati pengeluaran harian kami, terutama budget untuk memenuhi kebutuhan pangan

Terlepas dari itu semua, hari ini rencananya Mas Danang akan mengajak kami mengunjungi suatu tempat yang beberapa waktu lalu sempat diliput oleh salah satu stasiun tv swasta untuk program acara travelingnya, katanya sih semenjak tempat tersebut diliput kini lokasinya rada nge-hits gitu, okelah kita mah manut wae

Berempat (kami berdua serta Mas Danang dan Istrinya) akhirnya meluncur menuju ke lokasi tersebut menggunakan kendaraan pribadi milik Mas Danang, selain karena cuaca hari ini di Kota Balikpapan yang mendung dan gerimis, juga dikarenakan lokasinya sendiri yang cukup jauh, sekitar 25km dari pusat kota

Setelah sempat sedikit tersasar akhirnya kendaraan yang membawa kami berempat pun mulai memasuki lokasi “yang katanya semacam spot wisata” ini, yaitu sebuah Penangkaran Buaya terbesar yang ada di Kota Balikpapan, tempat ini sendiri lebih populer atau dikenal dengan nama Penangkaran Buaya Teritip dikarenakan lokasinya yang berada di Jalan Mulawarman no.60, Desa Teritip, Kecamatan Balikpapan Timur, Kota Balikpapan, Propinsi Kalimantan Timur. Letaknya sendiri tak jauh dari Pantai Manggar dan Pantai Lamaru




Ditempat yang memiliki luas area sekitar 5ha dan dikelola oleh CV. Surya Raya ini terdapat lebih dari 1500 ekor buaya yang ditangkarkan, terdiri dari buaya muara, buaya air tawar, dan buaya supit, dimana untuk kandang-kandang buaya itu sendiri dikelompokkan menjadi 4 kategori, antara lain kandang anakan, kandang penggemukan, kandang remaja, dan kandang induk




Tempat ini biasanya buka mulai pukul 08.00-17.00, setelah membayar tiket masuk lokasi sebesar 15ribu rupiah per orang untuk dewasa, atau 10ribu rupiah per orang untuk anak-anak, kami pun mulai diajak untuk berkeliling oleh petugas penangkaran, ditempat ini kalian bisa melihat buaya-buaya berukuran besar, terutama yang berada di kandang indukan dari jarak dekat, sesekali petugas yang memandu juga mengingatkan pengunjung untuk tidak terlalu dekat dengan dinding tembok pembatas, karena walaupun kandang-kandang tersebut dibatasi oleh dinding tembok setinggi 1,5 meter sampai 2 meter namun terkadang buaya-buaya tersebut juga dapat berdiri vertikal menggunakan kekuatan ekornya



Tidak hanya sekedar melihat saja, disini pengunjung juga dapat menyaksikan proses pemberian makan untuk buaya-buaya yang dilakukan oleh para petugas penangkaran, biasanya pemberian makan tersebut dilakukan 2 kali dalam sehari, namun jika kalian ingin mencoba memberi makan langsung kepada buaya-buaya tersebut kalian juga bisa membeli seekor ayam seharga 10ribu rupiah yang disediakan disini untuk kemudian melemparkannya sendiri kedalam kandang buaya tersebut


Buaya-buaya yang ditangkarkan ditempat ini nantinya akan dijadikan bahan dasar berbagai produk olahan, seperti industri pengolahan kerajinan kulit buaya maupun berbagai industri lainnya, misalnya di bidang kuliner yaitu olahan daging buaya dan sate buaya, minyak dan tangkur buaya, serta lainnya


Penangkaran yang berawal dari hobby dan kecintaan sang pemilik terhadap satwa reptil ini mulanya hanyalah bersifat pribadi, dan beberapa waktu silam sempat akan ditutup, namun oleh warga sekitar mereka mengusulkan agar lokasi ini tetap dibuka sekaligus dijadikan objek wisata untuk umum, hingga akhirnya setelah melalui beberapa tahapan maka tempat yang dikelola oleh CV. Surya Raya ini pun semakin berkembang dan dapat memberi manfaat terhadap perekonomian warga disekitarnya


Setidaknya perjalanan kami berdua ke Kota Balikpapan ini tidaklah sia-sia karena akhirnya ada beberapa spot yang memiliki kisah menariknya sendiri, mungkin hal ini terlihat biasa dan lumrah saja bagi warga yang berdomisili disekitarnya, namun di mata seorang pendatang atau traveler, hal yang terlihat dan terdengar “biasa-biasa” saja itu dapat dikemas menjadi sebuah cerita yang menarik dan berkesan, oleh karena itu jika kalian sedang berwisata atau traveling jangan lupa untuk terus mengasah kejelian kalian dalam menangkap detail perjalanan yang kalian alami, karena kelak momen-momen tersebut akan menjadi bagian dari cerita perjalanan yang pasti akan kalian rindukan

Kemana lagi petualangan goweswisata setelah ini? tetap ikuti keseruan cerita goweswisata di Kota Balikpapan pada chapter berikutnya. Oya jangan lupa untuk terus mensupport perjalanan kami dengan cara memfollow, like, comment, atau share akun sosial media kami yang ada di FB, IG, dan Youtube ya, karena setiap dukungan dari kalian menjadi motivasi bagi kami untuk terus berusaha menyajikan beragam informasi yang menarik dari setiap destinasi perjalanan ini

No comments:

Post a Comment