Wednesday 11 March 2015

Curug Banyunibo, Sanggrahan, Dlingo

(08/03/15), Jika mendengar nama Curug Banyunibo pasti yang pertama kali terbersit dipikiran kalian adalah Curug Banyunibo yang berlokasi di daerah Pajangan, Bantul.Tetapi Curug Banyunibo pada post kali ini adalah Curug Banyunibo yang berlokasi di daerah Dlingo, tepatnya di Dusun Sanggrahan 2, Desa Muntuk, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, DIY

Sepertinya memang masih banyak curug-curug tersembunyi lainnya di Yogyakarta yang dinamakan oleh penduduk sekitar dengan sebutan Banyunibo atau Banyu Tibo (Bahasa Jawa ; Banyu = Air, Tibo = Jatuh), memang tidak salah juga jika penamaannya seperti itu karena bagi masyarakat sekitar asalkan ada aliran sungai atau mata air yang jatuh melewati tebing atau ceruk-ceruk pasti dinamakan banyu tibo atau air terjun hehe…:)

Pada petualangan goweswisata kali ini saya dan seorang teman, Tadeus Rian, mencoba mencari rute termudah menuju curug ini sehingga bagi para pembaca semua yang gemar berpetualang bisa datang berkunjung dan menikmati keindahan curug yang masih sangat alami ini (dan sepertinya belum banyak yang tahu)

Peta menuju Lokasi


Untuk menuju ke lokasi curug ini kami start dari basecamp goweswisata melalui Jalan Jogja-Wonosari terus menuju arah Patuk (sama seperti rute ke Desa Wisata Jurug Taman Sari pada post sebelumnya), gowes menanjak hingga perempatan pos polisi di Patuk kemudian belok ke kanan (ikuti arah menuju Desa Wisata Jurug Taman Sari)

Setelah belok ke kanan dari perempatan pos polisi Patuk maka akan bertemu pertigaan ini


Ambil arah kanan, melewati lapangan dan kontur jalan yang turun-naik (lebih banyak naiknya), tapi paling tidak setelah lelah menanjak kita akan mendapat bonus pemandangan yang indah dari atas bukit ini (pemandangannya bahkan jauh lebih indah dibanding jika kita melihat dari Bukit Bintang)

Santai dulu, istirahat sembari menikmati pemandangan


Jam 9 pagi tetapi sebagian kabut masih tampak di lereng perbukitan



Untung pakainya sepeda jadi bisa bikin foto kaya gini, kalau pakai motor atau mobil gimana coba cara bikin foto kaya gini hehe



Setelah cukup beristirahat dan mendokumentasikan beberapa pemandangan, maka kami pun kembali melanjutkan perjalanan, ikuti saja jalan utama yang naik menuju arah tower-tower, sampai nantinya kita akan menemui Hutan Pinus Dlingo

Mumpung kesini sekalian saja foto-foto di dalam hutan pinusnya :)




Tersamar diantara rimbunnya dedaunan dan pepohonan pinus



Puas foto-foto, ayo lanjut lagi (perjalanan masih jauh), ikuti jalan utama nanti akan ketemu Puskesmas Dlingo, masih lurus lagi sampai nantinya tiba di Perempatan Beringin (warga lokal menyebutnya begitu)

Dari Perempatan Beringin ini, ambil arah lurus (selatan) menuju Desa Muntuk, Mangunan, Imogiri


Dan tentu saja lagi-lagi medannya ya seperti ini, persiapkan dengkul dan nafasmu


Setelah turunan nanti kita akan menemui percabangan (pertigaan) seperti ini, nah ambil ke kiri, ikuti petunjuk arah jalur evakuasi, karena kalau ke kanan itu menuju arah mangunan


Kalau melihat Sekolah Dasar ini berarti anda sudah berada di jalur yang benar (tetapi masih jauh menuju lokasi curugnya)


Ikuti jalan sampai ketemu pertigaan seperti ini, kemudian belok ke kiri (ikuti jalan yang bagus, sebenarnya lurus juga bisa tetapi kondisi jalannya masih rusak dan lebih jauh)


Nanti kira-kira 400m setelah pertigaan tadi akan ketemu pertigaan lagi, ambil ke kanan (jalan yang menurun), sampai nanti melihat bengkel motor di sisi kiri jalan (persis sebelum pertigaan berikutnya)

Belok ke kiri ikuti jalan yang menurun


Kondisi jalan yang berubah dari aspal menuju cor blok, perlu berhati-hati terlebih sehabis hujan karena jalan menjadi licin


Di ujung jalan nanti kita akan ketemu jembatan, nah belok ke kanan, masuk tepat sebelum jembatan



Jika mengendarai sepeda maka kita masih bisa terus menuntun sepeda dan memarkirnya di bawah dekat jembatan dan persawahan warga, tetapi jika mengendarai motor maka lebih baik kendaraan di parkir saja di pekarangan warga (minta ijin terlebih dahulu ke warga sekitar), selanjutnya ikuti jalan cor blok yang menurun dan penuh lumut (awas terpeleset), sampai nantinya kita menemukan jalan setapak kecil di sisi kanan (suara air terjun dan aliran air juga sudah terdengar dari sini)


Masuk ke jalan setapak, dari sini kita harus jeli melihat dan memilih jalur yang paling aman untuk trekking, karena jalan ini kondisinya masih tertutup rimbunnya dedaunan dan berundak-undak

Sampai akhirnya, Curug Banyunibo berada tepat di hadapan kami


Untuk mencari spot yang paling asyik menikmati keindahan curug ini maka kita harus memanjat beberapa bebatuan besar terlebih dahulu


Bahkan saya pun melihat ada beberapa spot yang bisa dijadikan tempat untuk mendirikan tenda dan camping (bagi penggemar kegiatan camping atau outdoor adventure pasti suka deh), tinggal bayangkan camping di sekitar lokasi curug ini, saat pagi dimana kabut masih tebal, hawa masih dingin dan sejuk, terdengar kicauan burung dan suara air terjun, benar-benar tempat yang cocok untuk mencari ketenangan, menyepi sejenak dari hingar-bingar perkotaan


Aliran air curug kali ini cukup deras karena pada malam sebelumnya hujan juga turun cukup deras mengguyur wilayah Yogyakarta


Air Terjun atau Curug Banyunibo Dlingo ini terdiri dari beberapa tingkat tetapi sayangnya untuk menuju ke tingkat teratas tidak ada jalannya, selain itu cukup berbahaya untuk mendaki bebatuan di sini karena licin


Aliran air yang berada di bagian bawah, dekat jembatan dan persawahan warga dimana kami menaruh sepeda



Tips jika berkunjung ke lokasi ini :

- Kenakan sepatu kets atau sandal gunung, karena medan trekking yang licin dan berbatu
- Hanya bisa dilalui kendaraan roda dua (itu pun motor hanya bisa sampai daerah pemukiman warga saja)
- Membawa kantong plastik untuk menaruh sisa sampah makanan dan minuman yang kalian bawa, jangan mengotori tempat ini, untuk kemudian semua sampah tersebut bisa dibuang di tempat sampah milik warga
- Warung terdekat berada cukup jauh, sehingga disarankan membawa makan dan minum sendiri atau makan di warung terdekat
- Belum ada fasilitas toilet umum, sehingga bagi yang mau main air atau basah-basahan bisa menumpang mandi di rumah warga sekitar
- Dilarang melakukan vandalisme corat-coret dan berbuat mesum

Sedikit saran dari saya kepada pihak pemerintah daerah setempat, jika saja intansi yang berwenang mau memperbaiki akses jalan dan fasilitas menuju ke tempat ini, tentunya selain hal tersebut dapat mengangkat perekonomian warga sekitar (tidak hanya dari sektor pariwisata curug ini tetapi juga mempermudah mobilitas warga untuk hal-hal lainnya), tentunya juga dapat menambah pemasukan daerah untuk mengembangkan potensi wilayahnya, dimana untuk jangka panjang juga dapat merangkul dan memberdayakan warga serta meningkatkan kualitas sumberdaya manusia warga sekitar dalam hal promosi, membuka lapangan kerja, dan pengembangan wilayah tersebut menjadi sebuah desa wisata

Baiklah saatnya melanjutkan petualangan goweswisata berikutnya, karena “Travel Blogger” adalah ujung tombak pariwisata Indonesia, maka nantikan petualangan goweswisata pada post yang akan datang, yuk jelajahi negeri tercinta kita ini, karena disini masih banyak tempat-tempat menarik dan tersebunyi lainnya yang menunggu kedatangan kita :)

4 comments:

  1. Wuih! itu jalan semen dua lajur yang tengahnya batu itu jalan baru lho. Eh, dulu itu aku lewat Cinomati mikirnya supaya lebih cepet sampai sana, tapi tanjakannya jahanam, hahaha.

    ReplyDelete
  2. Saya belum pernah ke situ, tapi pernah lewat sekitaran jalan yang ada di peta itu. Adik saya yang malah pernah ke situ. Hehehee.

    ReplyDelete
  3. @wijna : karena saya tahu klo cinomati itu menyebalkan tanjakannya makanya saya nyoba rute yg lebih santai (tp tetep ja harus nanjak hadeeehh)

    @denmasbbrindhil : lha situ ngebolangnya luar jogja mulu :)

    ReplyDelete
  4. Dimana tempat nya saya pernah lewat daerah situ tapi tidak tau kalau ada air terjun secantik itu.apakah ada yang mau ngantar ke tempat itu?

    ReplyDelete