Tuesday 14 November 2017

BUNKER KALIADEM

(22/10/2017)
Jika pada petualangan goweswisata.blogspot.co.id sebelumnya saya banyak mengulas tentang potensi wisata yang ada di bagian Barat Kota Yogyakarta, khususnya Kabupaten Kulonprogo, maka pada post kali ini saya akan membahas tentang potensi wisata yang ada di sisi Utara Kota Yogyakarta, dan seperti biasa semuanya berawal karena didorong oleh rasa ingin tahu yang terbersit di benak saya “apa yang ada di Utara Kota Jogja ya?”, daripada penasaran lebih baik mari kita cari tahu bersama :)

Peta menuju lokasi Bunker Kaliadem



Potensi wisata yang berada di sisi Utara Kota Yogyakarta pastilah berhubungan dengan pesona Gunung Merapi, salah satu Gunung berapi paling aktif yang ada di Pulau Jawa ini, dan tentu saja jika kalian mendengar kata “Gunung” maka sudah dipastikan jika rute untuk menuju kesana pastinya akan berupa tanjakan

Walaupun rutenya sudah dipastikan menanjak tetapi kalian tidak perlu kuatir karena derajat tanjakannya tergolong landai, tidak separah jika dibandingkan dengan tanjakan-tanjakan yang ada di perbukitan Menoreh Kulonprogo, terlebih pada rute menuju bagian Utara Kota Jogja atau khususnya di Kabupaten Sleman ini suasananya juga cukup ramai, Ya wilayah Kabupaten Sleman memang sudah lebih berkembang jika dibandingkan dengan Kabupaten-kabupaten lain yang ada di Propinsi DIY, hal ini tidak lepas dari adanya beberapa perguruan tinggi terkenal yang berlokasi di Kabupaten ini, dengan adanya kampus-kampus tersebut maka secara otomatis permintaan akan hunian kost, kuliner, dan berbagai sektor usaha lainnya juga akan tumbuh dan berkembang seiring dengan melonjaknya permintaan pasar, hal inilah yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah ini melaju dengan pesat

Namun bukan sebatas itu saja yang menjadikan wilayah Kabupaten dan sisi Utara Kota Jogja ini berkembang. Bagi sebagian besar masyarakat, baik itu masyarakat asli Jogja maupun wisatawan luar Jogja, sisi Utara Kota Jogja khususnya pesona wisata Gunung Merapi itu tak ubahnya seperti wilayah Puncak di Jawa Barat, dimana hampir setiap akhir pekan selalu dimanfaatkan oleh para wisatawan untuk berwisata, sekedar refreshing melepaskan segala kepenatan dari beban kerja dan rutinitas harian mereka, disinilah tempat dimana mereka bisa menghirup udara segar, menenangkan pikiran, dan menikmati pemandangan alam yang tersaji dengan indahnya

Saya pun mengawali start sekitar pukul 8 pagi WIB dengan mengambil rute melalui Jalan Gejayan ke Utara kemudian belok ke kiri sebelum Terminal Condongcatur sampai mentok dipertigaan lalu belok ke kanan terus menuju Utara, rute yang sama seperti yang dulu saya gunakan ketika melakukan petualangan bikecamping di Kali Kuning, bedanya hanya jika waktu dulu sesampainya di traffic light Pakem saya belok ke kanan mengambil arah ke Cangkringan, maka kali ini sesampainya di traffic light Pakem saya belok ke kiri menuju ke Terminal dan Pasar Pakem lalu terus saja ke Utara

Bagi kalian yang berencana berwisata ke Utara (baik dengan bersepeda ataupun menggunakan transportasi lainnya, kalian tidak perlu takut kelaparan karena di sepanjang sisi jalan banyak terdapat warung dan tempat makan, namun tetap ingat jika kalian hendak memesan makan lebih baik tanya dulu harga per porsinya untuk menghindari jebakan betmen)

Selepas Pasar Pakem kondisi dan suasana yang ada terlihat lebih lengang, tidak seramai seperti ketika masih berada di Jalan Kaliurang sebelum traffic light Pakem, Gunung Merapi terlihat menjulang dengan gagahnya dikejauhan, beberapa kali saya melihat sejumlah pesepeda yang meluncur dengan cepat dari arah utara menuju ke Selatan, tampaknya mereka sudah beranjak pulang (sementara saya masih dalam perjalanan berangkat hehe… inilah enaknya jika bertualang sendirian, tidak merepotkan siapa-siapa dan bebas menentukan waktu perjalanan), bus-bus wisata dan beberapa kendaraan travel lainnya juga tampak melintas mendahului saya yang sedang gowes menanjak secara “santai” ini

Pada rute ini sebenarnya jika kalian jeli membaca rambu-rampu penunjuk arah ada beberapa lokasi wisata lainnya yang bisa kalian kunjungi, antara lain ada Museum Merapi, The lost world Castle, beberapa lokasi agrowisata tanaman herbal, dan kebun-kebun buah


Berdasarkan petunjuk GPS (Gunakan Penduduk Sekitar, alias bertanya arah) maka setibanya di papan penunjuk arah menuju Dusun Petung saya dianjurkan untuk belok ke kanan kemudian terus saja menyeberangi jembatan lalu belok ke kiri




Dibagian bawah jembatan yang merangkap fungsinya sebagai pintu air ini terdapat aliran sungai yang digunakan sebagai bagian dari wisata jeep merapi atau lava tour, namun entah mengapa ketika saya melihat kendaraan-kendaraan jeep tersebut menggeber-geber mesinnya, berkeliling dan beberapa kali menerabas aliran sungai tersebut saya secara pribadi kok sedikit menyayangkan, karena bagaimanapun juga aliran air yang sejatinya bisa dimanfaatkan untuk keperluan lain dan udara pegunungan yang semestinya menyehatkan pada akhirnya menjadi terkontaminasi oleh polusi dari kendaraan-kendaraan Jeep tersebut, mungkin para wisatawan memang menikmatinya karena terlihat mengasyikkan bertualang seperti itu tetapi apakah untuk merasa asyik tersebut harus dengan mengorbankan alam? Semua memang berpulang kepada bagaimana kita masing-masing menyikapinya
(biaya Lava Tour mulai Rp 350 ribu/jeep, 1 jeep berisi 5 orang dewasa)



Selepas dari jembatan tersebut jalan menjadi sedikit menanjak kearah kiri dan tidak jauh setelah tanjakan tersebut ada jalan masuk di sebelah kiri masuk menuju gapura Dusun Grogol




Setelah masuk Gapura Dusun Grogol terus saja ikuti jalan sampai tiba di pertigaan kemudian belok kearah kanan, setelah itu terus saja sampai mentok pertigaan jalan utama barulah belok ke kiri



Setelah melewati gapura loket wisata kalian tinggal lurus saja ikuti jalan utama, disini derajat tanjakannya menjadi sedikit lebih terjal dibanding sebelumnya, untuk menghemat tenaga maka saya pun mengkombinasikannya antara gowes dan dorong, sebenarnya tidak jauh dari gerbang loket wisata tersebut juga ada lokasi wisata lainnya yaitu obyek wisata Plunyon, Kali Kuning, namun karena saya sudah sering berkunjung ke tempat itu dan sudah pernah saya ulas pada post terdahulu maka saya pun lanjut saja menuju Kinahrejo


Setelah melewati gerbang batas Desa Kinahrejo kalian tinggal lurus saja sampai mentok pertigaan kemudian belok ke kanan ikuti jalan yang menurun maka sampailah kalian di obyek wisata Bunker Kaliadem yang terletak di Dusun Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Propinsi DIY, berdasarkan cyclocomp yang ada di sepeda saya jarak dari Kota Jogja menuju ke lokasi ini sekitar 31 km dan berada di ketinggian sekitar 1100 mdpl




Bertemu dengan teman pesepeda lainnya yang sedang bertualang sendirian yaitu Mas Yudi, akhirnya setelah saya “komporin” mau juga dia untuk terus lanjut menuju lokasi Bunker hehe…



Suasana di sekitar lokasi bunker yang ramai dengan penjual souvenir (disini souvenirnya berupa cobek atau ulekan), Bunga Edelweiss, topi, kacamata, kaos, dan lainnya, fasilitas toilet dan mushalla kecil juga tersedia di lokasi ini



Bunker Kaliadem sendiri berfungsi sebagai tempat berlindung, bersembunyi, dan menyelamatkan diri. Bunker ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan kala itu dibangun untuk keperluan penyelamatan dari letusan Gunung Merapi, sayangnya bunker ini hanya dapat melindungi dari lahar dingin saja, sehingga pada Tahun 2006 silam (14/06/2006) ketika terjadi letusan Gunung Merapi yang dahsyat dua orang relawan yang masuk untuk berlindung dari awan panas erupsi Gunung Merapi pada akhirnya justru terperangkap dan tewas di dalam bunker tersebut, korban pertama ditemukan di dekat pintu masuk bunker, sedangkan korban kedua ditemukan di dalam kamar mandi.




Dibagian depan bunker terdapat pintu baja setebal 15 cm yang sudah berkarat, sedangkan di bagian dalamnya berupa ruang lapang dimana terdapat bekas lahar yang telah membatu pada bagian tengah ruang, disisi kanan dan kiri bunker dekat pintu masuk terdapat ruang toilet dan semacam ruang gudang penyimpanan logistic. Tidak ada penerangan dalam ruang bunker ini, untunglah saya selalu membawa senter kecil didalam tas handlebar sehingga saya bisa meilhat bagian dalam ruangan dengan jelas.



Saat ini Bunker Kaliadem telah dimanfaatkan sebagai tujuan wisata yang dikelola oleh Pemerintah Desa dan warga setempat, setidaknya walaupun kini bunker tersebut sudah tidak difungsikan lagi sebagai tempat perlindungan namun bangunan bunker tersebut telah menjadi saksi bisu kedahsyatan erupsi Gunung Merapi yang kala itu meluluh lantakkan Desa Kinahrejo dan sekitarnya, serta menjadi pembelajaran dan pengingat bagi manusia untuk tetap menjaga alamnya





No comments:

Post a Comment