Wednesday, 7 June 2017

CHAPTER 8; REZEKI TAK KASAT MATA

Kamis, 24 Desember 2015,
Fajar perlahan mulai menyingsing diufuk langit Kota Gempol, kami mulai terbangun sekitar pukul 04.30 WIB untuk menunaikan sholat subuh sekalian bersiap untuk melanjutkan perjalanan.

Sama halnya ketika kami menumpang menginap di kantor polsek Saradan, lagi-lagi nyamuk disini pun sama ganasnya alhasil semalaman saya pun jadi susah tidur, plak...plak..plak...hadeehhh nyamuknya pada seliweran dekat kuping, ngang...nging...ngang...nging. Sebenarnya didalam mushalla ada sebuah kipas angin dinding tetapi karena posisi kipas yang terlalu tinggi dan rasa kantuk yang membuat kami kurang konsentrasi saat hendak menyalakannya (kipas anginnya yang model pakai tali untuk menyalakannya) akhirnya saat kami hendak menarik tali kipas untuk menyalakannya eladalah kipas anginnya malah jatuh (nah lho mendadak langsung seger dah, langsung fokus ke cara benerinnya), mau dipasang lagi tapi karena letak paku gantungnya terlalu tinggi dan tidak adanya kursi (atau postur saya yang kurang tinggi) jadinya saya tidak bisa mengembalikan kipas ke posisinya semula, maaf ya pak polisi gara-gara kami kipasnya malah jadi jatuh deh hehe… tapi ga rusak kok cuma kita saja yang kurang tinggi buat masang itu kipas ke gantungannya

Sekitar pukul 06.00 WIB, setelah selesai mempacking semua barang dan mandi maka sekarang hanya tinggal mengambil KTP kami di meja jaga sekalian berpamitan mengucapkan terimakasih kepada petugas kepolisian sektor Gempol.

Sembari gowes kami juga mencoba menangkap detail dan merasakan suasana pagi serta denyut aktivitas masyarakat Kota Gempol, hmmm... Jam 7 pagi saja jalanan disini sudah mulai macet, motor, mobil pribadi, angkot, truk, semua jenis kendaraan komplit tumpah ruah berseliweran, berbeda sekali dengan suasana Kota Jombang yang meskipun skala kotanya lebih besar dan ramai namun situasinya masih lebih tertata daripada kondisi lalu lintas di Kota Gempol ini, hal ini mungkin juga dikarenakan banyaknya pabrik yang ada di sekitar wilayah ini, sekilas karakter Kota Gempol menurut saya sangat mirip dengan wilayah Karawang, Cibitung, atau Cikarang

Satu hal yang saya cermati disini adalah perilaku pengendara kendaraan bermotornya (terutama roda dua) yang tidak segan atau malu melawan arah, seakan semua itu adalah hal yang lumrah, sedangkan untuk kendaraan roda 4 nya mereka sepertinya punya hobby mengklakson, benar-benar perilaku berlalu lintas yang bebal dan menyebalkan (untuk sesaat saya merasa dejavu dengan suasana sewaktu masih tinggal di Jakarta, persis 11-12 parahnya dengan Jakarta dan sekitarnya).


Awannya kaya UFO bentuknya :)


Dari Gempol kami mengambil arah menuju Bangil dan Pasuruan, setibanya di Kota Pasuruan kondisi jalan sedikit ruwet, mungkin karena sebentar lagi akan menyambut hari raya Natal dan Tahun Baru. Tampak pos-pos polisi yang menggelar operasi lilin bertebaran dimana-mana dan sedang melakukan apel pagi dan simulasi pengamanan.


Selepas Bangil dan Pasuruan kami melanjutkan perjalanan menuju kota Probolinggo, jaraknya masih sekitar 31km lagi, entahlah apakah kami akan mencapai Kota Probolinggo hari ini ataukah memutuskan untuk beristirahat sebelum mencapai kotanya dan kembali melanjutkan perjalanan di keesokan harinya, karena cuaca hari ini yang sangat panas membuat badan menjadi cepat letih dan dehidrasi, hal ini membuat kami akhirnya beristirahat sejenak di sebuah rest area sambil menunggu cuaca panas agak mereda
Tanpa terasa waktu telah menunjukkan jam 1 siang, padahal kami masih menikmati istirahat di masjid yang teduh ini, namun mau tidak mau kami harus mulai melanjutkan gowes lagi, cuaca masih tetap terasa terik, walau tidak sepanas tadi tetapi kami harus terus melaju, perlahan tidak mengapa asalkan tetap konstan, hingga akhirnya di kejauhan mulai terlihat gerbang batas kota tanda kami mulai memasuki wilayah Kota Probolinggo.



Sekilas yang saya rasakan begitu memasuki kota ini adalah tata kotanya rapi sekali, dengan ruas jalan yang lebar lengkap dengan persimpangan dan yellow boxnya serta jalur pedestrian yang rapi, menunjukkan bahwa konsep pembangunan dan perencanaan kota ini telah terpikir dengan matang


Karena ini baru pertama kalinya kami berdua ke Kota Probolinggo sehingga walaupun melihat petunjuk di papan petunjuk arah namun masih ga mudeng dengan orientasi denah kotanya akhirnya kami pun memutuskan untuk bertanya di sebuah Pos Polantas yang ada di sebuah persimpangan.

“Permisi Pak kami mau numpang bertanya”, Kata kami kepada seorang petugas polisi yang sedang duduk di samping Pos Jaga, “kesini dulu kalian, ayo kesini kalau mau nanya, ayo sini istirahat dulu”, jawab Pak Polisi yang belakangan kami ketahui bernama Pak Ali, oleh Beliau kami malah diajak masuk ke dalam pos pantau untuk beristirahat (di dalam pos ternyata ada AC nya lho, huaaahh adem banget, jauh berbeda dengan panasnya perjalanan Gempol-Bangil-Pasuruan), “wah ada AC nya ya ternyata dalam pos” kata kami, “ya adalah memangnya pos polisi jaman dulu”, kata Pak Ali, hehe maklum pak kami kan belum pernah masuk ke dalam pos jaga lalu lintas, sambil bertanya asal dan tujuan kami beliau juga mentraktir es teh dan dibekali 2 buah botol air mineral 1,5L, terimakasih Pak Polisi :)

Oleh Pak Ali kami bahkan dianjurkan untuk beristirahat dan bermalam di kantor polres Probolinggo, akhirnya setelah kami tiba di kantor polres tersebut dan meminta ijin serta menjelaskan maksud kedatangan kami berdua, kami pun dipersilahkan untuk beristirahat dan bermalam di teras luar masjid polres probolinggo. Hal yang menarik disini adalah sepertinya semua polisi di polres probolinggo ini sangat rajin beribadah karena hampir setiap selesai sholat pasti langsung dilanjutkan dengan mengaji (yang lumayan panjang bacaannya) :) selain itu masjidnya pun bersih dan nyaman sekali

Setelah meng-unpacking semua barang dari sepeda dan mandi, semua barang kami titipkan dan taruh di dalam kamar takmir masjid supaya aman sehingga kini kami bebas untuk berjalan-jalan melihat keunikan kota ini
Oleh beberapa petugas kepolisian kami juga diberitahu arah menuju ke alun-alun kota dan Masjid Agung Probolinggo yang ternyata lokasinya tidak jauh dari kantor polres tempat kami menginap, hingga kami pun akhirnya memutuskan untuk berjalan kaki saja menuju ke Alun-alun kota

Seperti layaknya Alun-alun di kota lain yang merupakan ruang terbuka hijau, Alun-alun Kota Probolinggo sendiri juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai tempat saling berinteraksi dan berolahraga. Dengan adanya hiasan air mancur di bagian tengahnya, monumen, beberapa pendopo, lapangan olahraga, serta rumah-rumahan untuk burung merpati, membuat para pengunjung baik tua-muda, laki-laki-perempuan, single ataupun berpasangan ramai berkunjung ke Alun-alun ini setiap harinya. Beberapa pedagang makanan hingga penjual jasa pembuatan tatoo hena juga turut menggelar dagangannya di luar pagar area Alun-alun
Satu hal yang terasa paling sulit bagi kami di wilayah Kota Probolinggo ini adalah mencari warung nasi dengan harga yang terjangkau, sejak tadi kami berjalan kaki, kami jarang melihat warung nasi yang buka, mungkin juga dikarenakan besok adalah hari libur Natal sehingga banyak warung makan yang tutup, sekalinya ada yang buka pun harganya membuat kami harus cermat menghitung budget, dan akhirnya untuk menghemat budget, kami pun hanya memesan sepiring nasi goreng dan segelas es teh manis untuk di makan berdua sebelum kami kembali ke Masjid Polres untuk beristirahat.

Alun-alun Kota Probolinggo






Tidak lupa narsis dulu





Tampaknya Sang Pencipta benar-benar menjaga dan menyayangi kami berdua, terbukti walau sebenarnya perut kami masih lapar eh tiba-tiba selepas Sholat Isya berjamaah kami diundang oleh Pak Kapolres dan keluarganya untuk makan malam bersama-sama sekaligus dengan seluruh anggota polisi lain yang kebetulan ada di Masjid, maka jadilah kami kembali makan jilid kedua hehe...:)

Bakso, makanan yang satu ini sebenarnya merupakan salah satu makanan favorit Agit dari dulu, namun sejak perjalanan ini dimulai kami belum kesampaian untuk menyantap menu satu ini karena harganya yang cukup mahal (jika harus memilih maka kami lebih baik membeli dan makan nasi rames daripada bakso dengan budget yang sama), dan akhirnya keinginan yang lama terpendam tersebut kini terkabul juga, di rumah dinas Pak Kapolres kami disuguhi menu bakso lengkap dengan nasinya (Alhamdulillah cukup untuk menambah stamina gowes besoknya)

Setelah selesai makan kami pun kembali ke Masjid untuk menyiapkan perlengkapan tidur. Matras dan sleeping pad mulai kami gelar dan tiup. Sembari menyiapkan kami juga berdiskusi kira-kira bangun jam berapa ya keesokkan harinya, karena setelah adzan subuh jam 4 pagi biasanya langsung dilanjutkan dengan beberapa orang yang mengaji hingga jam 6 (alamat ga bisa tidur pules lagi setelah subuh)

Ya sudahlah kun fayakun saja apa yang akan terjadi, sebelum tidur saya masih menyempatkan untuk menulis kronologi yang terjadi hari ini sebagai pengingat, ketika sedang asyik menulis tiba-tiba ada seorang polisi muda bernama Bayu yang bertanya asal dan tujuan kami, setelah berbincang-bincang sebentar ia malah menawarkan kami berdua untuk bermalam saja dirumah dinasnya daripada tidur di teras masjid karena dikuatirkan kami malah tidak bisa beristirahat dengan nyaman karena kedatangan beberapa polisi yang keluar masuk masjid

Fasilitas rumah dinas yang diperuntukan bagi beberapa petugas polisi di polres Probolinggo ini berada tidak jauh dari area Masjid, secara tampilan luar bentuk bangunannya cukup sederhana namun bagi kami berdua yang selama beberapa hari ini hidup nomaden hal tersebut sudah merupakan sebuah kemewahan, kami tidur beralaskan matras yang empuk dan menikmati sejuknya pendingin ruangan (dan satu lagi yang terpenting adalah kali ini ruangan yang kami gunakan beristirahat bebas dari nyamuk)

Tempat beristirahat ternyaman selama perjalanan kami di Pulau Jawa :)


Setidaknya hingga hari ini kami lagi-lagi mendapat rejeki tak kasat mata berupa perlindungan dalam bentuk tempat bernaung, makanan, minuman, kesehatan, orang-orang baik yang kami temui dan berbagai kemudahan selama petualangan ini. Mungkin banyak orang yang menilai petualangan yang kami pilih merupakan sebuah hal yang sia-sia karena tidak ada nilai materi yang kami dapat, tetapi itu hanya terasa benar jika kalian menilai dari sudut pandang materialistik saja, jika orang mengatakan seakan kami berfoya-foya dan tidak menghasilkan materi selama perjalanan ini biarlah, itu hak semua pihak untuk menilainya, namun bagi kami berdua apa yang kami dapat dan kami berikan selama perjalanan ini jauh lebih berharga dari nilai materi yang ada di dunia ini, disini kami mendapat banyak ilmu, pengalaman hidup, nilai kehidupan, dan lainnya, kami bertukar kebaikan dan kepercayaan tanpa harus melalui sebuah kontrak tertulis bermaterai, kami juga belajar menghargai apa yang sudah kami dapat sehingga kami tidak menjadi orang yang selalu menuntut dan iri dengan kepunyaan orang lain, dan yang terpenting adalah kami sudah menghidupkan dan mewarnai cerita perjalanan hidup kami berdua.

Terimakasih kepada seluruh petugas kepolisian polres Probolinggo yang telah dengan ramahnya mengijinkan kami menginap padahal mereka juga tengah disibukkan menjaga keamanan kota serta mempersiapkan operasi lilin yang akan digelar sebentar lagi secara serentak, selamat bertugas dan semoga suatu saat kita dapat bersua lagi

Pengeluaran hari ini :
- 2 porsi soto ayam = Rp 12.000,-
- 2 gelas es teh manis = Rp 4.000,-
- 1 porsi nasi goreng = Rp 9.000,-
- 1 gelas es teh = Rp 2.500,-
Total = Rp 27.500,-

Total jarak tempuh hari ini : 65,37 km

2 comments:

  1. Keren bgt artikelnya.. mampir yuk ke http://elementmtb.com/kelilingi-salah-satu-kota-di-thailand-seharian-hanya-dengan-sepeda-yakin/

    ReplyDelete
  2. @Agnes Maria: terimakasih, situs kamu juga keren kok foto-fotonya, salam gowes :)

    ReplyDelete