Wednesday, 1 January 2014
Gua Seluman ; Situs Cagar Budaya Yang Terabaikan
Lokasinya yang terletak tepat di pinggir jalan raya, tepatnya di Desa Wonocatur, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta, tidak jauh dari Pasar membuat suasana di sekitar menjadi ramai oleh kendaraan yang lalu-lalang diselingi riuhnya kesibukan aktivitas Pasar terutama di pagi hari.
Namun ternyata masih banyak orang yang tidak menyadari kehadiran (adanya) salah satu Situs peninggalan sejarah yang merupakan Cagar Budaya ini. Gua Seluman, atau banyak orang menyebutnya dengan Gua Siluman adalah salah satu situs peninggalan sejarah yang sayangnya saat ini kondisinya kian terabaikan, dan seakan (sengaja) luput dari perhatian instansi yang seharusnya bertanggungjawab dalam upaya pelestarian peninggalan sejarah ini.
Memang tak banyak informasi yang bisa didapat mengenai sejarah dari Situs Gua Seluman ini jika kita berkunjung secara langsung, karena di lokasi ini pun tak ditemui informasi apapun yang menunjukkan keterangan mengenai asal-usul maupun fungsi situs ini pada zaman dahulu, oleh karena itu saya pun berusaha mengumpulkan beberapa informasi secara online terlebih dahulu sebelum memutuskan menuju ke lokasi
Dan karena kebetulan lokasinya sendiri cukup dekat dengan homebase Gowes Wisata, maka saya beserta rekan-rekan Gowes Wisata yang lain pun akhirnya memutuskan untuk mencoba berkunjung dan melihat secara langsung keadaan dari Situs bersejarah ini. Lokasi Gua Seluman ini sendiri terletak di jalan yang menghubungkan ringroad timur Ypgyakarta dengan wilayah Berbah, Sleman. Patokannya jika melewati Jalan raya Janti atau perempatan JEC-Blok O lurus saja kearah selatan sekitar 200 meter, setelah menemukan papan penujuk kearah berbah anda tinggal berbelok kekiri, kemudian setelah melewati pasar kira-kira 50 meter kemudian maka akan terlihat situs ini yang ditandai dengan tembok tinggi sisa puing yang saat ini warnanya mulai kehitaman
Suasana di sekitar situs pada pagi hari cukup ramai oleh aktivitas pasar
Mungkin jika sebelumnya kita tidak menggali informasi tentang peninggalan-peninggalan sejarah yang ada di Yogyakarta ini, maka hampir bisa dipastikan kita pun akan luput mengetahui keberadaan situs ini, karena jika dilihat dari jalan raya maka kondisi situs ini tak ubahnya seperti bekas puing bangunan biasa, tidak terawat dan minim informasi kecuali hanya sebuah papan kayu yang bertuliskan nama situs dan keterangan bahwa situs ini termasuk cagar budaya, namun tidak ada keterangan lain lagi setelahnya
Situs Gua Seluman memang tidak seterkenal Istana air Taman Sari yang berada dalam kompleks keraton Yogyakarta, namun situs atau Pesanggrahan Gua Seluman yang dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono II ini dahulu mempunyai fungsi yang penting bagi kalangan keraton Yogyakarta. Bersama Pesanggrahan Warung Boto, tempat ini disebut dalam salah satu tembang macapat yang berkisah tentang kemajuan yang diraih selama masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono II di Yogyakarta
Dahulu, Sutawijaya atau yang dikenal sebagai Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram, mendirikan kerajaannya di kawasan Kotagede. Namun dengan adanya perjanjian Giyanti, membuat Keraton Mataram harus angkat kaki dari wilayah Kotagede. Raja yang menjabat kala itu mendapat wangsit untuk memindahkan kerajaan dari wilayah Kotagede ke kawasan Wonocatur, Bantul. Segala persiapan pun telah dilakukan termasuk mendirikan pemandian untuk para putri serta selir-selir istana yang kini disebut Gua Seluman, namun belum juga usai pembangunan pesanggrahan ini, raja mendapat wangsit lain, dan ternyata kerajaan tidak jadi didirikan di Wonocatur melainkan dipindah ke Plered. Akhirnya sejak didirikan hingga sekarang ini belum pernah sekalipun tempat ini difungsikan, dan belum ada seorang putri keraton maupun selir muda nan cantik yang pernah mandi ditempat ini
Kini bangunan pesanggrahan Gua Seluman ini sudah tidak utuh lagi, kondisinya bisa dikatakan tidak terawat dan pada beberapa bagian mengalami kerusakan, pada areal bangunan yang tidak terlalu luas dan letaknya yang berada 4 meter dibawah permukaan tanah ini bagian dalamnya terdiri dari lorong-lorong yang banyak ditumbuhi tanaman dan lumut
Dibalik fakta sejarah tadi, ada kepercayaan yang berkembang di masyarakat sekitar bahwa situs Gua Seluman ini merupakan tempat yang ampuh serta dapat membuang kesialan seseorang seperti halnya ritual ruwatan yang diharapkan kesialan yang menempel pada diri seseorang dapat dihilangkan dan menjadikan nasibnya lebih baik lagi, hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa bekas hio, dupa, dan kembang untuk sesajen yang berada tidak jauh dari mulut bangunan
Pintu masuk berbentuk lengkung yang merupakan penanda memasuki lorong
ruangan pada bagian dalam lorong, masih adanya hiasan berupa ukiran yang walau sudah mulai termakan usia namun masih dapat dilihat dengan jelas
Berkeliling ke sisi barat daya, terdapat satu buah kolam air lagi yang dihiasi dengan arca burung beri dengan paruhnya yang menonjol yang sekaligus berfungsi sebagai pancuran air
Areal situs mencakup sisi kiri dan kanan jalan yang terhubung melalui sebuah lorong yang berada persis dibawah permukaan jalan raya, sayangnya kondisi bangunan yang terletak disisi satunya kondisinya bahkan lebih parah, karena selain tertutup oleh tanaman, situs ini tak ubahnya seperti comberan yang menampung air limbahan rumah tangga dan sampah, sehingga kotoran dan bau yang menyengat seakan semakin menutup sisa kemegahan dari situs peninggalan sejarah ini, bahkan tepat disamping situs juga telah berdiri rumah bertingkat milik warga yang dibangun secara permanen, dan pipa air buangan dari rumah tersebut tepat mengarah kegerbang situs ini
Rumah warga yang dibangun secara permanen tepat disamping situs, perhatikan arah pipa air buangan yang mengarah secara langsung ke gerbang situs tersebut
Tak dapat dipungkiri bahwa inilah kenyataan yang terjadi saat ini dan tidak hanya menimpa situs Gua Seluman saja, melainkan juga banyak terjadi pada situs-situs peninggalan sejarah lainnya. Kondisi rusak, tidak terawat, hilang dicuri beberapa artefaknya, penuh coretan, serta terabaikan seakan menjadi hal biasa di Negeri ini, sungguh miris jika disandingkan dengan slogan pariwisata yang mengajak wisatawan baik lokal maupun manca untuk datang dan melihat budaya serta sisa peninggalan sejarah kejayaan bangsa ini dengan kenyataan yang ada dilapangan. Hanya obyek wisata yang dianggap potensial secara ekonomi saja yang seakan mendapat prioritas lebih, sedangkan yang lain terabaikan dengan dalih kurangnya anggaran
Oleh karena itu melalui coretan kisah perjalanan saya di Blog ini diharapkan dapat semakin membuka wawasan serta dapat mengetuk perhatian para pembaca semua (khususnya pihak-pihak yang mempunyai otoritas terhadap hal ini) supaya lebih memperhatikan situs peninggalan sejarah serta cagar budaya lainnya, dengan tidak hanya menetapkan sebuah situs atau artefak menjadi cagar budaya secara formalitas semata, namun juga dengan memberi perhatian khusus yang dapat mengedukasi kepada pengunjung dan generasi penerus bangsa berikutnya supaya mereka semakin bangga dan mengerti alasan kenapa mereka harus mencintai Bangsa ini dengan seluruh kekayaannya (baik alam, sejarah, budaya, maupun tradisi pola hidup kemasyarakatan yang menjadi semacam kearifan lokal)
Menjadi bagian dari sebuah Bangsa yang bernama Indonesia itu sangat menyenangkan, dan saya pun Bangga menjadi orang Indonesia dengan segala ciri khas yang dimilik oleh setiap wilayahnya. Apakah para pembaca juga berpikir demikian seperti saya? jika jawabannya Iya, maka mulailah mengenali Negeri ini dari setiap aspeknya terutama sejarah dan budayanya, karena hal tersebutlah yang menjadikan Bangsa ini menjadi sebuah bangsa yang besar, baik di masa lalu dan kelak di masa yang akan datang...:)
Tambahan sumber referensi :
- http://jogjatrip.com/id/1248/Pesanggrahan-Gua-Siluman
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment