Rabu, 10 Mei 2023.
Masih dalam rangka pemulihan stamina pasca Ramadhan, kali ini enaknya kita mengulas lokasi yang mana lagi ya? Hmmm sepertinya sudah lama nih kita tidak mengulas spot yang berhubungan dengan sejarah dan bernuansa “creepy”, jadi tidak perlu berlama-lama lagi yuk kita langsung capcuss saja let’s go ke tujuan gowes wisata kita kali ini yaitu Rumah Putih Sarjanawiyata Kaliurang.
Rumah Putih Sarjanawiyata Kaliurang atau dikenal juga dengan beberapa nama antara lain Wisma Angker Kaliurang, Villa Putih Kaliurang, Wisma Widya Mandala, Pesanggrahan Sarjanawiyata, dan Rumah Putih Grenzenberg (Bahasa Belanda yang berarti perbatasan gunung), tepatnya berlokasi di Jalan Pramuka No.55 Kaliurang, Hargobinangun, Kabupaten Sleman, Propinsi DI Yogyakarta. Berada di kaki Gunung Merapi tepatnya di pinggir jalan sebelum menuju ke pintu masuk Goa Jepang Kaliurang.
Dari Basecamp Gowes Wisata sendiri tempat ini berjarak kurang lebih sekitar 29km ke arah Utara yang berarti rute kali ini bisa dipastikan menanjak. Hmmm…dengan perhitungan jarak dan kontur medan seperti itu jika saya gowes santai dengan kecepatan rata-rata 15km/jam saja maka waktu tempuh yang nanti diperlukan mungkin sekitar 2 sampai 3 jam dengan pertimbangan gowes yang super santai menikmati pemandangan+berhenti istirahat+foto-foto hehe…๐
Seperti biasa rute termudah tentu saja melalui Jalan Kaliurang karena dari situ kita hanya tinggal lurus saja ke arah Utara mengikuti jalan ini melewati Terminal dan Pasar Pakem sampai akhirnya nanti tiba di gerbang loket pintu masuk menuju ke area wisata Kaliurang. Oya di sepanjang rute ini nantinya kalian juga akan melewati beberapa spot wisata lain seperti Museum Gunung Merapi, Heha Forest park, jalan potong menuju ke Kalikuning, Ledok Sambi, dan lainnya.
Nilai plus berwisata menggunakan sepeda seperti ini selain badan menjadi bugar adalah kita bisa bebas masuk ke beberapa area wisata seperti Kaliurang ini secara gratis tis tis hehe… Selepas melalui gerbang loket area wisata Kaliurang menuju ke Tugu Udang (salah satu spot titik kumpul atau penanda ancer-ancer yang biasanya sering digunakan oleh para goweser untuk berkumpul dan berfoto) kita juga akan melewati beberapa penanda jalan menuju kebeberapa spot wisata lainnya yang ada disekitar area ini seperti Tankaman Natural Park, persewaan jeep Merapi, dan lainnya.
Setelah berfoto-foto sebentar disekitar Tugu Udang (sebagai pengingat bahwa akhirnya pernah juga gowes sampai sini hehe…), saya pun mengambil jalan yang menuju kearah Gardu Pandang atau Goa Jepang, nantinya jalan ini akan mentok di pertigaan Kaliurang Botanical Park, nah saat weekend biasanya di sekitar lokasi ini banyak terdapat aneka jajanan pengisi perut, jadi kalian tidak perlu kuatir akan kelaparan atau kehausan, banyak warunglah pokoknya.
Dari pertigaan Kaliurang Botanical Park saya pun mengambil arah kanan memutari taman rekreasi Kaliurang, tak jauh dari situ sebenarnya juga terdapat bangunan terbengkalai lainnya berarsitektur art deco yang juga memiliki kisah tragis dan mengerikan lainnya yaitu Wisma Djembranasari (nantinya saya juga akan mengulas sedikit tentang kisah Wisma Djembranasari ini di postingan terpisah berikutnya) yang berada persis dipinggir jalan juga setelah Villa Jaran Jingkrak.
Oya jika kalian ingin menuju ke lokasi Rumah Putih Sarjanawiyata Kaliurang ini kalian juga bisa mengecek lokasi dan rutenya via googlemaps dengan keyword “sarjanawiyata angker”, jadi bukan dengan kata kunci Wisma Tamansiswa Kaliurang ya, itu beda lagi, untuk lebih mudahnya kalian bisa lihat gambar dibawah ini, lokasi Rumah Putih Sarjanawiyata Kaliurang adalah yang berada pada lingkaran merah, tidak jauh dari Wisma Tamansiswa Kaliurang kok.
Sedikit cerita tentang Rumah Putih Sarjanawiyata Kaliurang, bangunan ini dibangun pada Tahun 1930 oleh orang-orang Belanda yang hidup saat itu dan digunakan sebagai Zending Club Huis atau rumah perkumpulan para Misionaris Katolik Belanda. Setelah Indonesia merdeka dan pihak Belanda meninggalkan Indonesia, kepemilikan bangunan ini pun kemudian diambil alih oleh Keraton Yogyakarta, kemudian pada Tahun 1953 akhirnya bangunan megah ini dibeli dan menjadi milik seorang Guru Besar UGM yang juga berprofesi sebagai dokter gigi dan merupakan seorang pendiri Fakultas Kedokteran Gigi UGM. Seiring waktu berlalu hak kepemilikan bangunan ini pun berpindah tangan menjadi milik pihak Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa sampai saat ini, dan nama tempat ini pun berganti menjadi Wisma Widya Mandala.
Saat bangunan ini masih aktif difungsikan dan dikelola oleh pihak kampus, tempat ini kerap digunakan sebagai tempat berkumpul para mahasiswa untuk berdiskusi, membuat seminar, dan mengadakan berbagai kegiatan akademis lainnya. Bangunan ini juga sempat mengalami renovasi dan perbaikan di Tahun 1985, namun sayangnya letusan dan erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada Tahun 1994 membuat keadaan bangunan ini menjadi rusak parah akibat terkena imbas letusan dan guguran awan panas Merapi yang meluluh-lantakkan semua yang berada dalam radius zona bahaya tak terkecuali bangunan ini. Tak hanya kondisi fisik bangunan saja yang mengalami rusak berat, struktur dan konstruksi bangunan pun juga menjadi tidak stabil untuk direhabilitasi ataupun digunakan kembali sehingga bangunan ini akhirnya dibiarkan begitu saja menjadi bangunan terbengkalai yang termakan oleh waktu, cuaca, dan alam sekitarnya.
Walaupun bangunan ini sekarang menjadi bangunan terbengkalai nyatanya masih ada saja pengunjung yang datang untuk sekedar berswafoto dengan memanfaatkan latar belakang sisa arsitektur bangunan yang masih tampak tersisa, karena bagaimanapun juga keindahan bentuk bangunan yang bergaya kolonial ini berpadu dengan kesyahduan suasana disekitarnya menjadikan hasil foto yang didapat terkesan estetik berpadu dengan sedikit aura creepy yang misterius, menarik bukan?
Dan tidak hanya sekedar digunakan untuk spot berfoto saja, beberapa media stasiun TV lokal dan nasional hingga para vlogger bahkan pernah meliput dan mengulas bangunan ini sebagai salah satu spot urban legend yang angker di Jogja, dikarenakan adanya beberapa kesaksian dari warga sekitar dan beberapa pengunjung yang saat melakukan aksi uji nyali di tempat ini mereka seakan merasakan adanya rasa “diikuti, diamati, bahkan ditampakkan” oleh fenomena-fenomena supranatural selama mereka melakukan aksi tersebut, seperti adanya penampakan sosok nonie Belanda, suara-suara dari kamar mandi di lantai atas, hentakan langkah kaki di area tangga dan lantai atas, serta hal-hal aneh lainnya.
Bangunan ini sendiri secara denah memiliki konstruksi dua lantai, yang terdiri dari lantai dasar berisi 2 kamar tidur dimana didalamnya terdapat ranjang kayu bertingkat dan beberapa perabotan yang sudah rusak serta usang, ruang tamu, dapur, dan kamar mandi luar. Sedangkan lantai atasnya terdiri dari satu ruangan cukup luas yang mungkin dulunya dijadikan area berkumpul karena dekat dengan balkon sehingga secara penghawaan sebenarnya cukup bagus, serta ada satu kamar tidur yang memiliki kamar mandi dalam. Sayangnya saat ini (Mei 2023) kondisi fisik bangunan baik diluar maupun didalam penuh dengan coretan aksi vandalisme diseluruh dindingnya, walaupun pintu masuk utama sebenarnya sudah ditutup dengan palang kayu namun ada saja ulah tangan usil tidak bertanggungjawab yang justru sengaja memecahkan jendela depan dengan batu supaya bisa masuk kedalam bangunan ini, terlihat dari adanya bekas pecahan kaca yang mengarah ke dalam serta beberapa bekas perabotan yang sudah rusak dan dibiarkan berserakan.
Nuansa dan imej seram yang kini melekat pada bangunan ini terlebih jika melihat lokasinya yang dikelilingi pepohonan pinus, rumput liar, dan seakan terpisah dari area komplek bangunan villa lainnya pada akhirnya justru malah menjadi daya tarik tersendiri bagi penyuka wisata horor untuk memacu adrenaline mereka. Tak jarang kegiatan uji nyali dengan bermalam disekitar lokasi bangunan ini juga masih kerap dilakukan untuk membuat sebuah konten baik oleh pemula maupun professional, terlihat dari adanya sisa bakaran dupa didalam ruangan bangunan ini.
Saat saya berkeliling kesekitar bangunan ini sebenarnya yang cukup membuat saya was-was adalah keberadaan hewan liar, yaitu monyet-monyet liar yang Nampak berkeliaran disekitar lokasi ini, sebenarnya hal ini sangatlah wajar karena bagaimanapun juga habitat mereka memang disekitar Taman Nasional Gunung Merapi, hanya saja semakin siang jumlah monyet yang muncul disekitar bangunan ini kok malah semakin banyak ya hehe… selain monyet, hewan liar lainnya yang saya takutkan adalah jika ada ular disekitar semak-semak yang tumbuh rimbun disekitar bangunan ini, kan ga lucu kalau lagi asyik mendokumentasikan suasana sekitar tempat ini eh malah kena gigit ular, mana disekitar sini kebetulan hanya ada saya seorang diri saja, kan berabe.
Kurang lebih begitulah hasil observasi saya seputar tempat ini, jika dibilang seram sebenarnya ya wajar karena namanya juga bangunan kosong terbengkalai dilereng Gunung yang dikelilingi oleh pepohonan pinus yang tinggi-tinggi serta letaknya yang terpisah dari komplek bangunan villa lainnya, jadi perasaan seramnya mungkin timbul secara psikologis lebih dikarenakan suasana yang sepi dan seorang diri saja, hanya terdengar suara monyet, dan desiran angin yang menerpa dedaunan, belum lagi kabut yang biasanya mulai turun menjelang tengah hari seakan terkesan menutup lokasi ini dari kehadiran pengunjung. Selain itu faktor kewaspadaan bagi saya secara pribadi lebih karena kehadiran hewan liar, konstruksi bangunan yang tidak stabil, serta antisipasi jika ada pengunjung lain “manusia beneran” yang memiliki niat tidak baik, karena bagaimanapun juga hal tersebut dapat lebih berbahaya untuk keamanan diri.
Selebihnya untuk faktor supranatural atau horornya sebenarnya disetiap tempat pun pasti ada saja kok “penghuninya”, apalagi dibangunan yang sudah tidak ada hawa manusianya lagi, tapi selama kitanya sebagai pengunjung juga berlaku sopan dan menjaga etika serta adab terhadap lingkungan sekitarnya, maka “penghuni baik” yang lainnya juga tidak akan mengganggu kita kok, namun bagi pengunjung yang memiliki niatan tidak baik biasanya justru dorongan untuk melakukan hal tidak baik tersebut justru malah akan terasa semakin kuat jika kalian berkunjung ke lokasi-lokasi seperti ini karena tidak semua tempat creepy seperti ini hanya dihuni oleh “mereka” yang baik saja, selebihnya juga ada “penghuni” yang tidak baik yang justru cenderung mendorong atau membangkitkan energi negatif dari kita sebagai pengunjung, jadi jika kalian berkunjung ke tempat-tempat seperti ini selain biasakan berdoa sebelum memulai juga sebaiknya bersihkan pikiran kalian dari niatan yang tidak baik ya (vandalisme, asusila, depresi, sombong, dan semacamnya).
Bagaimana tertarik untuk berkunjung ke tempat ini? tetap ikuti petualangan Gowes Wisata yak arena masih ada wisata misteri lainnya setelah ini, sampai jumpa lagi. ๐
No comments:
Post a Comment