Monday 13 February 2023

SENDANG NGEMBEL

Sabtu, 11 Februari 2023.

Selamat ber-weekend sobat Goweswisata, kali ini daripada kalian bingung menentukan enaknya gowes kemana nih disaat weekend seperti ini, nah Goweswisata akan mengulas sebuah tempat yang mungkin saja bisa kalian jadikan tujuan gowes bersama komunitas sepeda kalian ataupun bagi yang sekedar ingin gowes sendirian saja, yang pasti tujuan gowes wisata kali ini adalah sebuah tempat yang memiliki suasana sekitar yang cukup syahdu, sunyi dan tenang, tak perlu berlama-lama lagi yuk kita langsung saja menuju ke Sendang Ngembel.



Sendang Ngembel yang berlokasi di Dusun Beji Wetan, RT 03, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Propinsi DI Yogyakarta (Google Maps = “Sendang Ngembel”) ini adalah sebuah sendang atau mata air alami yang dijadikan sumber irigasi untuk mengairi area persawahan yang ada disekitarnya.



Menurut sejarahnya sumber mata air di Sendang ini pertama kali ditemukan pada tanggal 15 besar bulan Jawa Tahun 1915 oleh Kiai Jalu Mampang. Sendang ini juga menjadi saksi sejarah dari Kerajaan Mataram Islam dimana pada bagian tengah Sendang terdapat sebuah pulau kecil berukuran 2,5m x 2,5m yang dipercaya sebagai penanda batas wilayah Mangir dan Kerajaan Mataram Islam yang diletakkan oleh Ki Ageng Mangir Wonobudoyo, hal ini tidaklah mengherankan karena sebenarnya tidak begitu jauh dari lokasi Sendang ini juga terdapat sebuah Desa Wisata bernama Mangir. Oleh karena itulah disetiap tanggal 15 bulan besar kalender Jawa ditempat ini selalu diadakan acara syukuran sebagai penghormatan dan rasa bersyukur atas berkah air yang terus mengalir walau saat musim kemarau sekalipun, yang digunakan untuk mengairi persawahan warga.




Seiring waktu keberadaan Sendang Ngembel pun juga mengalami modernisasi atau penataan layaknya sebuah tempat wisata, hal ini ditandai dengan diresmikannya Sendang Ngembel  sebagai salah satu destinasi wisata oleh Bupati Bantul pada Tahun 2015. Pembangunan beberapa fasilitas pendukung seperti area parkir kendaraan yang cukup luas, warung makan, akses jalan yang cukup bagus, toilet, mushalla, pendopo, gazebo, dan tempat sampah kini telah tersedia disekitar area Sendang, bahkan keberadaan pulau kecil yang ada ditengah kolam Sendang pun kini bisa dicapai melalui jalan setapak yang dibangun untuk menghubungkan pulau kecil tersebut dengan area tepi Sendang, area pulau kecil yang ada di tengah tersebut bahkan menjadi spot berswafoto yang paling diminati oleh para pengunjung.



Walaupun mengalami modernisasi namun tetap saja ada beberapa kearifan lokal yang terus dijaga dan dipertahankan oleh warga sekitar seperti tetap menjaga suasana tenang dan asri di area sekitar Sendang, oleh karena itu walaupun dulu pernah ada usulan untuk membuat perahu bebek-bebekan di area kolam Sendang dan menjadikan air Sendang sebagai fasilitas berenang untuk pengunjung maka usulan tersebut pun ditolak, jikapun suatu saat usulan tersebut ingin direalisasikan maka peletakkannya harus ada ditempat lain diluar area kolam Sendang, mungkin saja dengan penambahan atau pembuatan area kolam baru yang khusus untuk kegiatan hiburan tersebut, sedangkan untuk sumber airnya sendiri warga sekitar pun mempersilahkan jika ingin menggunakan air dari Sendang sebagai sumber airnya, yang penting area kolam utama Sendang harus tetap netral dari kegiatan hiburan dan tenang seperti apa adanya.



Disekitar area kolam Sendang yang memiliki diameter sekitar 50m dan dengan kedalaman antara 0,5-4m dan memiliki dasar berupa lumpur hitam (Ngembel/Mbel = lumpur dalam bahasa Jawa) ini juga terdapat sebuah cungkup berukuran 2x3m yang berada di area tepi telaga, cungkup ini kerap dijadikan tempat untuk menaruh sesaji atau digunakan sebagai tempat bertirakat bagi beberapa orang yang memiliki hajat atau keinginan, keberadaan cungkup ini juga dipercaya sebagai tempat kediaman dari ghaib penunggu Sendang yang  bernama Kiai dan Nyai Beji, selain itu pulau kecil yang ada ditengah kolam juga kerap dijadikan tempat untuk menaruh sesaji juga.





Sayangnya walaupun tempat ini cukup nyaman dan tenang untuk sekedar beristirahat dan menyepi namun disisi lain pemeliharaan area Sendang ini akhirnya kerap terlupakan, masalah sampah dan keruhnya air di kolam Sendang ini sering dikeluhkan oleh beberapa pengunjung yang datang dari dulu hingga saat ini, pengawasan disekitar area Sendang yang cukup sepi juga dikuatirkan dapat disalahgunakan oleh beberapa pasangan muda-mudi yang datang untuk melakukan hal asusila.


Jika kalian ingin mencoba berkunjung ketempat ini akses termudah adalah melalui Jalan Bantul sampai bertemu Masjid Agung Bantul, dari Masjid Agung Bantul kalian masih terus saja ke arah Barat ikuti jalan yang nanti agak belok ke kiri dan kalian akan bertemu perempatan lampu merah kemudian belok kanan melewati jembatan Bedog lalu ambil kiri, terus saja sampai melewati Lapas dan mulai menanjak hingga akhirnya bertemu SD Beji, dari SD Beji kalian tinggal belok ke kiri, lurus dan sampailah kalian di Sendang Ngembel.


Selepas dari Sendang Ngembel ini jika kalian ingin mencoba mengeksplorasi obyek wisata lain disekitar tempat ini kalian juga bisa mencoba antara lain ke Kopi Puncak Rindu, Desa Wisata Mangir Kopi Jipangan, Goa Selarong, Curug Pulosari, Kedung Pengilon, Curug Banyunibo Pajangan, Dewi Gumi, Taman Puspa Gading, Edum Park, dan Jembatan Gantung Tegaldowo.



Sedangkan saya sendiri setelah usai berkeliling mengamati suasana dan mengambil beberapa dokumentasi di sekitar Sendang Ngembel, saya pun melanjutkan perjalanan pulang sembari mencoba sekalian melewati Dewi Gumi (Desa Wisata Gunung Mijil), Taman Puspa Gading dan Edum Park, serta melewati Jembatan Gantung Tegaldowo.






Bagaimana apakah kalian tertarik untuk mencoba berkunjung kesini? Yang pasti tetap jaga kelestarian dan kebersihan dari setiap tempat wisata yang kalian kunjungi ya, selamat ber-Gowes Wisata.

Wednesday 8 February 2023

BUKIT PANDAWA

Masih dalam rangkaian petualangan Gowes Wisata edisi nanjak-nanjak hehe… sebenarnya tujuan kali ini terpilih dikarenakan saya bingung mencari lokasi gowes mana lagi yang asyik dan belum pernah saya ulas, serta berada tidak begitu jauh dari pusat kota. Dari hasil scrolling menjelajah via googlemaps akhirnya ketemulah spot ini yang memenuhi persyaratan diatas, nah daripada penasaran lebih baik kita kunjungi secara langsung saja untuk melihat adakah perbedaan atau perubahan dari review googlemaps terdahulu dengan kondisi realnya saat ini, yuk kita lets go.


Oya kali ini saya tidak sendirian melainkan ditemani oleh seorang teman (Ka Yulianti) yang ingin ikut karena penasaran seperti apakah cara Gowes Wisata mencari, menentukan, dan mengulas sebuah tempat wisata sampai akhirnya bisa menjadi sebuah tulisan seperti yang sedang kalian baca saat ini, yah semoga gowes wisata bersama saya kali ini bisa membantu memuaskan rasa penasaran Ka Yuli yah, dan jangan kapok karena gowes bersama saya pasti akan selalu ada adegan nyasarnya terlebih dahulu sebelum akhirnya tiba di lokasi, karena nyasar adalah bagian dari petualangan.


Kami mengawali start dari Tugu Jogja sekitar pukul 06.30 WIB sembari memantau kondisi cuaca, maklumlah sejak bulan lalu kondisi cuaca di Jogja hampir setiap harinya pasti hujan, hanya sesekali saja cuaca bisa cerah seharian, nah untungnya hari ini walaupun tadi saat Subuh kondisi cuaca terlihat mendung namun berangsur-angsur mentari pun mulai menampakkan dirinya dan cuaca lumayan terlihat cerah.


Dari Tugu Jogja kami mengayuh pedal sepeda ke arah Barat melalui Jalan Godean sampai keluar Ringroad, dan masih terus saja ke Barat, melewati perempatan Pasar Belut sampai tiba di Indomart Sidoluhur, tepat di seberang Indomart Sidoluhur ada gapura masuk ke Utara (Jl. Tj. Pare), kami pun mengarahkan sepeda memasuki gapura tersebut ke Utara sampai mentok pertigaan lalu belok ke kiri, dari sini untuk lebih mudahnya kalian bisa mengikuti rute via googlemaps dengan keyword “Bukit Pandawa”, sudah tidak terlalu jauh lagi kok jaraknya.





Bukit Pandawa atau dahulu dikenal dengan sebutan Gunung Wungkal sebenarnya merupakan bagian dari lereng bukit yang area sekitarnya dijadikan kompleks perumahan sederhana, lokasinya sendiri tepatnya berada di Dusun Jering, Desa Sidorejo, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, Propinsi DI Yogyakarta. Berjarak sekitar 13km dari pusat kota Jogja.




Akses untuk menuju ke spot ini sebenarnya juga merupakan akses jalan masuk ke dalam komplek perumahan sederhana yang berada disekitarnya, sesampainya dilokasi ini suasananya cukup tenang, belum ada retribusi, mungkin juga dikarenakan tempat ini belum seramai spot wisata lainnya yang sudah lebih dulu populer.



Dibagian atas bukit ini terdapat patung-patung tokoh pewayangan Pandawa Lima, mungkin hal inilah yang pada akhirnya menjadi penamaan spot ini yaitu Bukit Pandawa, hanya saja di bagian atasnya lagi juga terdapat beberapa patung lain yang sepertinya tidak nyambung dengan keberadaan patung tokoh Pandawa Lima tersebut, yaitu banyak sekali terdapat patung karakter animasi Kungfu Panda dengan berbagai pose, sepertinya jika menggunakan ilmu cocoklogi maka Bukit Pandawa=Pandawa=Panda, yang penting ada unsur kata Pandanya, maka tak heran jika sebagian orang juga menyebut lokasi ini dengan sebutan Bukit Panda (walaupun tokoh pandanya hanya berupa patung karakter kungfu panda, bukan dikarenakan disini terdapat hewan panda asli).







Spot bukit ini sendiri menghadap ke arah Barat sehingga dari sini cocok sekali sebagai tempat untuk bersantai disore hari sembari menikmati panorama matahari terbenam, mungkin pada awalnya tempat ini hendak dikonsep seperti itu, terlihat dari adanya beberapa bekas fasilitas seperti semacam panggung, tandon-tandon penampungan air, dan patung-patung panda. Sayangnya saat ini pembangunan fasilitas penunjangnya seakan sudah tidak berlanjut lagi, rumput-rumput liar tumbuh semakin meninggi diantara patung-patung panda tersebut, dan atap dari panggung juga terlihat sudah rusak.



Selain sebagai spot wisata, lokasi ini juga pernah diusulkan menjadi geo heritage atau cagar alam geologi dan warisan geologi berupa wisata edukasi kebumian karena bukit disini memiliki struktur geologi yang lebih baik berupa intrusi batuan tua yang dapat dilihat dengan jelas, serta diperkirakan berusia lebih tua dibandingkan dengan struktur batuan Gunung Merapi.


Sayangnya karena kurangnya publikasi dan promosi maka keberadaan Bukit Pandawa pun saat ini seakan kalah bersaing dengan keberadaan spot-spot wisata lainnya yang ada disekitar sini, di satu sisi mungkin hal ini menjadi baik karena kelestariannya dapat terus terjaga, namun disisi lain hal ini juga dapat berakibat buruk karena ketika keberadaan suatu tempat dianggap tidak populer maka bisa saja kedepannya lokasi ini akan hilang, entah diubah oleh pihak-pihak lain yang ingin mengubah alih fungsi spot ini menjadi hal yang menguntungkan secara bisnis oleh mereka, ataupun hilang karena dijadikan perluasan area hunian dan komersiil.




Semoga saja seiring waktu spot Bukit Pandawa ini dapat kembali bangkit dan menemukan identitasnya sehingga kembali diminati baik oleh wisatawan umum maupun oleh kalangan akademis sebagai tempat penelitian dan sarana belajar ilmu geologi.