Saturday, 19 May 2018

CHAPTER 38; BAROMBONG

Seperti yang telah disebutkan pada chapter sebelumnya, kali ini tujuan terakhir petualangan goweswisata.blogspot.co.id untuk hari ini adalah menjelajahi daerah Barombong yang berada di sisi Selatan Kota Makassar.

Untuk menuju ke wilayah Barombong kami kembali melalui rute kawasan wisata Pantai Losari lalu berbelok kearah Selatan melewati beberapa kawasan perniagaan, dimana disepanjang ruas jalannya banyak sekali terdapat pusat-pusat perbelanjaan modern dan kompleks hiburan tak ubahnya seperti di Kota Jakarta.

Dengan kata lain jika kalian berkunjung ke Kota Makassar maka pemandangan yang akan kalian lihat hampir sama dengan yang ada di Jakarta, bedanya hanya Jakarta mempunyai Monas, sedangkan Makassar memiliki banyak pantai, termasuk salah satunya adalah pantai yang berada tidak jauh dari komplek-komplek perumahan yang sedang dibangun di daerah Barombong ini, sekilas melihat warna pasirnya yang hitam berkilauan dan disekitarnya dibuat banyak turap atau semacam dermaga yang menjorok mengingatkan kami dengan kawasan pantai Ancol di Jakarta dan komplek perumahan Pantai Indah Kapuk, mungkin 10 tahun mendatang kawasan sekitar Barombong ini akan menjadi kawasan hunian elite





Di wilayah Barombong ini juga terdapat obyek wisata sejarah yaitu kawasan wisata Benteng Somba Opu yang berjarak sekitar 6 km dari pusat kota Makassar, tepatnya berada di Jalan Daeng Tata, kelurahan Benteng Somba Opu, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa, dan karena lokasinya kebetulan searah dengan rute pulang, jadi sekalian saja kami singgahi :)

Karena Mbak Darna menggunakan jalan potong yang berbelok-belok dan masuk melalui jalan kampung maka sulit bagi kami untuk menjabarkan detail rute menuju ke lokasi Benteng Somba Opu, selain sebagai obyek wisata sejarah, di dalam kawasan wisata Benteng Somba Opu ini juga terdapat obyek wisata lainnya berupa taman hiburan waterboom serta Taman Miniatur Sulawesi Selatan yang berisi beberapa replika bangunan rumah-rumah adat dari berbagai suku yang ada di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, replika bangunan-bangunan disini biasanya digunakan untuk kegiatan festival atau acara budaya, pembangunan rumah-rumah adat ini juga mencerminkan bahwa pada jaman dahulu kala di wilayah ini terdapat sebuah kerajaan yang mampu menyatukan Sulawesi Selatan dalam satu bendera sebelum akhirnya pecah karena di adu domba oleh pihak belanda melalui VOC, selain itu didalam kawasan ini juga terdapat Museum Karaeng Pattingalloang dan taman wisata atau taman burung bernama Gowa Discovery Park



Beberapa informasi yang kami dapat mengenai Benteng Somba Opu ini adalah Benteng ini didirikan pada awal abad ke 16 atau sekitar Tahun 1525 oleh Raja Gowa ke IX yaitu Daeng Matanre Karaeng Tu Mapa’risi Kallona untuk membentengi Kota Somba Opu dengan dinding tanah liat yang kemudian pembangunannya dilanjutkan oleh Raja Gowa ke X bernama Sultan Alauddin dan raja-raja setelahnya, sehingga secara geografis pemetaan kekuatan dari Kota Makassar ketika berada pada masa penjajajahan Belanda ini dilindungi oleh Benteng Fort Rotterdam yang berada di pesisir Pantai bagian Utara, sedangkan untuk bagian pesisir Pantai Selatannya dijaga oleh Benteng Somba Opu. Benteng ini sendiri berfungsi tidak hanya sebagai pusat pertahanan utama Kerajaan Gowa saja melainkan juga menjadi pusat perdagangan rempah-rempah dan Pelabuhan.

Pada masa pemerintahan Raja Gowa ke XII yaitu Tunijallo, Benteng Somba Opu mulai dipersenjatai dengan meriam-meriam yang diletakkan pada setiap sudut bastion. Benteng ini memiliki luas 113,590 meter persegi dan diapit oleh dua sungai yaitu Sungai Balang Beru dan Sungai Jene’berang.

Benteng ini berbentuk segi empat, dimana pada setiap sisinya berukuran kurang lebih 2 km dan dengan ketinggian benteng sekitar 7-8 meter serta memiliki ketebalan rata-rata 12 kaki. Pada benteng ini terdapat 4 buah selokoh atau bastion berbentuk setengah lingkaran untuk menempatkan senjata-senjata berat seperti meriam. Sebuah selokoh paling besar terdapat pada sudut Barat Laut yang diberi nama Baluwara Agung. Di Baluwara Agung inilah ditempatkan meriam terbesar yang dimiliki oleh Kerajaan Gowa yang dikenal dengan nama Meriam Anak Makassar.

Serangan Belanda dibawah pimpinan C.J. Speelman pada Tanggal 15 Juni 1669 terhadap Benteng Somba Opu menyebabkan terjadinya perang besar antara Kerajaan Gowa dengan Belanda, hingga kemudian pada Tanggal 24 Juni 1669 Benteng Somba Opu akhirnya benar-benar jatuh ke tangan Belanda, dan oleh Speelman, Benteng Somba Opu dihancurkan dengan ribuan ton bahan peledak, kondisi benteng ini juga semakin diperparah dengan hantaman ombak pasang dari pesisir pantai Selatan. Pada Tahun 1980 akhirnya keberadaan puing-puing benteng ini ditemukan oleh beberapa sejarawan dan arkeolog yang kemudian mulai mengadakan pemugaran dan merekonstruksi ulang Benteng ini

Tak hanya sekedar melihat Benteng Somba Opu saja, disini kami juga menyempatkan untuk masuk ke dalam Museum Karaeng Pattingalloang. Museum yang terletak di kawasan Benteng Somba Opu ini didirikan pada Tahun 1992 untuk melengkapi Taman Miniatur Sulawesi Selatan. Nama Museum ini sendiri diambil dari salah satu nama tokoh cendekiawan Kerajaan Gowa.




Koleksi yang ada di Museum Karaeng Pattingalloang sebagian besar diperoleh melalui eskavasi penyelamatan Benteng Somba Opu pada Tahun 1989. Koleksi-koleksi tersebut berupa material yang digunakan dalam pembangunan Benteng Somba Opu, peluru meriam, peluru pistol, fragmen porselin, fragmen gerabah, alat upacara, replika senjata tradisional yang digunakan dalam upacara kerajaan dan pakaian adat empat etnik di Sulawesi Selatan dan Barat serta koleksi mata uang kuno yang pernah berlaku di Indonesia






Setelah puas melihat berbagai peninggalan sejarah yang ada didalam Museum Karaeng Pattingalloang kini saatnya bagi kami untuk pulang sebelum kemalaman apalagi waktu sudah menunjukkan sore hari

Setidaknya hari ini kami telah belajar banyak hal mengenai Indonesia yang kami cintai, Indonesia yang dengan segala beberagaman dan kemajemukannya namun dapat tetap bersatu menjadi sebuah kekuatan, oleh karena itu sudah sepantasnyalah jika kami, kita, dan kalian semua sebagai generasi penerus bangsa yang besar ini bertanggungjawab untuk menjaga keutuhan negeri ini dari pihak-pihak yang berusaha memecah persatuan dan mengadu domba menggunakan dalih agama, politik, kesukuan, dan lainnya, karena justru semua perbedaan itulah yang menjadikan Indonesia itu menarik. Jangan sampai sejarah pahit yang dahulu dihadapi para pejuang kita kembali terulang, belajarlah dari sejarah perjuangan bangsa ini supaya kedepannya kita dapat menjadi sebuah bangsa yang besar tanpa kehilangan arah dan karakter

Walaupun traveling itu memang dolan namun mari kita jadikan kegiatan traveling kita bermanfaat, setuju? Oleh karena itulah di setiap perjalanan dan petualangan yang kami lakukan, kami juga selalu berusaha berbagi informasi mengenai daerah atau tempat yang kami kunjungi supaya dapat membantu kalian semua dalam mempersiapkan perjalanan masing-masing

Pengeluaran hari ini :

- 2 porsi nasi campur = Rp 26.000,-
- penyeberangan pulau lae lae = Rp 40.000,-
- kelengkeng = Rp 5.000,-
- pulsa im3 = Rp 5.000,-
- minuman gelas = Rp 4.000,-

Total = Rp 80.000,-

Total jarak tempuh hari ini : 36,49km

No comments:

Post a Comment