Friday 28 May 2021

WISMA BETHESDA, SLB C1 PANTI ASIH PAKEM

Sabtu, 22 Mei 2021

Hi sobat goweswisata apa kabarnya kalian semua? Nah gimana nih pastinya setelah kita merayakan Hari Raya Iedul Fitri dan berpuasa selama sebulan penuh di Bulan Ramadhan tentu banyak dari kalian semua yang sudah tidak sabar untuk mulai kembali  mengayuh pedal sepeda menjelajah rute dan destinasi wisata kan? Tenang kalian tidak sendirian kok karena saya juga merasakan hal yang sama, yaitu kerinduan untuk kembali bersepeda mencari spot-spot unik yang sekiranya bakalan asyik untuk dibagikan kepada kalian semua, jadi yuk kita mulai saja pada post kali ini


Ok, tujuan goweswisata kali ini adalah sebuah bangunan lama peninggalan era kolonial yang berada di Jalan Kaliurang Km.21, tepatnya berlokasi di Dusun Purworejo, Kelurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Propinsi DI Yogyakarta. Nama tempatnya adalah Wisma Bethesda atau kalian juga bisa mencarinya di googlemaps dengan kata kunci “SLB C1 Panti Asih Pakem”.




Berdasarkan hasil pencarian informasi via google yang saya lakukan di hari sebelumnya, kebanyakan para content creator dan pengguna sosial media “milenial” mengulas atau mengaitkan tempat ini dengan kisah-kisah berbau horor dan supranatural, terlebih karena bangunan ini dulunya merupakan bekas bangunan Rumah Sakit Khusus Penyakit Paru atau Sanatorium, sehingga berdasarkan ilmu “cocoklogy” mereka akhirnya dikaitkanlah cerita seputar bangunan bekas Rumah Sakit dengan unsur-unsur supranatural, dan juga karena cerita-cerita mistis ternyata dianggap lebih menjual dan disukai oleh kebanyakan masyarakat kita dibanding fakta-fakta sejarah atau ulasan seputar seni Arsitektur era Kolonial



Area kompleks Bangunan Wisma Bethesda atau SLB C1 Panti Asih Pakem yang memiliki luas kurang lebih sekitar 4 Hektar dan berada di ketinggian 620 mdpl ini pada awalnya memang merupakan sebuah area kompleks Rumah Sakit Khusus Penyakit Paru atau Sanatorium yang didirikan sekitar Tahun 1936 oleh seorang Dokter asal Belanda bernama Maria Martha Groot melalui jasa biro arsitek Sindoetomo. Pemilihan lokasi Sanatorium ini sendiri berdasarkan pertimbangan pada waktu itu bahwa para penderita penyakit Tuberculosis sebaiknya dirawat atau dikarantina disebuah tempat yang tenang dan sejuk supaya mereka dapat cepat kembali pulih dan penyakit itu sendiri tidak menyebar ditengah masyarakat.


Bangunan ini dibangun dengan model paviliun dimana pada setiap bangsal dibuat secara terpisah dengan jarak yang cukup lebar sehingga aliran udara mudah masuk namun tidak terasa lembab, setiap bangsal dihubungkan oleh doorlop atau koridor panjang berbentuk terbuka tanpa dinding namun pada bagian atasnya dinaungi dengan atap sehingga pola sirkulasi penggunanya dapat terus berjalan dan berhubungan antar bangsal tanpa terpengaruh oleh cuaca hujan atau terik matahari. Bangunan pendukung seperti Rumah Dinas Dokter dan Bangunan Administrasi juga didirikan didalam area kompleks ini







Sebagai bagian dari Rumah Sakit Zendingsziekenhuis Petronella (kini bernama Rumah Sakit Bethesda) maka tidaklah mengherankan jika terdapat bangunan Gereja didalam area kompleks ini, karena Zending sendiri adalah sebuah lembaga penyebar Agama Kristen, namun hal ini tidak berarti bahwa tempat ini hanya diperuntukkan bagi mereka yang beragama Kristen saja karena Rumah Sakit ini juga melayani masyarakat umum tanpa membedakan latar belakang agamanya dan juga tidak memaksa mereka untuk berpindah keyakinan



Sanatorium ini sendiri diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VIII bersama dengan Residen Yogyakarta saat itu yaitu J. Bijleveld serta Dokter K.P. Groot. Dengan dana operasional pertahunnya sekitar 1200 Gulden ditambah dengan bantuan dari pihak Kesultanan sebesar  1500 Gulden. Semasa Sanatorium ini masih beroperasi tempat ini juga sempat merawat dua tokoh besar bangsa ini yaitu Jenderal Soedirman dan C. Simanjuntak






Ketika akhirnya kemajuan dunia medis berkembang dengan ditemukannya antibiotik bagi penderita TBC pada Tahun 1944 oleh Albert Schatz yang menemukan antibiotik streptomycin yang mampu menyembuhkan penyakit tuberculosis, serta dengan adanya pengembangan vaksin BCG yang dilakukan sejak Tahun 1921 maka saat ini penderita penyakit Tuberculosis tidak pelu lagi dikarantina atau dirawat disebuah tempat khusus seperti Sanatorium karena beberapa Rumah Sakit Umum sudah mampu melakukannya, oleh karena itu akhirnya sejak Tahun 1967 area bangunan Sanatorium ini pun beralih fungsi menjadi gedung SLB C1 yang menampung penyandang tunagrahita hingga saat ini dengan hak kepemilikannya yang masih dipegang oleh yayasan Bethesda





Sewaktu terjadinya peristiwa erupsi besar Gunung Merapi pada Tahun 2010, area kompleks ini pun masuk kedalam zona yang harus dievakuasi dan dikosongkan, dan tidak hanya bangunan ini saja melainkan juga semua bangunan yang berada disekitarnya juga tak luput dari evakuasi, pengosongan serta adanya proses renovasi yang sempat dilakukan pasca bencana ini pun akhirnya membuat beberapa “oknum” content creator mulai membuat cerita eksplorasi seakan-akan tempat ini sudah terbengkalai dan ditambahi lagi dengan sudut pengambilan gambar, proses editing, backsound musik ilustrasi dan bumbu-bumbu cerita mistis supranatural akhirnya membuat beberapa orang pengguna sosial media lainnya turut menyebarkan kisah tersebut dan perlahan membuat fakta sejarah dan fungsi bangunan saat ini pun tertutup dengan embel-embel kisah supranatural tersebut yang tentu saja ujungnya membuat pihak pengelola SLB ini dirugikan karena bagaimanapun juga tempat ini sekarang adalah sebuah Sekolah Luar Biasa Panti Asih Pakem atau sebuah sarana pendidikan bagi mereka yang berkebutuhan khusus yang membutuhkan ketenangan dan privacy tanpa harus diusik oleh cerita-cerita hantu





Beberapa fasilitas pendukung pun kini sudah selesai dibangun, beberapa juga masih ada yang sedang dalam tahap pengerjaan seperti bangunan ruang olahraga yang cukup besar (setidaknya bisa untuk memuat 4 buah lapangan badminton atau volley anak), keberadaan dapur, ruang ibadah Mushalla, ruang cuci-jemur), ruang prakarya, garasi untuk mobil jemputan anak-anak SLB, area WIFI, dan bangunan lainnya kini dalam keadaan cukup baik, sayangnya saya tidak bisa mengambil foto dokumentasi dibagian doorlop dan fasilitas pendidikan karena menghargai privacy mereka, namun setidaknya mata dan ingatan saya sudah merekam keadaan dan kondisi area bangunan ini, seperti sisi bagian utara yang diperuntukkan untuk Asrama, dan sisi Selatan yang menjadi bangunan Sekolah, beberapa bangsal yang dibuat memanjang Timur-Barat juga masih mengalami perbaikan


Jika kalian hendak berkunjung melihat tempat ini sebenarnya dipersilahkan, kalian hanya tinggal meminta ijin kepada penjaga tempat ini namun tentunya ada beberapa peraturan yang harus kalian taati seperti tidak diperbolehkan mengambil foto area bangsal dan asrama anak-anak (kecuali kalian sedang dalam acara atau kegiatan yang melibatkan anak-anak SLB atau acara pendidikan), tidak membuat content yang bersifat horor atau cerita supranatural (lagipula setidaknya kalian juga bisa membuat isi content yang lebih berkualitas dan mencerdaskan viewer kalian daripada sekedar menjual cerita hantu)


Apapun itu setidaknya rasa penasaran saya akan area kompleks bangunan ini sudah cukup terjawab, tempat ini cukup enak dan nyaman untuk beristirahat, dengan pepohonan yang rindang, udara yang sejuk, tingkat kebisingan yang rendah, serta beberapa bangunan bergaya kolonial yang cukup indah sebagai spot fotografi jika nantinya sudah selesai direnovasi tampaknya sudah menghilangkan kesan negatif cerita horor yang entah siapa yang memulainya


Jadi jika kalian memiliki ketertarikan terhadap bangunan-bangunan bergaya kolonial cobalah untuk menggali sisi menarik yang menyenangkan dari keberadaan bangunan-bangunan tersebut, cobalah untuk menguak informasi dari sisi sejarah, keindahan arsitektural, penataan antar ruang dan lain sebagainya, sajikanlah content yang berkualitas daripada sekedar membungkus semuanya dan menjualnya sebagai cerita horor, karena kalau sekedar mencari hal gaib pastinya disemua tempat juga ada termasuk rumah kita sendiri, jadi untuk apa mengeksplorasi yang jauh? Hal gaib itu pasti ada namun tidak semua content yang kita sajikan harus dibungkus dengan hal gaib supaya laku dijual, just show your quality and create something smart 🙂