Sunday, 26 November 2017

CHAPTER 20; PARA PENELITI MUDA

Minggu, 17 Januari 2016
Hari ini mungkin menjadi rekor jarak tempuh terpendek kami dari sepanjang perjalanan ini, yaitu hanya 8,54km saja jarak yang berhasil kami selesaikan, mengapa bisa begitu? Baiklah mari kita kilas balik dulu sebentar :)

Setelah pada malam hari sebelumnya kami menumpang beristirahat di rumah Pak Haji Mastur, nampaknya kondisi badan kami berdua benar-benar sangat kelelahan sampai-sampai kumandang adzan Subuh pun tidak terdengar padahal jarak antara Mushalla dengan tempat kami menginap tepat bersebelahan, dan usut punya usut ternyata pada pagi hari ini adzan Subuhnya memang tidak berkumandang dari Mushalla dikarenakan Pak Haji Mastur yang biasa menjadi Muadzin ternyata juga bangun kesiangan hehe…

Kami baru terbangun sekitar pukul 06.30 WITA kemudian bergegas mandi untuk mulai bersiap melanjutkan perjalanan lagi

Setelah kami selesai mandi dan mempacking barang, Pak Haji pun memanggil dan mengajak kami untuk sarapan bersama (walaupun kami tidak terbiasa untuk sarapan pagi namun akhirnya kami pun mengiyakan tawaran tersebut), sambil makan dan berbincang-bincang mengenai tujuan kami berikutnya, Pak Haji pun meminta nama dan alamat kami berdua (sebagai semacam testimonial dan menambah ukhuwah Islamiyah katanya)

Berfoto bersama Pak Haji Mastur yang mukanya mirip artis sinetron (tebak hayo mirip siapa :))


Akhirnya setelah berpamitan dan mengucapkan terimakasih kepada Pak Haji dan keluarganya, sekitar jam 8 WITA kami pun mulai start lagi. Mengawali start hari ini kami sudah harus langsung menyiapkan mental karena tepat di depan kami rute jalan yang akan kami lalui ini sudah mulai terlihat menanjak (Pak Haji pun sudah memberitahu bahwa nantinya tanjakan sepanjang kurang lebih 900m ini akan terasa berat karena derajat kemiringannya yang curam), ya sudahlah mau bagaimana lagi tidak ada kata mundur karena hanya ini satu-satunya jalan yang ada jadi kami harus menghadapinya



Dan benar saja tanjakan ini terasa sangat berat dan panjang (mirip dengan tanjakan di perbukitan Menoreh, Kulonprogo), mobil dan bus wisata yang melalui rute ini saja sampai memacu gas dan persneling satunya dengan berat, apalagi bagi kami berdua yang hanya mengandalkan kekuatan semangat serta dengkul ini, sudah terbayangkan bagaimana beratnya mendorong sepeda full loaded di tanjakan yang curam dengan kualitas aspal yang terasa lengket dan diterpa sinar matahari yang cukup panas, energi sarapan tadi pagi rasanya langsung habis tak tersisa hehe... (kali ini setiap menghadapi atau melihat tanjakan lebih baik langsung nyengir saja dulu daripada merasa kesal sendiri)



Hampir 45 menit sudah waktu yang kami habiskan hanya untuk melewati tanjakan ini, tepat di puncak tanjakan ini ada semacam spot parkir dan beberapa pedagang cenderamata yang menjajakan dagangannya kepada setiap wisatawan yang mampir (kecuali kami hehe), dari atas sini kita juga bisa melihat 3 Gili dari kejauhan (Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili air), selain itu keindahan pesisir pantai disepanjang rute jalan ini pun juga tidak kalah indahnya









Salah satu Gili sudah tampak dari kejauhan


Sehabis tanjakan, otomatis pasti akan mendapat bonus pemandangan dan turunan, namun pada turunan kali ini juga harus berhati-hati, jangan sampai terlena karena rutenya berkelok-kelok. Awalnya kami mengira tanjakan yang tadi sebelumnya merupakan tanjakan terakhir, tapi eh ternyata didepan masih ada banyak lagi tanjakan yang walaupun tidak sepanjang tadi namun derajatnya sama menyebalkannya, dorong lagi-dorong lagi ini mah...


Mungkin ada sekitar 3-4 tanjakan yang sudah kami lalui sejak tanjakan pertama yang panjang tersebut, namun karena di zona waktu Indonesia Tengah ini (menurut perasaan saya) waktunya cepat sekali berlalu, tahu-tahu sudah jam 1 siang saja, mana di depan konturnya masih naik-turun pula, situasi seperti ini akhirnya membuat Agit menjadi kesal sendiri (dan ngadat), karena bosan dan lelah akibat dari tadi lebih banyak dorongnya daripada gowesnya. Kami pun akhirnya beristirahat sebentar di pinggir jalan sambil berdiskusi apa sebaiknya gowes hari ini disudahi saja dulu walaupun hari masih siang, dan mulai mencari tempat beristirahat saja


Namun setelah bertanya-tanya tampaknya tidak ada penginapan disekitar sini, yang ada hanyalah patok-patok keterangan bahwa tanah ini sudah dibeli Hotel S dan tanah itu sudah dibeli Hotel K (mungkin 10 tahun kemudian kedepannya daerah ini sudah dipenuhi oleh Hotel-hotel mewah dan menjadi seperti Bali), entahlah bagaimana dengan masyarakat aslinya, apakah mereka akan dapat bertahan ataukah menjadi terpinggirkan?

Selagi kami beristirahat di depan kantor LIPI, tiba-tiba ada seseorang yang hendak keluar (yang bernama Fauzan), saya sempat bertanya dan meminta ijin kepadanya kira-kira bolehkah kami menumpang beristirahat dan mendirikan tenda kami disini, oleh Mas Fauzan kami kemudian disarankan untuk menanyakan langsung ke kepala koordinator pekerja yang ada di mess rumah singgah LIPI, ia pun kemudian menemani mengantarkan saya untuk berbicara dan meminta ijin langsung ke kepala koordinatornya bernama Mas Hendra. Setelah menjelaskan maksud dan tujuan kami akhirnya Mas Hendra mempersilahkan kami untuk menumpang beristirahat, bahkan ia menawarkan sebuah kamar kosong di rumahnya sebagai tempat kami beristirahat daripada kami harus repot-repot mendirikan tenda, karena di rumah dinasnya ia hanya tinggal sendirian (dimana dalam 1 rumah dinas ada 3 kamar yang bisa digunakan untuk 3 orang) akhirnya kamar kosong itulah yang kami gunakan sebagai tempat beristirahat hari ini, setidaknya oleh Mas Hendra kami berdua diizinkan untuk beristirahat memulihkan stamina dulu sampai kondisi badan kami benar-benar fit kembali untuk melanjutkan perjalanan ini, akhirnya hari ini setelah mandi dan menumpang mencuci pakaian-pakaian kotor, sorenya kami pun memasak nasi dan telor yang kami beli sewaktu berbelanja di pasar tradisional sebelumnya, karena di tempat ini jarak ke warung-warung juga cukup jauh sehingga lebih baik kami memasak sendiri saja, malamnya setelah selesai memindahkan dan memback-up file-file foto dan video kini saatnya kami beristirahat total dan besoknya mungkin kami off from the bicycle dulu sejenak untuk benar-benar memulihkan stamina kami sebelum nantinya lanjut lagi menghadapi kontur jalan yang naik-turun di Pulau Lombok ini :)



Pemandangan pantai yang berada tepat di belakang rumah dinas LIPI


Pengeluaran hari ini :

- tidak ada karena masak sendiri

Total jarak tempuh hari ini : 8,54 km


Tak terasa 3 hari sudah (Minggu sampai dengan Selasa) kami menumpang beristirahat di rumah dinas LIPI, selama waktu istirahat off from the bicycle ini kami mendapat pengalaman dan pengetahuan baru dari orang-orang yang tinggal dan bekerja di LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) ini, Mereka yang berada dan bekerja disini kebanyakan adalah orang-orang muda yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, ada yang dari Medan, Jawa, dan daerah lainnya, semuanya berkumpul dan menyatukan keahlian yang mereka miliki untuk memajukan potensi Indonesia melalui penerapan teknologi yang mereka kuasai untuk mengoptimalkan sumberdaya alam di daerah tersebut.

Dan tidak hanya di Pulau Lombok saja, masih banyak kantor-kantor LIPI lainnya yang tersebar di berbagai pelosok lainnya di seantero Indonesia Raya ini, semuanya disesuaikan dengan potensi yang ada di daerah tersebut masing-masing, salah satunya seperti yang ada di Teluk Kode, Pulau Lombok ini, para peneliti muda yang berada disini mencoba untuk mengoptimalkan metode pembudidayaan kerang mutiara, mereka memasang jaring-jaring yang telah dilengkapi dengan semacam rumah sebagai tempat menempelnya kerang-kerang dan terumbu di sepanjang pantai, mereka juga meneliti berbagai jenis kerang tersebut, mana jenis kerang yang produktivitasnya paling tinggi serta cara untuk meningkatkan hasil mutiara selama proses pembentukannya didalam kerang tersebut, semua hasil penelitian tersebut mereka catat dan laporkan untuk kemudian disusun dalam bentuk proposal yang ditujukan kepada pemerintah daerah dan instansi terkait supaya dapat ditindak lanjuti dalam bentuk program kerja nyata yang diharapkan kedepannya juga dapat meningkatkan taraf perekonomian masyarakat sekitar serta meningkatkan kesadaran mereka terhadap upaya pelestarian alam dan cara memanfaatkan hasil alam dengan tidak merusak atau mengeksplorasinya secara berlebihan

Para peneliti muda ini mempunyai semangat dan daya juang yang tinggi, mereka mempunyai harapan bahwa suatu saat nanti seluruh potensi sumberdaya alam yang ada di bumi nusantara ini dapat dikelola sendiri oleh putra-putri terbaik bangsa ini, dan hasilnya dapat digunakan untuk mensejahterakan seluruh lapisan rakyat tanpa terkecuali sehingga pada akhirnya sila kelima dari dasar Negara kita ini yaitu Pancasila yang berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” ini benar-benar dapat dirasakan secara langsung

Namun semua ini bukannya tanpa kendala, terkadang beberapa hasil laporan yang telah diusulkan kepada instansi terkait tidak jarang hanya akan berakhir didalam lemari dan menjadi berkas semata, tidak ada kelanjutan tanggapan dan program kerja yang terwujud, dengan alasan tidak adanya dana operasional dan berbagai dalih lainnya tentu saja hal ini mengecewakan mereka-mereka yang telah bekerja meneliti dan menemukan sebuah terobosan dalam mengoptimalkan sumberdaya tersebut, tetapi para peneliti muda tersebut tidak patah semangat karena mereka juga punya keyakinan bahwa suatu saat akan ada pihak yang benar-benar mendengar dan menghargai seluruh jerih payah mereka

Saat ini kebanyakan hasil-hasil penelitian mereka justru dihargai oleh pihak-pihak luar dan investor asing yang jeli melihat peluang tersebut, beberapa hasil budidaya kerang mutiara tersebut pada akhirnya justru dibeli oleh investor dari Australia, sungguh suatu ironi mengingat semua itu sebenarnya merupakan sumberdaya alam yang kita miliki dan telah diteliti oleh putra-putri terbaik bangsa namun malah ditolak oleh para pemangku kebijakan negeri ini dan justru malah dihargai dan disupport oleh Negara-negara lain, selama pola pikir para pejabat kita masih berpikir untuk kemakmuran perutnya sendiri maka jangan harap Indonesia akan mampu mengejar ketertinggalannya dibanding Negara lain, tetapi inilah realita yang saat ini sedang terjadi dan berlangsung di Bumi nusantara yang membuat sang Ibu Pertiwi semakin bersedih, namun janganlah kita sebagai generasi penerus bangsa ini kehilangan semangat dan menjadi generasi yang hanya “nyinyir” saja, karena masa depan itu masih ada, dan Indonesia masih memiliki masa depannya sendiri selama generasi penerusnya seperti kita sekarang juga masih memiliki keyakinan dan terus berkarya di bidang kita masing-masing secara positif dan mampu menciptakan sebuah terobosan dan mengharumkan nama bangsa sebagai solusi di tengah carut-marutnya generasi yang semakin darurat nyinyir tanpa solusi ini

The planet doesn’t need more successful people. The planet desperately needs more peacemakers, healers, restorers, storytellers, and lovers of all kinds


Pengeluaran hari Senin, 18/01/16 :

- belanja sayur (6 butir telur+daun bawang+roti+cemilan+air mineral 1,5L = Rp 25.000,-
- 2 porsi nasi campur = Rp 30.000,-
- pulsa internet 4Gb = Rp 62.000,-

Pengeluaran hari Selasa, 19/01/16 :

- belanja sayur = Rp 9.000,-
- jajan roti+air mineral 1,5L = Rp 10.000,-

Total = Rp 136.000,-

No comments:

Post a Comment