Thursday 18 March 2021

STASIUN MAGUWO LAMA; KETIKA KERETA TAK LAGI BERHENTI DISINI

Kamis, 18 Maret 2021,

Hi sobat goweswisata bagaimana kabar kalian? Semoga selalu sehat ya 🙂

Nah di Hari Kamis pagi ini saya akan mengajak kalian bersepeda sambil berwisata sejarah, sepertinya sudah lama kan kita tidak membahas obyek wisata sejarah? Kalau begitu yuk lah capcuss kita 😁


Tujuan goweswisata kali ini adalah sebuah bangunan cagar budaya yaitu Stasiun Kereta Api Maguwo Lama yang berlokasi di Dusun Kembang, Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Propinsi DI Yogyakarta. Kenapa dinamakan Stasiun Maguwo Lama? Mudah saja, karena sekarang sudah ada Stasiun Kereta Api yang baru, yang letaknya sekitar 300 meter disebelah Timur dari Stasiun yang lama


Untuk menuju ke Stasiun Maguwo Lama ini kalian bisa melalui Jalan Raya Jogja-Solo nanti tepat di km.9 atau dipertigaan lampu merah yang mengarah ke Bandara, kalian tinggal putar balik kearah Jogja, patokan termudahnya jika kalian berada di depan Bandara Adi Sucipto (yang mengarah ke Jogja) terus saja nanti kalian akan melewati parkiran Bandara, kemudian Kantor Angkasapura, Kantor Imigrasi, dan Lapangan Bola, nanti setelah Lapangan Bola kalian tinggal lurus sedikit pelan-pelan ada pertigaan atau jalan masuk di sisi kiri kalian, nah masuk saja kearah Selatan sampai terlihat Rel Kereta Api atau Pos Hansip kemudian belok ke kanan, dan sampailah kita di Stasiun Maguwo Lama


Stasiun Maguwo Lama dibangun sekitar Tahun 1870 oleh NISM (Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij), dan mulai beroperasi secara resmi pada 21 Mei 1873 sebagai bagian dari jalur Kereta Api Semarang-Vostenlanden (Jogja dan Solo). Di Tahun 1909 bangunan ini sempat mengalami renovasi, dan mengalami perluasan oleh NISM pada Tahun 1926.

Bagian pintu masuk penumpang



Jalur KA Semarang-Vostenlanden sendiri merupakan jalur KA pertama di Indonesia yang bertujuan mengangkut hasil tanaman ekspor (terutama gula) yang dihasilkan dari lahan dan pabrik-pabrik gula yang banyak  tersebar di Yogyakarta, salah satu Pabrik Gula yang terdekat saat itu adalah Pabrik Gula Wonocatur yang kini telah beralih fungsi menjadi Museum Dirgantara Mandala, untuk kemudian diangkut menuju ke Pelabuhan yang berada di Kota Semarang sebelum nantinya dibawa ke Eropa.



Di Tahun 1887 NISM meneruskan jalur rel sampai ke Stasiun Tugu, bahkan kemudian sampai ke daerah Bantul (Srandakan) di Tahun 1895, dan Sewugalur (Tahun 1916), untuk mempermudah pengangkutan gula dari Pabrik Gula Sewugalur, sayangnya ketika Jepang datang dan menjajah Indonesia di Tahun 1942 beberapa jalur rel dibongkar secara paksa oleh Jepang


Pada Agresi Militer Belanda II  Tanggal 19 Desember 1948, bangunan Stasiun Maguwo Lama juga menjadi saksi bisu sekaligus lokasi pengangkutan para pasukan Belanda yang datang melalui udara dengan cara terjun payung dan mendarat di Landasan Udara Maguwo (Bandara Adi Sucipto) kemudian mereka menuju ke pusat kota menggunakan kereta dari Stasiun Maguwo Lama.



Kisaran Tahun 1960 – 1965, Stasiun Maguwo Lama juga pernah menjadi Stasiun pemberangkatan kereta luar biasa Republik Indonesia untuk mendukung perjalanan Presiden Soekarno ke Kutoarjo, selain itu keberadaan Stasiun ini juga penting untuk kegiatan bongkar muat pupuk sriwijaya ke gudang pupuk, dan juga untuk pengangkutan ketel pemasok avtur ke Bandara. Karena peran strategis tersebut maka pada Tahun 1979 Stasiun ini juga sempat tampil dan menjadi latar sebuah film perjuangan yang berjudul Janur Kuning.


Namun masa keemasan Stasiun ini berakhir di Tahun 2008 ketika seluruh kegiatan operasional stasiun dipindahkan ke sebuah bangunan baru yang berjarak sekitar 300 meter kearah Timur, masuk di dalam kawasan Bandara, hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan untuk mengintegrasikan antar moda transport, sejak itulah tidak ada lagi Kereta Api yang berhenti di Stasiun ini, dan suasana hiruk pikuk penumpang yang dahulu menggunakan jasanya serta memenuhi ruang tunggu pun turut menghilang, berganti menjadi kesunyian hingga sekarang.



Di Tahun 2010, di bawah otoritas PT KAI Daerah Operasional 6 Yogyakarta, bangunan Stasiun Maguwo Lama pun dinyatakan sebagai bangunan cagar budaya oleh Pemerintah, dan ditahun tersebut pula, serta di Tahun 2019 dilakukan proses restorasi dan pemagaran,  kemudian bekerjasama dengan komunitas sekitar dan memanfaatkan jejaring sosial untuk pemeliharaannya



Bangunan Stasiun Maguwo Lama juga menjadi unik karena merupakan satu-satunya bangunan Stasiun yang dibuat menggunakan material Kayu Jati dan tetap dijaga keasliannya sampai sekarang, hanya lantainya saja yang kini telah diperbarui menggunakan ubin keramik. Posisi Stasiun Maguwo Lama sendiri juga diapit oleh dua Stasiun lainnya di Jogja, yaitu Stasiun Lempuyangan di sebelah Barat, dan Stasiun Kalasan di sebelah Timur, dimana saat ini Stasiun Kalasan tersebut juga sudah tidak beroperasi lagi.


Didalam bangunan Stasiun sendiri hanya ada 4 ruangan saja, yaitu Ruang PPKA (Pimpinan Perjalanan Kereta Api), Ruang Kepala Stasiun yang tergabung dengan loket tiket, Ruang Dapur, dan Ruang Tunggu Penumpang, toilet sendiri berada di sisi timur luar bangunan.



Tidak jauh dari bangunan stasiun, tepatnya di sebelah Utaranya terdapat bangunan Rumah Dinas Pegawai Stasiun yang saat ini kondisinya terlihat mengenaskan dan tidak terawat, sayangnya karena dipagari maka saya hanya bisa memotret dari luar tembok pagar saja. Walaupun sudah rusak parah namun kita masih bisa melihat ciri khas arsitektur Indis pada bangunan rumah dinas tersebut seperti bukaan lubang jendela yang besar, ornament kayu pada bagian kanopi, dan lengkungan susunan bata di bagian atas pintu dan bukaan lainnya. Semoga kedepannya ada tindak lanjut dari Dinas terkait untuk memperbaiki atau merenovasinya mengingat bahwa bangunan tersebut juga merupakan bagian dari Cagar Budaya yang harus dijaga dan dirawat supaya generasi berikutnya bisa belajar dari sejarah masa lalu Bangsa ini dan menghargainya.

Bangunan Rumah Dinas Pegawai




Terlebih sesuai UU no. 11 tahun 2010 juga telah dijelaskan bahwa pelestarian cagar budaya adalah upaya untuk mempertahankan cagar budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan. Adapun bangunan Stasiun Maguwo Lama sendiri dan bangunan terkait disekitarnya juga memiliki kriteria sebagai bangunan cagar budaya, antara lain telah berusia lebih dari 50 tahun, memiliki gaya arsitektur indis, serta memiliki nilai penting sejarah dan ilmu pengetahuan. Sehingga baik bangunan Stasiun maupun Rumah Dinas juga layak mendapatkan perlakuan yang sama seperti bangunan Cagar Budaya lainnya.


Semoga saja kedepannya pemanfaatan Bangunan Stasiun Maguwo Lama ini bisa lebih dioptimalkan antara lain dengan membuat papan keterangan berisi sejarah seputar Stasiun yang diletakkan di bagian depannya, supaya nantinya pengunjung yang datang bisa membaca dan mengetahui apa sejarah dari bangunan ini (seperti papan keterangan yang ada ketika kita mengunjungi sebuah Candi),serta menjadikan bangunan ini sebagai Museum mini yang berisi berbagai dokumentasi saat stasiun ini masih beroperasi. Jangan sampai kedepannya generasi muda kita akan semakin jauh dari sejarah peradaban dan perjuangan bangsanya, yang akhirnya membuat mereka lebih mengidolakan bangsa lain daripada menghargai dan mencintai Negerinya sendiri


Tips jika kalian ingin berkunjung ke sini :

- Tidak ada angkutan umum yang sampai ke lokasi sehingga kalian harus berjalan kaki dari jalan raya Jogja-Solo atau membawa kendaraan pribadi

- Akses motor dan mobil bisa dilalui

- Tidak ada pungutan retribusi hingga saat ini

- Jika kalian ingin mengadakan acara komunitas bisa menghubungi pihak Humas PT KAI, karena biasanya pagar bangunan Stasiun ini selalu tertutup dan dikunci

- Selalu berhati-hati karena perlintasan jalur rel kereta api masih aktif, sehingga banyak kereta yang melintas

- Selalu jaga kebersihan dan tidak melakukan vandalisme

No comments:

Post a Comment