Monday 11 May 2015

Goa Gajah, Mangunan, Yogyakarta

(09/05/15) Penantian setelah sekian lama akhirnya terwujud juga, mungkin itulah kata yang tepat saat kami merencanakan agenda goweswisata kali ini menuju Goa Gajah yang berada di Dusun Lemahbang, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Propinsi DIY

Sebenarnya dahulu sekali saat kami melakukan goweswisata ke Kebun Buah Mangunan, saya sempat melihat ada papan penunjuk arah menuju Goa Gajah yang lokasinya (menurut penunjuk arah tersebut) tidak jauh dari Kebun Buah Mangunan (mungkin sekitar 1 km), tetapi karena saat itu salah satu rekan sudah kecapaian dikarenakan medan yang terus menanjak ditambah lagi waktu yang sudah terlalu siang maka tujuan ke Goa Gajah tidak kami lanjutkan

Dan baru pada agenda goweswisata kali inilah saya berinisiatif untuk mencoba menjelajahi “rute menanjak” tersebut sampai ke Goa Gajah. Mengawali start sekitar jam 7 pagi dengan mengambil rute via Jalan Imogiri Timur terus ke selatan sampai Pasar Imogiri kemudian belok ke kiri arah makam raja-raja dan Kebun Buah Mangunan, dititik inilah medan menanjak pun dimulai, semangat :)

Peta menuju lokasi Goa Gajah


Sudah lama tidak gowes menanjak melewati rute ini ternyata masih sama saja menyebalkannya hehe…mungkin karena rute tanjakannya yang lurus dan panjang maka membuat saya menjadi agak bosan (dan sepertinya terasa berat untuk melaluinya), ya sudahlah mau bagaimana lagi hadapi saja sambil gowes pelan-pelan, kalau capai ya istirahat dulu, nikmati perjalanannya saja

Setibanya di titik ini berarti sudah setengah perjalanan menuju Kebun Buah Mangunan


Sekarang sudah disediakan gazebo untuk beristirahat toh? Lumayan untuk “leyeh-leyeh” sesaat


Dari puncak bukit ini juga bisa melihat pemandangan sekitar



Hayo jangan kelamaan istirahatnya, mau kapan sampainya? Masih jauh euy. Akhirnya setelah susah payah mengumpulkan mood untuk menghadapi tanjakan lagi mulailah kami start gowes pelan-pelan saja, capai ya berhenti lagi untuk istirahat, intinya perjalanan kali ini kebanyakan istirahatnya :)

Dan akhirnya


Nah papan penunjuk arah menuju Goa Gajah berada tidak jauh dari belokan arah Kebun Buah Mangunan tersebut

Kondisi jalannya asyik ya mulus dan turunan (pulangnya nanti otomatis bakal jadi tanjakan ini)


Untungnya penunjuk arah menuju Goa Gajah ini cukup mudah ditemui di setiap persimpangan, pokoknya ikuti saja jalan utama yang beraspal (kalau masih kurang jelas juga tinggal tanya penduduk sekitar, gampang toh hehe…)

Sampai juga


Tidak ada retribusi di tempat ini, parkiran pun juga sudah disediakan (walau hanya untuk kendaraan roda dua), menurut warga sekitar semua fasilitas ditempat ini dibuat oleh para Mahasiswa STIPAR yang sedang KKN di tempat ini (salut buat pihak kampusnya)


Papan informasinya juga cukup lengkap


Berdasarkan keterangan di papan informasi, nama Goa Gajah berasal dari adanya ciri khas gumpalan batu yang berbentuk menyerupai gajah di dalam Goa tersebut,Goa alami yang sudah berusia tua dengan panjang 206,4 m ini memiliki stalaktit dan stalakmit yang indah di sepanjang sisi dalamnya. Pintu masuk Goa di bagian timur berbentuk horizontal, sedangkan pintu di bagian selatannya berupa vertikal sehingga menambah keunikan Goa ini. Menurut kisah Goa ini merupakan tempat pertapaan untuk mendapatkan petunjuk atau wahyu sehingga pada lorong-lorong yang ada di dalam Goa diberikan nama sesuai dengan karakteristik fungsinya pada jaman dahulu

Pintu masuk Goa di bagian timur



Untuk masuk ke dalam Goa kami ditemani oleh salah seorang warga yang berfungsi sebagai pemandu sekaligus penjaga tempat ini, dan supaya lebih mudah dalam menjelajahinya kami juga disarankan untuk melepas alas kaki karena lantai Goa berupa tanah yang licin (sepatu tinggal ditaruh saja di pintu masuk Goa, aman kok tenang saja)

Yuk masuk, saatnya menjelajah isi Goa


Kesan pertama begitu mulai masuk ke bilik Goa adalah licin banget tanahnya, beberapa kali kami hampir terpeleset, ditambah lagi ketiadaan penerangan dalam Goa, sehingga sudah licin gelap pula, untunglah saya selalu membawa senter kecil dalam tas sepeda saya,lumayanlah ada tambahan penerangan sehingga tidak hanya bergantung kepada penerangan dari senter milik Bapak pemandu tersebut

Sebenarnya warga sekitar pernah mengajukan proposal kepada instansi terkait untuk diberikan fasilitas penerangan didalam Goa supaya tidak terlalu gelap dan juga demi faktor keamanan pengunjung, tetapi dari pihak yang berwenang beralasan bahwa penambahan fasilitas penerangan akan mengurangi keaslian Goa (alasan yang aneh, faktor keaslian? Ya sudah tutup saja Goanya sehingga benar-benar terjaga kealamiannya), karena dalam kondisi gelap gulita seperti ini jangankan untuk memotret keindahan stalaktit dan stalakmit dalam Goa, untuk berjalan kaki saja terkadang harus meraba dinding Goa supaya tidak terpeleset, lagipula penerangan yang dimaksud oleh warga bukanlah penerangan yang digantung di langit-langit Goa, melainkan di letakkan di bagian dasar Goa dan mengarah keatas sehingga selain tidak merusak Goa juga akan menimbulkan kesan berpendar seperti halnya pada lampu-lampu taman

Awas kepalanya (pada situasi seperti ini fungsi helm sepeda menjadi sangat berguna)


Stalaktit yang terdapat pada langit-langit Goa


Menurut keterangan dari pemandu, tanah di dalam Goa ini juga terkadang diambil untuk dijadikan pupuk, karena tanah tersebut juga mengandung phospat yang berasal dari kotoran kelelawar (jadi saat ini kami trekking sambil menginjak kotoran kelelawar donk? Wah si Bapak memasang jebakan betmen, bilangnya baru sekarang hehe…)

Tidak hanya itu saja, beberapa batuan stalaktit dan stalakmit yang ada pun juga mengandung phospat, beberapa yang lainnya juga ada yang tampak seperti mempunyai glitter layaknya yang terdapat pada pasir kuarsa



Kami pun sempat bertanya kepada Bapak pemandu terkait dengan trend Batu Akik yang sedang terjadi, menurutnya dulu juga sempat ada yang melakukan vandalisme terhadap batuan yang ada di dalam Goa, tetapi bukan berupa pencungkilan bebatuan, melainkan berupa aksi corat-coret yang dilakukan oleh oknum pengunjung (yang sepertinya kadar kebodohan di otaknya melebihi kapasitas dari otak tersebut), oleh karena itulah maka sejak itu setiap pengunjung yang datang berkunjung selalu di dampingi oleh pemandu, selain juga untuk memastikan keselamatan dan keamanan dari pengunjung itu sendiri karena di beberapa titik masih terdapat lorong-lorong yang statusnya masih berbahaya (belum tereksplor secara total karena jarak antar celah yang sempit)

Keindahan stalaktit dan stalakmit yang ada di dalam Goa (sayangnya karena gelap total maka susah untuk memotretnya)





Setelah berkeliling (dan terbentur stalaktit beberapa kali, terimakasih helm) sampailah kami di pintu Goa bagian Selatan yang berbentuk vertikal, disinilah terdapat batuan yang bentuknya menyerupai gajah sehingga dinamakanlah Goa ini dengan sebutan Goa Gajah

Bisakah kalian menebak batuan manakah yang bentuknya menyerupai gajah? Dimana? Aku tidak melihatnya, dimana? (tirukan dengan intonasi seperti Dora the Explorer)




Tidak jauh dari Batu Gajah ini juga terdapat lorong dan celah yang biasanya digunakan untuk tempat bertapa (sampai saat ini terkadang masih digunakan oleh beberapa orang untuk melakukan meditasi berhari-hari, biasanya mereka akan meminta ijin kepada warga sekitar dan setiap malamnya juga akan di awasi atau ditemani oleh warga untuk keamanannya, entahlah apa yang mereka mohonkan dalam meditasinya)

Di pintu Goa bagian Selatan ini juga terdapat sebuah pohon yang besar, menurut warga sekitar pohon tersebut ada di dalam Goa karena ambrolnya lapisan atap Goa



Foto-foto narsis dulu hehe…kapan lagi, namanya juga goweswisata, tiap gowes pasti ada sesi foto-fotonya



Nah untuk keluar dari Goa ini pastinya jadi masalah buat kalian yang takut ketinggian, karena keluarnya harus naik tangga sederhana seperti ini, tenang saja walau bentuknya sederhana tapi tangganya kuat kok



Begitu keluar dari Goa bagian Selatan ini, tidak jauh dari situ juga terdapat gardu pandang sehingga kalian bisa menikmati pemandangan sekitar dari atas ketinggian

Berhubung waktu sudah terlalu siang dan mengingat perjalanan pulang kami yang masih harus menempuh beberapa tanjakan maka kami pun menyudahi petualangan goweswisata menjelajahi Goa Gajah ini. Setelah membersihkan kaki dan mengisi buku tamu (tidak lupa memberi bantuan seikhlasnya untuk pemeliharaan tempat ini) kami pun pamit kepada warga sekitar yang telah dengan ramahnya menemani kami menjelajah isi dalam Goa

Tips jika ingin berkunjung ke tempat ini :

- Untuk sementara akses menuju ke tempat ini hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua saja, untuk mobil pribadi hanya bisa parkir di bawah dekat perumahan warga kemudian berjalan kaki menuju Goa, Untuk bus belum bisa
- Tidak ada retribusi parkir dan tiket masuk alias masih gratis, tetapi kalau mau memberi seikhlasnya untuk pemeliharaan tempat ini silahkan
- Untuk lebih nyamannya trekking di dalam Goa lebih baik tanpa alas kaki karena licin dan basah
- Membawa senter sendiri kalau mau melihat lebih jelas isi dalam Goa
- Jangan mencorat-coret dinding Goa
- Tidak merusak stalaktit dan stalakmit yang ada
- Tidak merokok dalam Goa (ingat tanah dan dindingnya mengandung phospat)
- Tidak membuang sampah sembarangan dalam Goa
- Tidak melakukan perbuatan asusila dalam Goa
- Jika lapar dan haus tenang saja ada warung dekat pintu masuk Goa bagian Timur

Di perjalanan pulang kami pun sempat berhenti sebentar karena saya melihat sepertinya ada spot yang bagus untuk menikmati panorama sekitar dari atas ketinggian, mau tahu seperti apa?

Tidak hanya dari gardu pandang kebun buah Mangunan saja kalian bisa menikmati pemandangan seperti ini, tetapi dari sini juga bisa dan asyiknya adalah karena disini lebih sepi



Jadi tunggu apa lagi? Yakin tidak mau mencoba keluar dan berpetualang hehe…Indonesia itu indah lho, saatnya ciptakan petualanganmu sendiri dan jaga agar keindahan itu tetap lestari ya

5 comments:

  1. Boleh repost di blog saya mas, recommended banget nii.
    Nanti Saya cantumkan sumbernya..
    Suwunn..

    ReplyDelete
  2. @iswanto : silahkan mas selama mencantumkan link asli atau sumbernya, selamat menjelajah ya (jgn lupa bawa senter, gelap disana) :)

    ReplyDelete
  3. Wkwkwkwk, Iyaaa Mas makasih..
    Saya besok long weekend juga InsyaAllah ke Mangunan.
    Pulang ke GK

    ReplyDelete
  4. untung bawa helm sepeda .. jadi sangat bermanfaat ..
    indah gua-nya ... bagi saya mengingatkan gua pawon di daerah bandung

    ReplyDelete
  5. @bersapedahan : dan untuk menuju tempat-tempat yang indah tersebut pasti harus melalui rute yg kondisi medannya "aduhai" hehe

    ReplyDelete