Saturday, 7 April 2018

EMBUNG MANTRAS DAN JEMBATAN BUNTUNG

05/04/2018,
Lokasi ngebolang goweswisata.blogspot.co.id kali ini terbilang unik karena saya menemukan tempat ini secara tidak sengaja sewaktu bersepeda ke kantor pos dekat rumah hehe…:)

Sebelumnya saya sendiri pun tidak tahu dan tidak menyangka jika didekat basecamp goweswisata ada obyek wisata baru, karena beberapa kali melewati rute ini sama sekali tidak kelihatan ada tanda-tanda atau penunjuk arah keberadaan tempat ini, usut punya usut setelah bertanya kepada warga sekitar ternyata keberadaan Embung ini sebenarnya sudah ada dari dulu namun waktu itu namanya belum ada, nah barulah kira-kira 2 bulan yang lalu (sekitar Bulan Februari 2018) akhirnya tempat ini diberi nama Embung Mantras Kali Gajah Wong dan mulai dibuka untuk umum

Untuk menuju ke lokasi Embung Mantras sendiri sebenarnya cukup mudah, dari JEC (Jogja Expo Center) kalian tinggal menyeberang kearah pertigaan Beringin depan Gudeg Bu Tjitro, dari situ tinggal lurus saja ke Utara sampai mentok pertigaan kemudian belok kiri (Barat), nanti ada perempatan depot isi ulang air minum masih lurus saja ke Barat, lalu ada pertigaan minimarket Ind*m*rt masih ke Barat sedikit lagi sampai ada jembatan, nah tepat sebelum jembatan kalian tinggal belok ke kanan, ada jalan masuk dan papan penunjuk arahnya kok, masuk saja ikuti jalan sampai mentok maka sampailah di Embung Mantras Kali Gajah Wong


Kesan pertama saya ketika melihat Embung ini adalah “kok embungnya kecil amat ya, kaya kolam pemancingan biasa hehe…”, pokoknya berbeda dengan tampilan embung-embung lain yang pernah saya kunjungi.


Sebelum mulai berkeliling cari spot parkir dulu buat si kuning :)


Menurut penuturan warga sekitar dulunya sebelum menjadi embung seperti sekarang ini tempat ini merupakan area pembibitan ikan dan sawah-sawah yang tanahnya merupakan milik kas desa, lalu semenjak orang yang mengelola sawah tersebut meninggal dunia akhirnya lokasi ini pun menjadi terbengkalai hingga kemudian tempat tersebut disewa untuk dijadikan kolam-kolam ikan, untuk mengisi kebutuhan airnya sendiri mereka membuat saluran pipa menembus tanggul bendungan yang berada tepat di belakangnya, namun mungkin karena kualitas pipa yang jelek dan pengerjaannya yang tidak rapi akhirnya lambat laun air pun mulai merembes melalui celah-celah bebatuan turap tanggul hingga akhirnya tanggul tersebut pun pecah karena tidak kuat menahan debit air yang tinggi sekitar tahun 2014 lalu ketika Jogja dilanda bencana banjir besar.

Sewaktu tanggul tersebut pecah untunglah saluran air yang berada tepat disebelahnya mampu memecah arus air yang meluap dan mengalirkannya kembali ke Kali Gajah Wong sehingga banjir yang besar kala itu tidak sampai merusak rumah warga yang berada di sekitarnya, namun akibat bencana banjir tersebut maka kolam-kolam ikan dan sawah-sawah yang berada disekitar tanggul pun menjadi terendam membentuk sebuah kolam yang besar



Oleh warga sekitar kemudian area tersebut mulai dibersihkan dan dirapihkan, lalu setelah dimusyawarahkan bersama pada tahun 2018 maka tempat ini pun pada akhirnya difungsikan menjadi sebuah embung, dimana airnya dapat dimanfaatkan untuk pengairan sawah sedangkan lokasinya juga sekaligus dapat diberdayakan sebagai area pemancingan, sehingga tidak heran jika kini tempat ini banyak didatangi oleh para pemancing (biasanya pada saat weekend)




Rencananya tempat ini akan terus dikembangkan serta ditambah fasilitas pendukungnya seperti penataan area kuliner supaya para pengunjung dapat menikmati memancing tanpa perlu takut kelaparan atau kehausan

Kedalaman embung ini sendiri rupanya tidak terlalu dalam, menurut warga titik terdalam embung ini berkisar 1,5 meter, namun tetap saja kalian tidak disarankan untuk berenang di sini ya

Selain Embung Mantras disekitar lokasi ini rupanya ada satu obyek lagi yang menarik perhatian saya, apalagi setelah mendengar ceritanya, obyek tersebut adalah Jembatan Buntung yang berada tepat di belakang Embung dan Pintu air Kali Gajah Wong.

Jembatan kok Buntung? Piye toh iki? Jadi sebenarnya jembatan ini sendiri pun sudah ada sejak zaman pemerintahan Presiden Soeharto (sekitar tahun 1997), dan oleh warga sekitar sendiri jembatan ini digunakan untuk menyindir pemerintah kala itu



Jembatan yang pembangunannya merupakan proyek dari salah seorang anak Presiden Soeharto yaitu Mbak Tutut ini mempunyai kronologi yang “rada ajaib” bagi mereka yang mendengarnya, yaitu jika biasanya jembatan baru dibangun ketika ada 2 buah jalan yang membutuhkan sebuah penghubung atau dengan kata lain jembatan baru dibangun setelah jalannya sudah ada, maka pada kasus jembatan buntung ini yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu jembatannya dibangun duluan barulah kemudian mencari jalan untuk dihubungkan ke jembatan ini, nah lucu dan unik kan? Jembatannya dibangun duluan padahal jalannya tidak ada

Awalnya pemerintah (zaman Soeharto) berencana untuk menggusur pemukiman warga yang berada disekitar lokasi pintu air Kali Gajah Wong (Daerah Sorowajan dan sekitarnya) namun kala itu warga bersikeras mempertahankan rumah dan hak-hak mereka, karena mendapat perlawanan dari warga sekitar maka pihak pemerintah kala itu pun membuat sebuah propaganda dan isu untuk menggiring opini publik bahwa mereka-mereka yang menolak pembangunan adalah antek-antek dan keturunan PKI (Isu yang justru sekarang malah mulai jadi trend lagi), rencananya jika penyesatan opini publik tersebut berhasil maka dengan dalih keamanan Negara para warga yang menolak akan ditangkap secara paksa, hasil akhirnya tentu saja bertujuan supaya proyek dapat terus dilanjutkan dan pundi-pundi pemasukan bagi kroni penguasa pun yang mana merupakan kebocoran dana pembangunan dapat diamankan untuk kepentingan pribadi mereka, untunglah akhirnya pada tahun 1998 rezim Soeharto berhasil dilengserkan dan berganti menjadi masa Reformasi

Lalu bagaimana dengan proyek jembatan milik Mbak Tutut Soeharto ini? tentu saja setelah era kekuasaan berganti dengan orde Reformasi, maka pihak-pihak yang dahulu selalu menggunakan cara-cara intimidasi dan kekerasan mulai kehilangan tajinya dan tidak berdaya, proyek jembatan pun berhenti (tentu saja karena memang tidak ada jalan yang perlu dihubungkan oleh jembatan ini), dan bagi warga sekitar kini mereka dapat menikmati apa yang memang menjadi hak mereka dengan aman

Jadi bagi kalian-kalian yang senang berwisata coba deh sekali-kali menyempatkan diri untuk berbincang-bincang dengan warga sekitar (jangan sekedar foto-foto saja) karena siapa tahu mungkin saja mereka memiliki kisah sejarah luar biasa yang selama ini tidak banyak diketahui oleh khalayak luas, karena dengan mengetahui sejarah bangsa ini maka kita juga dapat belajar untuk tidak mengulangi semua kesalahan tersebut dan menjadikannya pelajaran untuk terus maju sebagai bangsa yang besar, seperti apa yang pernah dikatakan oleh Founding Father bangsa ini yaitu Presiden Soekarno supaya jangan pernah sekali-kali melupakan sejarah, karena bangsa yang besar akan selalu mengingat jasa-jasa para pendahulunya.

2 comments:

  1. menarik
    ada embung lain selain yg ada di daerah pengok

    ReplyDelete
    Replies
    1. @annosmile : lokasi embung-embung yang baru kayanya banyak tapi saat ini semuanya masih dalam tahap pengerjaan, ntar kalau sudah jadi pasti kita usahain buat ngebolang kesana :)

      Delete