Friday 12 September 2014

Supergirl from Spain


Namanya Cristina Brugarolas Villa, namun cukup panggil dia Bru, ia berasal dari Spanyol, cukup sulit untuk mengingat namanya ketika saya pertama kali bertemu dan berkenalan dengannya, kisah lengkapnya akan saya ceritakan dibawah ini :)

Lazimnya yang terjadi di Indonesia, di Negara yang mayoritas penduduknya muslim ini, setelah perayaan Iedul Fitri atau lebaran maka akan ada acara kumpul-kumpul keluarga atau Syawalan. Saat itu saya mendapat undangan untuk menghadiri acara Syawalan yang diselenggarakan oleh salah satu sanak famili saya di Jogja, dan karena satu-satunya alat transportasi yang saya punya hanyalah sepeda maka saya pun bersepeda dari rumah menuju rumah saudara yang menjadi tempat diselenggarakannya acara Syawalan tersebut

Setibanya disana (setelah nyasar sedikit) dan tampaknya kepagian hehe...saya pun memarkir sepeda dan beristirahat di teras belakang rumah saudara saya, dan saat itulah saya melihat sosok wanita bule muda yang ada dirumah tersebut. Awalnya saya mengira mungkin dia adalah istri dari salah seorang saudara saya, dan dia pun tampak hilir mudik di dalam rumah, sesekali juga berbicara dengan beberapa orang saudara (pakde) yang belum saya kenal juga (maklum saya termasuk yang jarang menghadiri acara-acara keluarga seperti ini)

Tak lama dia pun keluar dan melihat-lihat suasana sekitar, saya pun iseng menyapa dan bertanya siapakah dia? setelah berkenalan (dengan namanya yang panjang tersebut), terlebih ketika tidak ada yang "berani" menemani untuk menjelaskan kepadanya mengenai acara ini dan tentang Yogyakarta secara umumnya, dan karena dia pun tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia, jadi saya pun akhirnya menjadi penerjemah sekaligus menjadi guide dadakan yang menjelaskan setiap pertanyaan yang ingin diketahuinya (hmmm...mengherankan kenapa kebanyakan orang Indonesia yang walaupun mereka telah mempelajari bahasa asing atau bahasa inggris di sekolahnya tapi selalu merasa takut atau tidak siap ketika harus mempraktekan dalam kasus sebenarnya tentang apa yang sudah mereka pelajari sebelumnya)

Saya pun menjelaskan tentang makna dari acara Syawalan tersebut serta beberapa pertanyaan darinya tentang Yogyakarta serta Indonesia pada umumnya. Setelah acara Syawalan tersebut selesai, kami kemudian bertukar nomor contact dan saya memandunya untuk kembali menuju Jogja (ternyata saat itu dia ke Indonesia dalam rangka mengajar drama di sebuah sekolah di Jogja untuk beberapa bulan)

Beberapa kali kami saling menyapa melalui sms maupun messenger, dan mengatur jadwal bertemu (ia ingin sekali mencoba bersepeda dan menjelajah lokasi wisata tersembunyi yang banyak tersebar di wilayah Jogja), namun karena faktor kesibukan baik dari dia maupun saya jugalah yang terkadang membuat jadwal tersebut selalu tidak pas

Setelah beberapa lama (mungkin sekitar 3 minggu) kemudian ia menghubungi saya dan mengatakan apakah saya mempunyai waktu luang untuk bertemu dan menemaninya bersepeda sebelum batas waktu visanya habis dan ia harus pulang ke negaranya, baiklah saya pun lalu mengatur jadwal dan waktu yang pas untuk menemaninya

Akhirnya kami pun bertemu kembali (walau awalnya ada sedikit kesalahpahaman tentang lokasi, dimana saya menunggunya di depan Carefour Ambarukmo Plaza, dan dia menunggu saya di depan Carefour arah Bandara), dan dia datang dengan merasa bersalah karena membuat saya menunggu 1 jam, tapi sudahlah, saya pun mengatakan untuk santai saja dan lebih baik kita nikmati hari ini dengan senang, dan lupakan kesalahpahaman tersebut (terkadang sebuah senyuman akan membuat hari ini menjadi lebih baik untuk semua)

Baiklah, setibanya dirumah saya, dimana dua orang rekan goweswisata lainnya sudah menungu untuk ikut menemani. Saya bertanya kepada Bru kira-kira dia ingin menggunakan sepeda yang mana. Kemudian setelah pemilihan sepeda sudah selesai, saya pun mengatur koordinasi barisan saat gowes nantinya, dimana saya akan menjadi Road Captain, dan rekan lainnya akan menjadi Sweeper

Karena sejak awal Bru ingin melihat air terjun, maka saya pun berinisiatif menawarkan Luweng Sampang untuk menjadi tujuan gowes kali ini, dengan pertimbangan rute yang dilalui tidak melalui jalur menanjak (karena umumnya rute menuju setiap air terjun pasti menanjak), memang agak jauh tapi rutenya lebih aman, cenderung flat

Dari Basecamp goweswisata, kami menuju arah Blok O (disini Bru sempat terlihat canggung ketika melakukan shifting, serta posisi sadel yang diturunkan karena ia merasa posisi sadel serta seatpost terlalu tinggi), oleh karena itu salah seorang rekan goweswisata sempat ragu apakah Bru mampu untuk gowes sejauh itu menuju Luweng Sampang, tapi saya bilang coba saja dulu, kalau toh tidak kuat nanti tinggal diatur rute tujuan alternatifnya

dan diluar dugaan ternyata kemampuan kayuhan Bru sangat cepat, awalnya saya sempat berpikir mungkin karena masih awal sehingga tenaga juga masih segar, tapi Bru mengatakan bahwa ia terbiasa gowes cepat supaya tidak pegal (saya juga mengakui terkadang gowes yang terlalu pelan justru malah membuat kaki dan tangan menjadi cepat lelah), sampai di Jembatan Gemblung kami sempat mampir sebentar dan saya menjelaskan tentang lokasi ini kepada Bru



Lanjut Gowes lagi, kecepatan kayuhan Bru tetap stabil dan cepat (saat ini saya pun mulai menyadari bahwa mungkin ia memang sudah terbiasa bersepeda), akhirnya tim gowes kali ini yang berjumlah 4 orang (saya, Bru, Rian, dan Agit) mulai terpecah menjadi dua grup, karena perbedaan kecepatan kayuhan, dimana saya dan Bru berada didepan, sedangkan Agit dan Rian tertinggal jauh di belakang, untunglah rian bisa menjadi seorang sweeper yang baik karena walaupun sebenarnya ia mampu mengejar saya dan bru, namun ia konstan berada dibelakang menjaga agit yang berada didepannya yang tampaknya sudah mencapai kecepatan maksimal gowesnya dengan menggunakan sepeda lipat

Air Terjun Luweng Sampang yang kini mengering


Binatang apa ya ini?


Miss Cristina Brugarolas Villa, supergirl with beautiful smile :)



Istirahat sembari menunggu cuaca tidak terlalu panas lagi



Saya pun merasa dan mengakui kalau sejauh ini, selama saya melakukan gowes maka Bru menjadi satu-satunya wanita yang bisa mengimbangi kecepatan gowes saya (dimana kami masing-masing juga gowes dengan membawa beban sekitar 4-5kg di rak boncengan sepeda) dan dia bisa mengimbangi kecepatan kayuhan saya tanpa dipaksakan (karena nafasnya juga stabil), dan itu terjadi disepanjang perjalanan ini, bahkan hingga kami semua beranjak pulang dan tiba kembali di basecamp goweswisata.


Setibanya di basecamp pun ia tidak langsung beristirahat, melainkan melakukan cooling down dan bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanannya kembali, karena ada farewell party yang diadakan oleh rekan-rekan kerjanya sebelum ia pulang kembali ke Negara asalnya


Benar-benar wanita perkasa, oleh karena itu judul post kali ini adalah Supergirl from Spain tampaknya tepat untuk menggambarkan tentang dirinya

Selamat Jalan Bru, semoga kelak suatu saat kita bisa bertemu kembali :) Gracias sudah berbagi cerita tentang kebudayaan dari negaramu, paling tidak jika kelak kau ingin kembali ke Indonesia atau mungkin berkelana ke Negara lain, kau tetap mempunyai teman-teman dari Indonesia, dan ada suatu nilai lebih yaitu ilmu dan kebaikan yang kau tinggalkan untuk murid-murid dan orang-orang lain yang telah kau kenal selama kau berada di Indonesia

No comments:

Post a Comment