Wednesday 3 May 2017

CHAPTER 5; MELEPAS EGO

Senin, 21 Desember 2015,
Pengalaman pertama kali menginap di Kantor Polisi ternyata benar-benar terasa “nyaman”, maksud tanda kutip disini adalah secara suasana dan fasilitas sebenarnya tergolong cukup bagi kami yang kebutuhan utamanya hanyalah menumpang tidur dan mandi, dan dari segi keamanan tentu saja terjamin karena banyak petugas keamanan yang berjaga, selain itu adanya fasilitas kamar mandi serta diperbolehkan mengisi persediaan air minum juga merupakan suatu bonus yang diperlukan untuk perjalanan kami ini hehe… lalu apa yang menyebabkan saya memberi tanda kutip di kata “nyaman” adalah karena faktor banyak nyamuk di dalam bangunan yang kami tempati, bagi yang pernah merasakan betapa tersiksanya saat sudah ngantuk namun banyak suara dengung nyamuk yang melintas di sekitar telinga dan terkadang nyamuknya juga aktif banget main towal-towel di kulit orang hadeeehhh rasanya ingin nge-fogging itu nyamuk, sampai akhirnya kami baru bisa tidur sekitar pukul 2 pagi padahal besoknya kami sudah harus melanjutkan perjalanan ini (itu pun pada akhirnya kami tertidur karena sudah terlalu lelah dan kesal mengusir nyamuk)

Akhirnya pagi menjelang dan kini waktunya bagi kami untuk melanjutkan perjalanan. Setelah bersih-bersih dan mempacking semua barang (tidak lupa me-refill semua botol air minum hehe…) kami pun menuju ke pos petugas jaga untuk meminta kartu identitas kami, dan seperti biasa sesi dokumentasi pun kami lakukan untuk kenang-kenangan perjalanan ini (terimakasih Pak Asep, Pak Eko, Pak Nanang, dan semua petugas polisi lainnya di Kantor Polisi wilayah Saradan ini)


Selepas beranjak meninggalkan Kantor Polisi wilayah Saradan ini kami pun mulai menyusuri rute jalan melewati hutan jati seperti yang ada di wilayah Ngawi (oya sebelum kami berangkat, para petugas polisi juga berpesan supaya tidak ragu untuk meminta ijin bermalam di Kantor Polisi berikutnya di sepanjang rute perjalanan kami), tampak beberapa petugas polisi juga sedang berjaga di pos-pos polisi yang ada di sekitar rute hutan jati ini, ketika kami melintas mereka juga dengan ramah tersenyum dan melambai. Perlahan kami pun mulai keluar dari rute area hutan jati ini, setelahnya tampak kondisi jalan cukup bagus dan lenggang (minim warung), untunglah semua botol persediaan air minum kami sudah terisi penuh sehingga tidak ada masalah untuk tiba di kota berikutnya yaitu

Selamat datang Kota Nganjuk



Sekilas kota ini sebenarnya lebih condong sebagai kota perlintasan menuju kota besar berikutnya karena denyut aktivitas masyarakat di wilayah ini yang cenderung lebih tenang jika dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya yang pernah kami lewati, di wilayah ini selain cakupan kotanya tidak terlampau besar juga karena tidak ada kemacetan atau kebisingan layaknya yang terjadi di sebuah kota bisnis

Tidak butuh waktu lama bagi kami untuk beranjak keluar dari Kota Nganjuk ini, karena tujuan persinggahan kami berikutnya hari ini adalah Kota Jombang maka setidaknya kami harus bisa mengatur irama kayuhan kami supaya tidak terlalu sore tiba di Kota Jombang, disepanjang rute ini juga kami mulai merasakan sedikit bosan karena rute jalannya yang mayoritas datar, lurus, beraspal, tidak ada pemandangan alias yang tampak hanya pepohonan dan sawah yang kering disepanjang sisi jalan serta cuaca yang terik, hingga akhirnya kami pun memutuskan untuk mencari tempat beristirahat sejenak sekaligus makan siang (yang harganya bersahabat pastinya), dan disinilah kami memutuskan untuk mengisi perut, alasannya kalian pasti tahu, coba cermati gambarnya baik-baik hehe…:)


Setelah selesai menyantap dua porsi soto babat dan tiga gelas es teh manis (apalagi harganya juga cukup membuat dompet ceria hohoho…) kami mulai melanjutkan kayuhan berikutnya, di beberapa papan petunjuk arah jalan tertulis bahwa Kota Jombang tinggal berjarak 2 km lagi namun anehnya sepertinya dari tadi kami mengayuh kok belum ada tanda-tanda adanya gapura bertuliskan selamat datang Kota Jombang, masa iya 2 km kok jauh banget rasanya (tips perjalanan berikutnya adalah jangan percaya dengan keterangan jarak di papan petunjuk arah, salah lokasi kali ya yang masang papannya)

Seorang teman yang berdomisili di Kota Jombang pun menghubungi kami untuk menanyakan dimanakah posisi kami saat ini, karena ia akan menunggu kami setibanya di Jombang nanti dan berikutnya ia akan memandu kami ke tempat dimana kami akan menumpang bermalam di Kota Jombang ini.

Dan akhirnya “2 km” (kata papan penunjuk arah yang ngaco tadi itu) pun terlalui juga, kami pun menunggu teman yang tadi sudah janjian untuk bertemu sebelumnya, sementara itu langit tampak sudah mulai mendung dan gerimis kecil, untunglah yang ditunggu pun akhirnya datang tidak lama kemudian, akhirnya bertiga kami pun mulai mengayuh ke tempat dimana kami akan menumpang beristirahat untuk hari ini yaitu di Graha Media PWI Jombang


Dilihat dari aktivitas yang nampak sepertinya bangunan ini berfungsi sebagai tempat beraktivitas para jurnalis, karena ada beberapa ruang yang digunakan untuk bekerja menulis artikel, siaran radio, dan aktivitas lainnya yang berhubungan dengan dunia jurnalistik, saya pun lalu bertanya kira-kira dimanakah ruang yang dapat kami gunakan untuk beristirahat dan menaruh barang-barang, dan ternyata ruang yang bisa kami gunakan adalah ruang yang juga digunakan untuk bekerja para jurnalis dan ruang tersebut baru bisa kami gunakan setelah aktivitas para jurnalis itu selesai (sore hari) dan paginya ruang tersebut juga akan kembali digunakan untuk ruang kerja, nah lho lalu bagaimana ini? apa tidak saling mengganggu nantinya? Dengan kata lain kini kami harus menunggu para jurnalis itu selesai bekerja dulu barulah kami bisa menaruh barang-barang dan beristirahat, dengan kondisi badan yang lelah dan berkeringat tentu saja menunggu untuk bisa beristirahat menjadi hal terakhir yang paling tidak kami harapkan namun yah mau bagaimana lagi (sambil menunggu tentu saja saya sambil berkeliling untuk melihat apakah ada kemungkinan ruang lainnya yang tidak terpakai yang bisa kami gunakan untuk beristirahat dan menaruh barang-barang yang tidak mengganggu aktivitas dan rutinitas para pekerja yang menggunakan bangunan ini)

Sekitar pukul 5 sore akhirnya barulah kami bisa menaruh barang-barang kami dan bersih-bersih, namun keadaan tidaklah seperti yang kami duga karena ternyata di ruang yang kami gunakan untuk beristirahat itu banyak terdapat abu rokok, selain itu bau dari asap rokok tersebut juga terasa pekat sekali, mungkin bagi kebanyakan orang itu adalah hal biasa namun bagi kami berdua yang notabene sama-sama bukan perokok dan tidak suka menghirup asap rokok tentu saja hal tersebut menjadi masalah, saat itu juga otomatis mood kami langsung drop antara ingin mencari tempat lain namun sudah kemalaman, mau pergi namun juga sudah lelah, yang ada di pikiran hanyalah mencari makan malam dan beristirahat, sehingga ketika teman kami mengajak beberapa temannya untuk bertemu dengan kami sekaligus mencari makan malam kami pun terpaksa menolaknya secara halus karena di satu sisi kami paham tentu saja sebagai tuan rumah pasti mereka ingin menunjukkan keindahan kotanya kepada para tamunya, hal tersebut tentu saja wajar dan kami juga senang-senang saja menerima tawarannya, nah alasan yang membuat kami menolaknya adalah karena kami ingin melihat keunikan kota ini di malam hari dengan berjalan kaki saja, selain lebih detail dengan berjalan kaki kami juga tidak perlu mencemaskan tentang keamanan sepeda-sepeda kami saat diparkir, namun mungkin karena mereka lebih memilih untuk berkeliling menggunakan sepeda daripada berjalan kaki akhirnya kami pun kemudian memutuskan untuk berkeliling berdua saja sekalian mencari makan malam

Bagi beberapa pihak mungkin menganggap kami sebagai tamu yang kurang sopan karena menolak ajakan dari sang tuan rumah, atau menganggap kami sebagai karakter “pilih-pilih tempat”, namun dari awal pun kami sudah menjelaskan jika kami melakukan perjalanan bersepeda seperti ini bukanlah semata-mata karena kami adalah seorang “pesepeda sejati”, yang kemana-mana menggunakan sepeda sebagai alat transportasinya, karena jujur saja kami pun juga senang berjalan kaki atau menggunakan transportasi umum ketika berada di tempat yang baru kami singgahi, sekedar untuk merasakan bagaimana sistem dan kenyamanan transportasi umum yang ada dan juga untuk bisa menangkap detail keunikan kota tersebut dengan hanya berjalan kaki.

Setiap orang mempunyai cara dan gaya tersendiri untuk menikmati perjalanannya, ada yang sudah cukup puas dengan hanya melintasi suatu wilayah tertentu saja, namun ada juga yang merasa lebih puas jika tidak hanya sekedar melintas saja melainkan ia juga ingin merasakan sejenak menjadi bagian dari denyut kehidupan kota tersebut, dan itulah yang kami lakukan selama perjalanan ini yaitu mencoba menjadi bagian dari denyut aktivitas wilayah tersebut walaupun sesaat untuk kemudian kami rekam dalam ingatan dan tuangkan menjadi setiap bagian dari chapter perjalanan ini.

Bahkan saat jurnal perjalanan ini ditulis sejak awal hingga sepanjang perjalanan ini pun terkadang ada banyak penyesalan ketika masih banyak destinasi-destinasi lainnya yang terlewat begitu saja di sepanjang rute perlintasan kami hanya karena saat itu kami masih menuruti ego kami untuk bisa secepatnya keluar dari Pulau Jawa dan menyeberang ke Pulau-pulau lainnya, dan bukan hanya destinasi berupa lokasi saja yang terlewat melainkan pastinya ada banyak cerita dan nilai kehidupan lainnya yang turut terlewat karena kami mengejar ego berupa pencapaian lokasi, jarak dan waktu. Mungkin sudah saatnya bagi kami untuk perlahan belajar melepas ego ini dan mulai menikmati setiap cerita perjalanan dan petualangan berikutnya yang menanti kami kedepannya, karena setiap detail cerita dan pelajaran yang didapat dari perjalanan inilah yang nantinya akan menjadi kenangan yang paling berharga dalam hidup kami

Pengeluaran hari ini :
- 2 porsi soto daging = Rp 10.000,-
- 3 gelas es teh manis =Rp 6.000,-
- 1 gelas es teh manis = Rp 3.000,-
- 2 porsi nasi goreng = Rp 16.000,-
- 2 gelas teh hangat = Rp 4.000,-
- Swalayan = Rp 18.400,-
- Buah Naga = Rp 5.500,-
Total = Rp 62.900,-

Total jarak tempuh hari ini = 62,25 km

3 comments:

  1. Luar biasa...keliling nusantara ya om rencananya?

    ReplyDelete
  2. Misi gan, mau tanya agan masih pake seli pacific? Boleh minta review singkat soal durability, reliability, dan kenyamanannya setelah dipake lama? Saya baru mau beli seli tapi budget ngga banyak. Mohon pencerahannya 😊.

    ReplyDelete
  3. @kayuhanpedal : hehe...semua tergantung kemana kayuhan ini membawa saja, just follow the wind, sekuat dan senyampainya aja

    @Dwinza Prakoso : sekarang seli pacific saya dipake sama istri, kalau untuk sekedar commuting alias rute kota sudah cukup kok,paling saya cuma ganti shifter pake yang model sekarang biar lebih enteng pas mindah gearnya, selebihnya ga banyak yang berubah :) review singkat sudah pernah saya post kok semoga membantu

    ReplyDelete