Selasa, 31 Mei 2022
Hi sobat goweswisata dan penikmat dunia jalan-jalan semuanya, sepertinya sudah lama kita tidak mengulas wisata sejarah ya? Nah kali ini Gowes Wisata akan mereview sebuah spot wisata sejarah yang sekaligus punya nilai plus karena memiliki view wisata alam yang tak kalah menarik, pokoknya spot kali ini sangat cocok untuk kalian yang suka sejarah, bermain air, berenang, camping, maupun hanya sekedar kumpul-kumpul bersama orang terdekat, dan pastinya tempat ini juga aman untuk anak-anak. Daripada berlama-lama yuk kita mulai mengulas tempat yang bernama Taman Raja Balitung ini.
Taman Raja Balitung, pastinya banyak dari kalian semua (termasuk saya sendiri) yang tidak tahu siapa itu Raja Balitung, kebanyakan pasti berpikir kalau Balitung yang dimaksud mungkin berhubungan dengan Balitong atau Belitung, sayangnya tebakan kita semua ternyata salah karena Raja Balitung yang memiliki nama lengkap Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung Sri Dharmodaya Mahasambu ternyata adalah seorang pemimpin Kerajaan Mataram Kuno dari Wangsa Sanjaya yang memerintah sekitar Tahun 899-911 Masehi, dimana kekuasaannya meliputi wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Bali.
Hal ini diketahui berdasarkan isi Prasasti Syiwagrha yang ditemukan disekitar Candi Prambanan, Prasasti berangka Tahun 778 Saka (856M) ini ditulis pada masa pemerintahan Rakai Pikatan. Saat ini prasasti tersebut telah dipindahkan dan disimpan di Museum Nasional di Jakarta.
Selain prasasti Syiwagrha, bukti sejarah lain mengenai jejak Raja Balitung juga ditemukan pada Prasasti Tlu Ron yang berangka Tahun 822 Saka (900M) yang ditemukan di sekitar halaman situs Candi Kedulan pada Bulan Juli Tahun 2015 lalu, dimana isi prasasti tersebut bercerita tentang kisah Raja Balitung yang kala itu sedang berburu burung dan kemudian beristirahat serta mandi di sebuah telaga mata air, kemudian Sang Raja menyuruh bawahannya untuk membangun dawuhan atau Bendung untuk kepentingan bangunan suci Parhyangan Haji di wilayah Tlu Ron yang saat ini diketahui bahwa bangunan suci yang dimaksud ternyata adalah situs Candi Kedulan.
Berdasarkan keterangan dari prasasti-prasasti tersebut para ahli sejarah mencoba mencari keberadaan telaga mata air yang dimaksud, dimana dijelaskan juga bahwa lokasi telaga tersebut berada di sebelah Timur tak jauh dari bangunan suci Parhyangan Haji, kemudian setelah dilakukan analisa berdasarkan arah aliran air atau sungai maka diketahui bahwa telaga yang digunakan untuk pemandian Sang Raja waktu itu ternyata berada di wilayah Jongkangan, tepatnya saat ini berada di Dusun Jongkangan, Desa Tamanmartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Propinsi DIY.
Hal ini diperkuat dengan ditemukannya batuan andesit yang merupakan batu penyusun bangunan Candi yang tersebar disekitar wilayah Jongkangan, beberapa yang sudah berhasil ditemukan antara lain berupa batuan bagian atas pintu gerbang masuk Candi, batuan dinding dan umpak candi, serta beberapa bagian candi lainnya yang telah didata oleh dinas kepurbakalaan, sayangnya hingga kini belum ada tindak lanjut dari dinas terkait untuk memindahkan batuan tersebut ke tempat yang lebih aman untuk mencegah kerusakan, karena beberapa dari batu candi tersebut hingga kini masih tergeletak begitu saja sejak awal ditemukan, bahkan sebagian batu akhirnya malah digunakan sebagai alas untuk mencuci pakaian oleh warga sekitar.
Awalnya warga sekitar juga tidak mengetahui jika sumber mata air dan kolam yang berada di wilayah mereka ternyata merupakan bekas pemandian Raja Balitung, mereka hanya mengetahui bahwa sumber mata air ini sudah ada sejak zaman kakek-nenek mereka dan kerap digunakan untuk mandi dan berenang oleh warga sekitar dan anak-anak kecil di wilayah tersebut, namun sejak instansi terkait menjelaskan perihal bukti sejarah dari Raja Balitung ditambah dengan adanya penemuan beberapa batuan candi yang tersebar disekitar lokasi hingga pekarangan rumah warga maka mulailah warga mendapat pendampingan dari pihak yang lebih kompeten untuk mulai mengelola wilayah tersebut menjadi spot wisata alam dan sejarah.
Sebelum tempat ini dijadikan spot wisata Taman Raja Balitung, sumber mata air yang ada awalnya sempat ingin digunakan oleh sebuah perusahaan penyedia jasa air minum sebagai sumber air produk mereka, tawaran kerjasama ini sempat disodorkan oleh pihak perusahaan kepada warga sekitar, namun setelah melalui musyawarah bersama seluruh warga desa akhirnya diputuskan untuk menolak tawaran kerjasama tersebut karena warga kuatir jika akhirnya proses penyedotan tersebut justru akan membawa lebih banyak dampak negatif bagi lingkungan mereka seperti rusaknya akses jalan karena dilalui oleh truk-truk pengangkut air, hingga yang terparah adalah rusaknya sumber mata air akibat penebangan pepohonan untuk mempermudah akses truk tersebut.
Sejak itulah sekitar Tahun 2018 lalu warga pun mulai bergotong-royong merapikan dan menata tempat ini yang merupakan tanah kas desa seluas kurang lebih 3 hektar (namun baru digunakan 1 hektar saja) menjadi sebuah spot wisata yang kini diberi nama Taman Raja Balitung, sebagian pembiayaan mendapat bantuan dari pihak pengelola Prambanan, sedangkan pendampingannya dilakukan oleh pihak UGM.
Selama pandemi covid melanda sekitar akhir Tahun 2019 – 2022 aktivitas pengelolaan dan penataan tempat ini sempat terhenti selama 2,5 tahun, hal ini membuat suasana dan kondisi tempat ini menjadi agak terbengkalai, namun kini setelah kondisi kembali kondusif dan pandemi mulai mereda maka penataan dan pembangunan pun mulai kembali dilakukan, setiap sore beberapa warga terlihat bergotong royong membersihkan tempat ini.
Beberapa fasilitas pendukung seperti toilet umum, Mushalla, listrik dan penerangan, tempat sampah, penyebaran bibit ikan, gazebo, dan bangku-bangku sudah ada, beberapa kegiatan seperti pasar kuliner tadisional dan senam sehat juga diadakan setiap Hari Minggu Pahing, kedepannya menurut pihak pengurus juga akan diadakan kegiatan seni seperti Jathilan dan tari tradisional mengingat hampir sebagian besar para penari pentas Ramayana di Prambanan kebetulan adalah warga sekitar, selain itu nantinya juga akan dibuat fasilitas dolanan anak seperti ayunan, egrang, jungkat-jungkit dan lainnya, bagi penyuka aktivitas camping kalian pasti senang karena disini kalian boleh melakukan camping, tentunya setelah meminta ijin terlebih dahulu kepada warga dan pengurus.
Bagi wisatawan yang suka bermain air pun tidak perlu kuatir akan faktor keamanannya karena aliran air disini bersumber dari mata air sehingga airnya tetap jernih dan debitnya tidak deras layaknya aliran sungai besar (sehingga aman dari banjir walaupun terjadi hujan lebat), namun spot yang paling asyik untuk berenang sebenarnya adalah dibagian kolam yang sering digunakan oleh warga sekitar untuk mandi yang lokasinya berada di tempat terpisah berjarak kurang lebih 100 meter dari pintu masuk Taman Raja Balitung, kolamnya berukuran lebih besar namun tidak terlalu dalam (hanya sepaha orang dewasa), airnya berkarakter tenang dan berwarna jernih kebiruan seperti di Blue Lagoon Jogja, sumber airnya sendiri juga berasal dari mata air yang belum pernah kering.
Cara termudah jika kalian ingin berkunjung ke Taman Raja Balitung (gmaps “Taman Raja Balitung”) patokannya adalah dari Candi Kedulan ke Timur - perempatan – masih ke Timur - menyeberang Jembatan/sungai – disebelah kiri/Utara ada jalan masuk - masuk ke Utara dalam dusun - pertigaan - ambil kiri ikuti jalan – ada Makam 1 (kalau ingin langsung berenang lihat ada pos ronda sebelum makam sebelah kiri – masuk kiri), kalau ingin ke area utama Taman Raja Balitung dari makam 1 – masih terus ke Utara – ada makam 2 – samping makam ada jalan masuk ke kiri – masuk kiri - sampai.
Akses menuju ke tempat ini bisa dilalui oleh kendaraan roda dua dan roda empat, lahan parkir juga telah tersedia di lapangan dekat Makam, sejauh ini belum ada tarif masuk resmi alias masih gratis, hanya ada kotak sumbangan seikhlasnya yang berada tepat di depan undakan tangga akses masuk Taman Raja Balitung. Jadi bagaimana apakah kalian tertarik berkunjung ke tempat ini? yang pasti tetap jaga kebersihan dari setiap lokasi wisata yang kalian kunjungi ya, selamat ber-goweswisata 🙂
No comments:
Post a Comment