Thursday 14 August 2014

Sepenggal Cerita Dari Kenteng, Kulonprogo

"Saya tidak pernah mempersoalkan seberapa jauh atau seberapa cepat saya mengayuh sepeda, tetapi apa hal inspiratif yang bisa saya dapatkan dari setiap kayuhan perjalanan saya"

Catatan gowes kali ini sebenarnya hanya sekedar gowes iseng saja dari Jogja (Gedongkuning) ke arah Kulonprogo, melewati jalan Godean lurus terus ke barat

Di post-post terdahulu saya juga pernah gowes melewati rute ini, yang membedakan mungkin hanyalah jenis-jenis sepeda yang saya gunakan serta hikmah perjalanan yang saya dapat hehe... saya pernah menggunakan sepeda MTB hardtail-Full suspension-Sepeda lipat-hingga sepeda lawas seperti sekarang yang digunakan pada post kali ini

Ya setelah sekian lama saya menekuni kegiatan bersepeda dan sudah pernah menggunakan beragam jenis sepeda (biasanya sekaligus saya review) akhirnya saya balik lagi menggunakan sepeda besi model lawas, yaitu sepeda MTB merk Rudyproject. Dan tentu saja kali ini sepeda tersebut juga sudah saya berikan beban tambahan yaitu membawa sepasang tas pannier buatan lokal (Bandung) merk Sulep. Gowes kali ini juga sekalian melatih dan membiasakan diri untuk mulai bersepeda jarak jauh alias touring lagi euuuyyy... (berat total sepasang pannier tersebut setelah saya isi yaitu sekitar 6 kg)

Perjalanan gowes dimulai sekitar pukul 07.00 WIB dari depan RS. Bethesda-Galeria Mall, dimana salah seorang rekan saya sudah menunggu untuk turut serta dalam perjalanan tidak jelas ini :)

Suasana pagi hari di Kota Jogja seperti biasa masih cukup nyaman untuk gowes, dari depan RS. Bethesda kami gowes kearah barat menuju arah Tugu Jogja, kemudian terus ke arah barat (Jl. Godean)

Selepas Ringroad barat, perlahan suasana perkotaan mulai mengilang, tergantikan oleh suasana yang lebih tenang dan tidak terlalu bising, sehingga gowes pun menjadi lebih tenang dan nyaman, suasana seperti ini terus terasa hingga kami pun akhirnya tiba di Jembatan Kulonprogo.

Dari atas jembatan, saya melihat ada beberapa goweser entah dari komunitas mana sedang asyik berkumpul di pinggir Sungai, saya pun menyempatkan untuk menghampiri mereka sekaligus juga menikmati pemandangan yang ada di sepanjang aliran Sungai Progo





Aliran Sungai Progo terlihat cukup tenang, hal ini akhirnya turut dimanfaatkan oleh sebuah keluarga yang kebetulan kami temui sedang membawa serta anggota keluarganya untuk bermain di sekitar pinggir sungai, nampak sang anak nampaknya juga turut menikmati bermain air di Sungai progo, mungkin seandainya daerah sekitar sungai ditata lebih rapi dan diperhatikan faktor keamanannya maka dapat menjadi alternatif sarana rekreasi keluarga yang murah-meriah


ini apa ya?


aliran dari beberapa sungai kecil yang bermuara ke Sungai Progo


Selain itu pemandangan lainnya yang dapat kita temui di sepanjang aliran Sungai Progo ini adalah adanya aktivitas para penampang pasir, yang sedang beraktivitas menambang pasir dari letusan Merapi yang terbawa aliran Sungai

Setelah puas mengambil foto-foto pemandangan sekitar (dan sedikit narsis hehe...), kami pun kembali melanjutkan perjalanan menuju arah Kenteng (dari perempatan lampu lalu lintas ambil saja arah barat), kebetulan pada saat kami kesana sedang ada hari pasaran berdasarkan sistem penanggalan Jawa, sehingga suasana Pasar Kenteng menjadi ramai oleh para pedagang yang berjualan peralatan bertani dan pakaian-pakaian.


Hamparan persawahan warga sekitar menjadi hal yang kami temui berikutnya, pemandangan serta suasana khas pedesaan layaknya lukisan-lukisan yang sering kita lihat di pameran-pameran lukisan seakan menjadi kenyataan, mungkin pemandangan seperti inilah yang kerap menjadi inspirasi para pelukis-pelukis tersebut, dan bagi mereka yang masa kecilnya pernah merasakan atau tinggal di suasana pedesaan tentunya akan merasa rindu dengan nuansa tersebut, terlebih jika mereka sudah merasakan kejenuhan lingkungan perkotaan yang serba hedonis dan matrealistis

Beda generasi


Me...:) The Bicycle-Travel Blogger


Rindu dengan suasana seperti ini :D


Didepan kami mulai terlihat medan atau kontur jalan yang cukup membuat malas untuk gowes, ya apalagi kalau bukan tanjakan, perlahan teknik shifting pun saya lakukan untuk mengurangi hambatan kemiringan (dan berat pannier yang lumayan)


Untunglah terhibur oleh pemandangan bagus di sepanjang sisi jalan



Setibanya di puncak tanjakan, kami langsung disuguhkan pemandangan lukisan alam karya Sang Pencipta yang seketika membuat rasa lelah perjalanan ini seakan terasa bukanlah kesia-siaan. Deretan perbukitan yang dikelilingi oleh hijaunya hamparan sawah serta suasana yang sangat tenang menjadikan hal ini sebagai sebuah kemewahan yang susah didapatkan jika selama ini kita hidup di perkotaan dan hanya bisa mendengar atau melihat pemandangan seperti ini di program jalan-jalan yang disiarkan oleh televisi


Aktivitas warga lokal



Selain disuguhkan oleh keindahan pemandangan alam, yang membuat setiap perjalanan gowes ini semakin berarti adalah bahwa saya bisa melihat dan merasakan geliat aktivitas warga sekitar. Ya, bagaimanapun juga dari setiap perjalanan ini maka faktor "manusia"-lah yang paling banyak memberi tambahan warna dan kisah-kisah inspiratif, hal itu jugalah yang membuat saya selalu termotivasi untuk terus melakukan perjalanan bersepeda ini dan berbagi setiap inspirasi yang saya dapat dari setiap jengkal kayuhan pedal ini, semoga kelak nantinya para pembaca setia juga bisa mempunyai cerita perjalanannya masing-masing :)





Setiap detail perjalanan yang terasa lucu, the answer is : "on May, May...be after i had finished my journey"

5 comments:

  1. Fhoto nya bagus ... salam hangat

    ReplyDelete
  2. Tanjakannya nggak dilanjut sampai ke Kiskendo? :D

    ReplyDelete
  3. @ rumahkaro : salam hangat juga opung :)

    @ Nor Muzammil : terimakasih, marilah berkunjung kesini :)

    @ Mawi Wijna : hehe karena bawa beban 7kg di pannier jadi males nanjak-nanjak dulu

    ReplyDelete