Wednesday, 17 May 2023

WISMA DJEMBRANASARI

Lanjutan dari postingan sebelumnya 🙂

Setelah puas berkeliling disekitar lokasi Rumah Putih Sarjanawiyata Kaliurang dan mengambil beberapa dokumentasi pribadi untuk keperluan bahan tulisan saya sepertinya sekarang saatnya untuk lanjut ke lokasi berikutnya yaitu Wisma Djembranasari (Djembranasari Heritage Village) yang sebelumnya tadi sudah saya lewati (masih sama-sama dilokasi kawasan wisata Kaliurang).



Jarak dari Rumah Putih Sarjanawiyata ke Wisma Djembranasari tidaklah begitu jauh, mungkin hanya sekitar 1 km saja. Sedikit informasi yang saya dapatkan mengenai bangunan Wisma Djembranasari yang berada tepat di seberang Taman Rekreasi Kaliurang dan bersebelahan dengan Villa Jaran Jingkrak ini adalah bangunan ini sudah lama dibiarkan dalam keadaan kosong dan terbengkalai walaupun secara tampilan fisik bangunan ini masih terlihat cukup bagus, bersih tanpa coretan vandalisme, dan kokoh.



Wisma Djembranasari diperkirakan dibangun sekitar Tahun 1950-an (7 Oktober 1956) jika merujuk kepada tulisan angka yang terdapat di dinding luar bangunan ini. Menganut gaya arsitektur art deco tepatnya aliran streamline moderne (populer di Eropa sekitar Tahun 1910-1930), bisa dilihat dari ciri bangunan 2 lantai ini yang penuh dengan unsur melengkung tidak simetris sehingga mengesankan tampilan modern di jamannya, selain itu penggunaan material atapnya berupa dak beton, bukan menggunakan atap genteng seperti rumah-rumah tropis pada umumnya. Penggunaan dak beton ini juga cukup fungsional dalam memberi bentuk estetik di bagian balkon atas dengan banyak jendela kaca yang sekilas terlihat seperti sebuah anjungan kapal, oleh karena itu tidaklah mengherankan jika kemudian banyak orang yang juga menyebut bangunan ini sebagai Rumah Kapal dikarenakan bentuknya tersebut. Penggunaan plester batu kali sebagai unsur dekoratif pada dinding luar bangunan ini juga cukup memberi penegasan identitas bahwa bangunan ini sangat bergaya kolonial atau merupakan rumah lndis.




Mengapa bangunan seindah ini dibiarkan terbengkalai begitu saja padahal lokasinya sangatlah strategis? berada dikawasan wisata Kaliurang yang notabene merupakan salah satu kawasan wisata yang selalu ramai dan menjadi tujuan wisata favorit para wisatawan saat mereka berlibur ke Jogja terlebih ketika musim liburan ataupun setiap weekend tiba. Nah ternyata usut punya usut dari berbagai sumber, permasalahannya ada 2, yaitu pertama, menyangkut sengketa ahli waris, ya benar sekali dikarenakan status bangunan ini masih menjadi sengketa antara para ahli waris maka diambillah jalan tengah dengan cara menon-aktifkan fungsi bangunan ini, yang mana dulunya selain digunakan sebagai rumah peristirahatan, bangunan ini juga kerap disewakan sebagai penginapan bagi para wisatawan di Kaliurang, dan tak sebatas tempat menginap saja lho, dikarenakan keindahan tampilan bangunan ini jugalah pada sekitar Tahun 2013 lalu tempat ini juga pernah disewa dan dijadikan sebagai lokasi syuting film “Keluarga Tak Kasat Mata”.


Permasalahan kedua adalah, dikarenakan status sengketa waris yang tak kunjung selesai yang mengakibatkan dikosongkannya bangunan ini sehingga keadaannya menjadi tidak terurus akhirnya sekitar Tahun 2019 silam (tepatnya 14 Maret 2019) terjadilah tragedi yang sempat menghebohkan warga disekitar kawasan wisata Kaliurang ini dengan ditemukannya jasad seseorang yang sudah tewas dalam keadaan tergantung dibawah tangga didalam bangunan ini. penemuan jasad ini pun baru diketahui setelah kurang lebih satu minggu kemudian oleh penghuni villa lain yang letaknya berdekatan dengan Wisma Djembranasari, awalnya mereka merasa curiga karena mencium aroma busuk yang menyengat bersumber dari dalam bangunan Wisma Djembranasari ini, setelah dilaporkan kepada petugas yang berwenang dan dilakukan pemeriksaan barulah terungkap bahwa aroma bau busuk itu bersumber dari sosok jasad yang ditemukan sudah dalam keadaan tewas tergantung dibawah tangga dengan kondisi sudah membusuk dan penuh belatung.




Setelah kejadian tersebut akhirnya imej bangunan Wisma Djembranasari yang semula merupakan bangunan kolonial yang cantik pun mulai berubah menjadi wisma kosong terbengkalai yang angker, horor, dan berhubungan dengan hal supranatural, bekas lokasi ruangan penemuan jasad itupun akhirnya ditutup dengan pintu dan setelahnya bangunan Wisma ini selalu dalam keadaan tertutup dan terkunci sampai saat ini, seakan menutup diri dari keramaian dan keceriaan dunia diluarnya. sungguh sangat disayangkan bukan? Entah sampai kapan nantinya tempat ini bisa kembali lagi menjadi sebuah bangunan cantik dan ceria yang penuh dengan kehangatan para penghuninya yang berbondong-bondong kembali datang untuk menginap disini sembari menikmati sejuknya hawa pegunungan dikawasan wisata Kaliurang.

Friday, 12 May 2023

RUMAH PUTIH SARJANAWIYATA KALIURANG

Rabu, 10 Mei 2023.

Masih dalam rangka pemulihan stamina pasca Ramadhan, kali ini enaknya kita  mengulas lokasi yang mana lagi ya? Hmmm sepertinya sudah lama nih kita tidak mengulas spot yang berhubungan dengan sejarah dan bernuansa “creepy”, jadi tidak perlu berlama-lama lagi yuk kita langsung capcuss saja let’s go ke tujuan gowes wisata kita kali ini yaitu Rumah Putih Sarjanawiyata Kaliurang.



Rumah Putih Sarjanawiyata Kaliurang atau dikenal juga dengan beberapa nama antara lain Wisma Angker Kaliurang, Villa Putih Kaliurang, Wisma Widya Mandala, Pesanggrahan Sarjanawiyata, dan Rumah Putih Grenzenberg (Bahasa Belanda yang berarti perbatasan gunung), tepatnya berlokasi di Jalan Pramuka No.55 Kaliurang, Hargobinangun, Kabupaten Sleman, Propinsi DI Yogyakarta. Berada di kaki Gunung Merapi tepatnya di pinggir jalan sebelum menuju ke pintu masuk Goa Jepang Kaliurang.


Dari Basecamp Gowes Wisata sendiri tempat ini berjarak kurang lebih sekitar 29km ke arah Utara yang berarti rute kali ini bisa dipastikan menanjak. Hmmm…dengan perhitungan jarak dan kontur medan seperti itu jika saya gowes santai dengan kecepatan rata-rata 15km/jam saja maka waktu tempuh yang nanti diperlukan mungkin sekitar 2 sampai 3 jam dengan pertimbangan gowes yang super santai menikmati pemandangan+berhenti istirahat+foto-foto hehe…😁


Seperti biasa rute termudah tentu saja melalui Jalan Kaliurang karena dari situ kita hanya tinggal lurus saja ke arah Utara mengikuti jalan ini melewati Terminal dan Pasar Pakem sampai akhirnya nanti tiba di gerbang loket pintu masuk menuju ke area wisata Kaliurang. Oya di sepanjang rute ini nantinya kalian juga akan melewati beberapa spot wisata lain seperti Museum Gunung Merapi, Heha Forest park, jalan potong menuju ke Kalikuning, Ledok Sambi, dan lainnya.



Nilai plus berwisata menggunakan sepeda seperti ini selain badan menjadi bugar adalah kita bisa bebas masuk ke beberapa area wisata seperti Kaliurang ini secara gratis tis tis hehe… Selepas melalui gerbang loket area wisata Kaliurang menuju ke Tugu Udang (salah satu spot titik kumpul atau penanda ancer-ancer yang biasanya sering digunakan oleh para goweser untuk berkumpul dan berfoto) kita juga akan melewati beberapa penanda jalan menuju kebeberapa spot wisata lainnya yang ada disekitar area ini seperti Tankaman Natural Park, persewaan jeep Merapi, dan lainnya.



Setelah berfoto-foto sebentar disekitar Tugu Udang (sebagai pengingat bahwa akhirnya pernah juga gowes sampai sini hehe…), saya pun mengambil jalan yang menuju kearah Gardu Pandang atau Goa Jepang, nantinya jalan ini akan mentok di pertigaan Kaliurang Botanical Park, nah saat weekend biasanya di sekitar lokasi ini banyak terdapat aneka jajanan pengisi perut, jadi kalian tidak perlu kuatir akan kelaparan atau kehausan, banyak warunglah pokoknya.


Dari pertigaan Kaliurang Botanical Park saya pun mengambil arah kanan memutari taman rekreasi Kaliurang, tak jauh dari situ sebenarnya juga terdapat bangunan terbengkalai lainnya berarsitektur art deco yang juga memiliki kisah tragis dan mengerikan lainnya yaitu Wisma Djembranasari (nantinya saya juga akan mengulas sedikit tentang kisah Wisma Djembranasari ini di postingan terpisah berikutnya) yang berada persis dipinggir jalan juga setelah Villa Jaran Jingkrak.



Oya jika kalian ingin menuju ke lokasi Rumah Putih Sarjanawiyata Kaliurang ini kalian juga bisa mengecek lokasi dan rutenya via googlemaps dengan keyword “sarjanawiyata angker”, jadi bukan dengan kata kunci Wisma Tamansiswa Kaliurang ya, itu beda lagi, untuk lebih mudahnya kalian bisa lihat gambar dibawah ini, lokasi Rumah Putih Sarjanawiyata Kaliurang adalah yang berada pada lingkaran merah, tidak jauh dari Wisma Tamansiswa Kaliurang kok.





Sedikit cerita tentang Rumah Putih Sarjanawiyata Kaliurang, bangunan ini dibangun pada Tahun 1930 oleh orang-orang Belanda yang hidup saat itu dan digunakan sebagai Zending Club Huis atau  rumah perkumpulan para Misionaris Katolik Belanda. Setelah Indonesia merdeka dan pihak Belanda meninggalkan Indonesia, kepemilikan bangunan ini pun kemudian diambil alih oleh Keraton Yogyakarta, kemudian pada Tahun 1953 akhirnya bangunan megah ini dibeli dan menjadi milik seorang Guru Besar UGM yang juga berprofesi sebagai dokter gigi dan merupakan seorang pendiri Fakultas Kedokteran Gigi UGM. Seiring waktu berlalu hak kepemilikan bangunan ini pun berpindah tangan menjadi milik pihak Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa sampai saat ini, dan nama tempat ini pun berganti menjadi Wisma Widya Mandala.





Saat bangunan ini masih aktif difungsikan dan dikelola oleh pihak kampus, tempat ini kerap digunakan sebagai tempat berkumpul para mahasiswa untuk berdiskusi, membuat seminar, dan mengadakan berbagai kegiatan akademis lainnya. Bangunan ini juga sempat mengalami renovasi dan perbaikan di Tahun 1985, namun sayangnya letusan dan erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada Tahun 1994 membuat keadaan bangunan ini menjadi rusak parah akibat terkena imbas letusan dan guguran awan panas Merapi yang meluluh-lantakkan semua yang berada dalam radius zona bahaya tak terkecuali bangunan ini. Tak hanya kondisi fisik bangunan saja yang mengalami rusak berat, struktur dan konstruksi bangunan pun juga menjadi tidak stabil untuk direhabilitasi ataupun digunakan kembali sehingga bangunan ini akhirnya dibiarkan begitu saja menjadi bangunan terbengkalai yang termakan oleh waktu, cuaca, dan alam sekitarnya.






Walaupun bangunan ini sekarang menjadi bangunan terbengkalai nyatanya masih ada saja pengunjung yang datang untuk sekedar berswafoto dengan memanfaatkan latar belakang sisa arsitektur bangunan yang masih tampak tersisa, karena bagaimanapun juga keindahan bentuk bangunan yang bergaya kolonial ini berpadu dengan kesyahduan suasana disekitarnya menjadikan hasil foto yang didapat terkesan estetik berpadu dengan sedikit aura creepy yang misterius, menarik bukan?


Dan tidak hanya sekedar digunakan untuk spot berfoto saja, beberapa media stasiun TV lokal dan nasional hingga para vlogger bahkan pernah meliput dan mengulas bangunan ini sebagai salah satu spot urban legend yang angker di Jogja, dikarenakan adanya beberapa kesaksian dari warga sekitar dan beberapa pengunjung yang saat melakukan aksi uji nyali di tempat ini mereka seakan merasakan adanya rasa “diikuti, diamati, bahkan ditampakkan” oleh fenomena-fenomena supranatural selama mereka melakukan aksi tersebut, seperti adanya penampakan sosok nonie Belanda, suara-suara dari kamar mandi di lantai atas, hentakan langkah kaki di area tangga dan lantai atas, serta hal-hal aneh lainnya.


Bangunan ini sendiri secara denah memiliki konstruksi dua lantai, yang terdiri dari  lantai dasar berisi 2 kamar tidur dimana didalamnya terdapat ranjang kayu bertingkat dan beberapa perabotan yang sudah rusak serta usang, ruang tamu, dapur, dan kamar mandi luar. Sedangkan lantai atasnya terdiri dari satu ruangan cukup luas yang mungkin dulunya dijadikan area berkumpul karena dekat dengan balkon sehingga secara penghawaan sebenarnya cukup bagus, serta ada satu kamar tidur yang memiliki kamar mandi dalam. Sayangnya saat ini (Mei 2023) kondisi fisik bangunan baik diluar maupun didalam penuh dengan coretan aksi vandalisme diseluruh dindingnya, walaupun pintu masuk utama sebenarnya sudah ditutup dengan palang kayu namun ada saja ulah tangan usil tidak bertanggungjawab yang justru sengaja memecahkan jendela depan dengan batu supaya bisa masuk kedalam bangunan ini, terlihat dari adanya bekas pecahan kaca yang mengarah ke dalam serta beberapa bekas perabotan yang sudah rusak dan dibiarkan berserakan.






Nuansa dan imej seram yang kini melekat pada bangunan ini terlebih jika melihat lokasinya yang dikelilingi pepohonan pinus, rumput liar, dan seakan terpisah dari area komplek bangunan villa lainnya pada akhirnya justru malah menjadi daya tarik tersendiri bagi penyuka wisata horor untuk memacu adrenaline mereka. Tak jarang kegiatan uji nyali dengan bermalam disekitar lokasi bangunan ini juga masih kerap dilakukan untuk membuat sebuah konten baik oleh pemula maupun professional, terlihat dari adanya sisa bakaran dupa didalam ruangan bangunan ini.




Saat saya berkeliling kesekitar bangunan ini sebenarnya yang cukup membuat saya was-was adalah keberadaan hewan liar, yaitu monyet-monyet liar yang Nampak berkeliaran disekitar lokasi ini, sebenarnya hal ini sangatlah wajar karena bagaimanapun juga habitat mereka memang disekitar Taman Nasional Gunung Merapi, hanya saja semakin siang jumlah monyet yang muncul disekitar bangunan ini kok malah semakin banyak ya hehe… selain monyet, hewan liar lainnya yang saya takutkan adalah jika ada ular disekitar semak-semak yang tumbuh rimbun disekitar bangunan ini, kan ga lucu kalau lagi asyik mendokumentasikan suasana sekitar tempat ini eh malah kena gigit ular, mana disekitar sini kebetulan hanya ada saya seorang diri saja, kan berabe.



Kurang lebih begitulah hasil observasi saya seputar tempat ini, jika dibilang seram sebenarnya ya wajar karena namanya juga bangunan kosong terbengkalai dilereng Gunung yang dikelilingi oleh pepohonan pinus yang tinggi-tinggi serta letaknya yang terpisah dari komplek bangunan villa lainnya, jadi perasaan seramnya mungkin timbul secara psikologis lebih dikarenakan suasana yang sepi dan seorang diri saja, hanya terdengar suara monyet, dan desiran angin yang menerpa dedaunan, belum lagi kabut yang biasanya mulai turun menjelang tengah hari seakan terkesan menutup lokasi ini dari kehadiran pengunjung. Selain itu faktor kewaspadaan bagi saya secara pribadi lebih karena kehadiran hewan liar, konstruksi bangunan yang tidak stabil, serta antisipasi jika ada pengunjung lain “manusia beneran” yang memiliki niat tidak baik, karena bagaimanapun juga hal tersebut dapat lebih berbahaya untuk keamanan diri.


Selebihnya untuk faktor supranatural atau horornya sebenarnya disetiap tempat pun pasti ada saja kok “penghuninya”, apalagi dibangunan yang sudah tidak ada hawa manusianya lagi, tapi selama kitanya sebagai pengunjung juga berlaku sopan dan menjaga etika serta adab terhadap lingkungan sekitarnya, maka “penghuni baik” yang lainnya juga tidak akan mengganggu kita kok, namun bagi pengunjung yang memiliki niatan tidak baik biasanya justru dorongan untuk melakukan hal tidak baik tersebut justru malah akan terasa semakin kuat jika kalian berkunjung ke lokasi-lokasi seperti ini karena tidak semua tempat creepy seperti ini hanya dihuni oleh “mereka” yang baik saja, selebihnya juga ada “penghuni” yang tidak baik yang justru cenderung mendorong atau membangkitkan energi negatif dari kita sebagai pengunjung, jadi jika kalian berkunjung ke tempat-tempat seperti ini selain biasakan berdoa sebelum memulai juga sebaiknya bersihkan pikiran kalian dari niatan yang tidak baik ya (vandalisme, asusila, depresi, sombong, dan semacamnya).


Bagaimana tertarik untuk berkunjung ke tempat ini? tetap ikuti petualangan Gowes Wisata yak arena masih ada wisata misteri lainnya setelah ini, sampai jumpa lagi. 🙂



Wednesday, 3 May 2023

EMBUNG PIAT UGM

Minggu, 30 April 2023.

Hi Sobat Gowes Wisata, tak terasa ya 2 bulan telah berlalu tanpa update informasi seputar lokasi wisata di website ini, maklumlah selama Bulan Ramadhan kemarin saya hanya melakukan aktivitas gowes yang ringan-ringan saja mencari takjil hehe… Nah kini setelah lebaran usai saatnya bagi kita untuk mulai pemanasan lagi membakar kolesterol jahat sisa opor ayam dan rendang serta memulihkan stamina termasuk melemaskan persendian yang sempat kaku, ayo yang semangat olahraganya jangan malas.


Untuk rute pemanasan kali ini enaknya sih mencari lokasi yang berjarak sedang saja kali ya, tidak terlalu jauh namun juga ga deket-deket amat, intinya yang penting bisa membiasakan diri lagi melatih refleks dan fleksibilitas postur badan saat bersepeda. Oleh karena itu tujuan kita kali ini adalah menuju ke Embung Piat UGM.



Embung Piat sendiri sebenarnya termasuk lokasi yang cukup baru karena embung ini baru mulai dibangun pada Tanggal 25 Mei 2002 dan selesai atau diresmikan pada Tanggal 20 Desember 2022. Nama Embung Piat sendiri sebenarnya merupakan singkatan dari Pusat Inovasi Agro Teknologi yang dikelola oleh pihak UGM, karena dilokasi ini selain difungsikan menjadi embung juga digunakan menjadi pusat penelitian dan pengembangan inovasi teknologi dibidang agro yang nantinya berguna untuk meningkatkan hasil pertanian.


Embung ini tepatnya berlokasi di Desa Kalitirto, Kapanewon Berbah, Kabupaten Sleman, Propinsi DI Yogyakarta. Akses menuju kelokasi ini juga cukup mudah dan bisa dilalui oleh semua kendaraan, kalian juga bisa melihat rutenya melalui googlemaps dengan keyword “Embung PIAT”,


Dengan mengambil konsep desain dan falsafah dari tokoh pewayangan Semar yang bisa dilihat mulai dari ornamen yang terukir pada gerbang pintu masuk embung hingga bentuk embung itu sendiri jika dilihat dari atas yang berbentuk kepala Semar, fungsi embung ini antara lain dibuat sebagai sarana atau wadah penampungan air baku untuk menunjang ketersediaan air selama musim kemarau yang dibutuhkan bagi lahan pertanian yang ada disekitar lokasi embung ini, selain itu keberadaan embung ini juga menarik minat warga sekitar atau pengunjung umum yang memanfaatkan area lokasi embung ini untuk berwisata dan berolahraga seperti jogging, bersepeda, bermain badminton ataupun sekedar berfoto-foto disekitar embung ini.





Beberapa fasilitas penunjang kegiatan wisata rekreasi pun juga sudah dibuat seperti adanya bangunan Mushalla, toilet umum, kursi-kursi taman, lampu-lampu penerangan bergaya klasik, tempat sampah, jogging track, ayunan, serta kandang rusa yang ada sisi bagian atas embung ini.





Sayangnya untuk masalah kuliner sampai saat ini belum ada tempat makan yang tersedia disekitar embung ini, jika kalian merasa lapar dan ingin mencari makan maka satu-satunya pilihan adalah kalian harus berjalan kaki cukup jauh keluar dari lokasi area embung ini terlebih dahulu menuju ke jalan raya umum dekat Pohon Beringin (kurang lebih sekitar 1-1,5km).


Walaupun begitu jika kalian ingin mencari spot kumpul-kumpul yang asyik atau sekedar berolahraga di pagi hari sembari menghirup udara sekitar yang masih sejuk dan asri maka lokasi Embung PIAT UGM ini cukup menarik dan pas bagi kalian, selain tempatnya bersih, masih banyaknya pepohonan besar yang rindang di sisi jalan dan akses pencapaian yang cukup mudah menjadikan Embung Piat menjadi salah satu spot wisata rekreasi yang cukup menarik, terutama dikalangan pesepeda saat hari Minggu pagi.




Bagi kalian yang ingin berkunjung ke tempat ini yang pasti tetap ingat untuk selalu menjaga kebersihan dari setiap lokasi wisata yang kalian kunjungi ya, jadilah wisatawan yang cerdas dan beretika, nah selamat berwisata. 🙂