Thursday 3 October 2013

Yogyakarta City


Yogyakarta, hmmm...kira-kira apa sih yang terbayang dibenak teman-teman semua kalau mendengar kata Yogyakarta?

Pasti yang terpikir adalah kota pelajar, kota gudeg, malioboro, keraton, tugu jogja, Gunung Merapi, Pantai Parangtritis dan budayanya.

Tapi pernahkah terpikir bagaimana cara menjelajah isi kota ini dengan cara yang mengasyikkan, pokoknya dengan cara yang berkesan dan lain dari biasanya, Naik angkot atau trans jogja itu sih udah biasa, walaupun moda angkutan umum yang satu ini tergolong murah dan efisien hanya dengan membayar tiket bus seharga Rp 3.500,- kita sudah bisa muterin kota Yogyakarta

Naik becak atau delman?well walau terkesan klasik tapi tarifnya lumayan kalau ditotal buat muter-muter kota, ditambah lagi apa situ tega nyiksa abang becaknya ngegowes keliling kota hehe...:)

solusinya kenapa tidak mencoba menjelajah kota ini dengan menggunakan sepeda, selain sebagai sarana transportasi yang ramah lingkungan, menggunakan sepeda juga relatif enak dan mudah untuk menyusur keluar masuk gang pemukiman penduduk, jadi kita bisa puas menjelajah hingga kedaerah yang luput dari jalur wisata utama (yang biasanya mulai macet)

Persewaan sepeda juga relatif banyak dijumpai di kota ini, kita tinggal browsing terlebih dahulu di internet tentang usaha persewaan sepeda, terserah mau menyewa harian atau mingguan, atau buat para bikepacker dan backpacker yang berniat stay agak lama di Yogyakarta untuk mempelajari kebudayaan dan masyarakat disini bisa mencari sepeda-sepeda second maupun baru dengan harga yang bisa disesuaikan dengan budget yang tersedia.

untuk rutenya kita tinggal menentukan atau mapping terlebih dahulu kira-kira daerah mana yang mau kita jelajahi. Jalur-jalur alternatif sepeda lengkap dengan papan penunjuk arahnya juga banyak dijumpai disetiap jalan masuk gang atau komplek pemukiman penduduk. Bisa juga dengan mencari info mengenai komunitas sepeda lokal yang banyak terdapat di Yogyakarta, biasanya setiap malam minggu mereka berkumpul dititik nol kilometer yaitu didepan kantor pos besar, didepan benteng, atu sepanjang Jalan Mangkubumi.

Suasana diruang terbuka depan benteng yang disediakan sebagai wadah berinteraksi publik



Untuk parkir sepeda pun jika kita ingin ke Malioboro maka sudah tersedia juga parkir sepeda (yang terkadang disalah gunakan oleh tukang parkir untuk menandai batas parkir motor jika parkiran sudah penuh). yang pasti menjelajah kota ini dengan sepeda terasa seru dan mengasyikkan karena dengan kecepatan bersepeda yang tidak terlalu cepat jika dibandingkan dengan kendaraan bermotor, maka kita masih sempat menikmati dan melihat-lihat pemandangan disekitar rute yang kita lalui secara santai (dan yang pasti tidak akan terkesan diburu-buru layaknya jika kita menggunakan kendaraan bermotor yang kalau pelan pasti diklakson hehe)

Suasana di Jalan Malioboro, disisi kanan adalah jalur sepeda-becak dan delman




Depan gerbang Istana Presiden atau Gedung Agung, walau merupakan bangunan formil tapi masyarakat bebas melintas dan berinteraksi diruang terbuka yang berada didepannya


Pesepeda disini juga sebenarnya sudah lumayan diberi fasilitas oleh pemda setempat yatu berupa ruang tunggu sepeda yang berada diposisi paling depan di setiap traffic light (diberi cat berwarna hijau dan ada tulisan ruang tunggu sepeda), sehingga pesepeda tidak harus menghisap polusi dari asap knalpot kendaraan bermotor (sayangnya karena jumlah pengguna motor yang tiap tahun semakin melonjak dan kurang teredukasi maka ruang tunggu sepeda kerap digunakan oleh motorist yang seakan menganggap jalanan adalah sirkuit, dan traffic light adalah penanda start)

Narsis ria didepan stasiun tugu


Menikmati dan memanfaatkan lampu hias malam hari yang berada di Pojok benteng (plengkung gading)




Sentra makanan Gudeg (makanan khas kota Yogyakarta) di Jalan Wijilan, sebelah timur alun-alun utara


Keraton Yogyakarta di Alun-alun utara


Museum Kereta Keraton, kendaraan yang dipakai saat ada perayaan atau hajatan keluarga keraton


Pusat jajanan dan sentra produksi kaos dagadu di Rotowijayan


Jam yang merupakan hadiah dari masyarakat kepada Sultan




Taman Sari atau Water Castle, dahulu merupakan tempat pemandian putri-putri kerajaan



Alun-alun Selatan yang merupakan ruang terbuka publik sehingga masyarakat dapat saling berinteraksi dan memanfaatkan open space ini untuk rekreasi dan berolahraga setiap harinya.



Disini juga banyak dijumpai pedagang balon gelembung seperti ini


kalau kita kreatif maka kita bisa memanfaatkan momen tersebut untuk membuat foto seperti ini


caranya cukup dengan melakukan pendekatan personal dan bercanda dengan penjualnya hehe...:D


Anak-anak pun juga turut menikmati suasana seperti ini bersama dengan keluarganya masing-masing


Di Alun-alun Selatan juga ada Penjual jajanan atau cemilan Cilok Bandung didalamnya ada kikilnya, yang setiap harinya selalu ramai dipadati oleh para pembeli setianya (biasanya mulai buka dari pukul 15.30 - habis biasanya jam 18.30)


suasana malam hari di Alun-alun Selatan yang dihiasi oleh kelap-kelip cahaya dari mobil gowes odong-odong yang banyak disewakan di lokasi ini


Beristirahat sejenak sembari merangkum catatan hasil pengamatan perjalanan bersepeda keliling kota hari ini menggunakan sepeda lipat kesayangan hehe


Update suasana terkini titik nolkm Yogyakarta (5/5/2018)


















1 comment:

  1. Silahkan untuk bergabung di Komunitas Sepeda Lipat Jogja (JFB) jika berkenan. Info hub. Totok (081386994444) ato Om Andy (081227570000)

    ReplyDelete