Kamis, 17 Desember 2015,
Sebuah ide gila yang selama ini tumbuh dan berkembang dalam benak kami tentang perjalanan bersepeda selama 1 tahun mengelilingi Indonesia kini sudah tiba saatnya untuk direalisasikan, mungkin terdengar muluk tetapi jangka waktu 1 tahun yang awalnya kami rencanakan bukanlah merupakan suatu hal yang baku, jika segala sesuatunya memungkinkan maka perjalanan bersepeda kali ini memang akan menghabiskan waktu selama satu tahun, tetapi pada prakteknya nanti kami yakin segala sesuatunya akan menjadi lebih fleksibel, oleh karena itulah rentang waktu satu tahun adalah batasan maksimal yang kami sepakati, tidak lebih dari itu, apalagi jika ternyata dalam jangka waktu kurang dari setahun tersebut kami sudah menemukan esensi perjalanan tentang apa arti hidup itu sebenarnya, maka saat itulah kami akan kembali pulang, membawa semua pengalaman, pelajaran, dan kenangan yang kami peroleh, semua hal yang telah mengubah pola pikir serta cara pandang kami dalam memaknai hidup.
“Kamu yakin mau memulai ini?”, “Apa tidak berbahaya?”, “Nanti bagaimana makan dan tidurnya?”. Pertanyaan-pertanyaan semacam itu semakin sering kami dengar mendekati hari H petualangan goweswisata, kami pun hanya bisa menjawab entahlah sembari tersenyum, karena kami pun memang tidak tahu akan seperti apa cerita petualangan ini kedepannya, jujur saja kami pun termasuk orang baru dalam dunia bersepeda jarak jauh seperti ini, kami sama awamnya dengan mayoritas pesepeda lainnya yang menjadikan kegiatan bersepedanya hanya sebagai sarana penyaluran hobby dan rekreasi, berawal dari sekedar bersepedakeliling komplek perumahan, lalu mulai berlanjut mencari obyek-obyek wisata baru yang tersembunyi, kemudian semakin berkembang dengan mulai melakukan bike overnight atau bikecamping, dimana jika sebelumnya kegiatan bersepeda kami lebih banyak bersifat one day trip lama kelamaan berkembang menjadi multiday trip, dan ternyata kami menyukainya karena ada rasa kebebasan didalamnya, ada perasaan senang karena perjalanan kami tidak diburu waktu sehingga kami tidak harus memforsir tenaga seharian, selain itu kami pun bisa lebih leluasa dalam menjelajahi setiap tempat yang kami singgahi, karena itulah bagaimana jika multiday trip yang awalnya hanya 2-3hari saja kini kami kembangkan menjadi multiday trip sesungguhnya, menjadi perjalanan bersepeda dalam rentang waktu satu tahun dengan cakupan tujuan persinggahan yang lebih luas lagi, apakah rasa kebebasan itu akan tetap sama ataukah berbeda? Apakah kami akan menikmati dan ketagihan ataukah membencinya? Apakah kami akan merindukan setiap jejak dan cerita perjalanan ini? Itulah yang akan kami coba cari tahu.
Sejak pagi mendung sudah tampak menggelayut di langit Kota Yogyakarta ini, sudah hampir 1 minggu sejak kami tiba di kota ini untuk mempersiapkan perjalanan goweswisata multiday trip traveling around Indonesia selalu saja setiap harinya turun hujan, terkadang hujan turun sejak pagi hari, kadang dari sore sampai malam hari, bahkan beberapa kali hujan pun turun hingga seharian, efeknya tentu saja membuat beberapa pakaian yang kami cuci menjadi susah kering.
Kami mengawali start petualangan ini dari daerah Maguwoharjo, tidak jauh dari Bandara Adi Sucipto, sekitar pukul 05.00 WIB kami sudah bangun dan mulai bersiap-siap, bagaimanapun kondisi cuaca nantinya apakah turun hujan atau tidak, kami telah sepakat bahwa hari inilah awal petualangan goweswisata akan dimulai.
Sebelum berangkat saatnya melakukan cek dan ricek kelengkapan barang bawaan sekali lagi, karena setelah pedal dikayuh maka tidak ada kata kembali lagi. Sepeda cek, Panniers cek, kebutuhan primer sandang, pangan, dan papan semua cek oke, huff… kini saatnya berdoa dan berpamitan kepada semua yang telah banyak membantu dan mensupport kami untuk memulai petualangan ini
“Hati-hati ya, semoga selamat selama perjalanan dan Tuhan selalu memberkati”, begitulah pesan yang disampaikan oleh salah seorang orangtua sahabat kami yang melepas keberangkatan kami berdua, terimakasih semua :), sambil mulai mengayuh sepeda kami pun sesekali menoleh ke belakang, melambaikan tangan sembari tersenyum, ada banyak cerita dan kenangan di kota ini sejak kami memutuskan hijrah dari Jakarta dan mulai menetap di Yogyakarta, kurang lebih 3,5 tahun sudah kami menetap di Provinsi Istimewa ini, kini saatnya bagi kami untuk keluar dari zona nyaman dan mulai belajar mengenal wilayah-wilayah lain di Indonesia, mengeksplor potensi diri kami danbelajar untuk terbuka terhadap hal-hal baru yang nantinya akan kami temui.
Untuk masalah perencanaan rute, karena kami terhitung masih baru dibidang ini maka rute yang kami pilih adalah melalui rute tengah melalui ruas Jalan Jogja-Solo dengan pertimbangan rute ini lebih banyak flatnya alias datar-datar saja hehe…
Untunglah sejak awal perjalanan ini cuaca lumayan bersahabat, tidak hujan namun juga tidak terik, hanya berawan saja sehingga membuat hawa menjadi agak dingin. Kondisi ruas Jalan Jogja-Solo pun tidak terlalu ramai hari ini, mungkin karena bulan ini di Yogyakarta sedang musim hujan sehingga membuat beberapa orang menjadi malas bepergian.
15 menit pertama adalah waktunya membiasakan diri mengendalikan sepeda yang dipenuhi panniers di bagian depan serta belakang. Setidaknya untuk masing-masing sepeda kami membawa tujuh buah tas, terdiri dari sepasang pannier depan, sepasang pannier belakang, handlebar bag, trunk bag, serta sebuah backpack yang kami letakkan di atas trunk bag, backpack sengaja kami bawa karena ada saatnya ketika kami sejenak off from the bike dan ingin berjalan kaki berwisata kota maka backpack bisa berfungsi untuk menaruh perlengkapan dan bekal di perjalanan.
Sedikit demi sedikit tanpa terasa kami sudah melewati batas wilayah Provinsi DIY dengan Jawa Tengah yang terletak didekat Candi Prambanan, karena sudah beberapa kali melewati lokasi ini maka segala sesuatunya masih terasa biasa saja bagi kami, lanjut gowes lagi dengan santai kali ini lokasi Pabrik Gula Gondangwinangun pun juga sudah terlewati, suasana masih terasa aman secara psikis karena kami juga sudah familiar dengan rute ini hingga sampai ke Kota Solo.
Goodbye Yogyakarta
Setibanya di pertigaan (akhir dari Jalan Jogja-Solo) menuju Kota Solo kami pun beristirahat siang sejenak di sebuah Masjid yang berada tidak jauh dari pertigaan tersebut, sambil beristirahat saya pun mulai merencanakan rute berikutnya karena pada perjalanan bikeovernight sebelumnya perjalanan terjauh yang pernah kami lakukan berdua hanyalah sampai di Kota Solo saja, sehingga bisa dikatakan disinilah zona nyaman kami berakhir, kami tidak tahu lagi akan seperti apa suasana di rute berikutnya, rasa ketidaktahuan inilah yang secara tidak langsung nantinya juga akan mempengaruhi kondisi psikis kami, tetapi ya sudahlah perjalanan harus terus berlanjut, tidak ada kata kembali, lagipula kami juga sudah berkomitmen untuk meneruskan petualangan ini.
Begitu memasuki gerbang Kota Solo maka langkah berikutnya adalah mencari informasi arah menuju Kota Sragen, hmmm… informasi penunjuk arah yang ada di Kota Solo ini benar-benar membingungkan dan semrawut, daripada tersesat lebih baik bertanya saja ke pengguna jalan lain kemana arah menuju Sragen, dan ternyata kondisi lebar ruas jalan dari Solo menuju Sragen lebih sempit (jika dibandingkan dengan lebar ruas Jalan Jogja-Solo) padahal ada banyak truk dan bus yang melintasi rute ini, disini jugalah kami mulai menghadapi beberapa ruas jalan yang agak menanjak (kesenangan saat jalan datar di sepanjang ruas Jalan Jogja-Solo tadi kini berakhir sudah), yah setidaknya lumayanlah untuk latihan mengendalikan sepeda full beban begini supaya kedepannya nanti kami terbiasa.
Dari kondisi jalan yang sebelumnya terhitung ramai kini perlahan mulai terasa sepi (untuk ukuran kondisi lalu lintas Pulau Jawa), tampak beberapa truk diparkir di sisi kiri jalan, beberapa dari para sopir dan kernet truk tersebut pun terlihat sedang beristirahat diwarung-warung yang ada disepanjang sisi jalan tersebut. Jam yang ada dicyclocomp sudah menunjukkan waktu Ashar, sesuai perencanaan rute maka ini berarti sudah waktunya bagi kami untuk mulai mencari tempat pemberhentian hari ini, sambil terus mengayuh mata kami pun juga sibuk mencari lokasi yang pas untuk beristirahat dan berhenti hari ini, dan herannya semakin susah saja mencari lokasi yang pas karena tidak banyak bangunan atau masjid yang ada di sepanjang perlintasan ini padahal hari sudah semakin sore dan dikejauhan langit juga sudah tampak semakin gelap tertutup oleh mendung, untunglah akhirnya kami melihat ada sebuah bangunan mushalla milik sebuah instansi pemerintah di daerah Masaran, lebih tepatnya sebuah Balai Nikah KUA Masaran, setelah bertanya dan meminta ijin untuk menumpang menginap semalam saja kami pun dipersilahkan untuk menginap di dalam mushalla, pak penjaga Mushalla pun sempat berbincang-bincang menanyakan asal dan tujuan kami, ia juga menyarankan untuk mengunci pintu mushalla jika kami sudah mau tidur supaya semuanya aman.
Setelah bersih-bersih (mandi dan mencuci baju), kini waktunya untuk mencari makan di angkringan yang berada tidak jauh dari Mushalla tempat kami menginap tersebut, untungnya harga makanannya pun masih terbilang wajar, seporsi nasi rames dan segelas teh hangat terasa nikmat sekali di perut. Setelah selesai makan, sekarang saatnya beristirahat memulihkan kondisi tubuh sebelum esoknya melanjutkan perjalanan kembali, setidaknya babak awal petualangan kami baru saja dimulai dan kami juga masih membiasakan diri untuk menghadapi kondisi apapun yang akan terjadi berikutnya, hikmah yang kami dapat pada hari ini adalah kami menjadi lebih banyak bersyukur dengan apa yang kami miliki, mungkin di mata orang lain keadaan kami seakan terlihat seperti orang susah, sudah gowes jauh, tidur di mushalla tanpa kasur, makan seadanya, tetapi satu hal yang kami syukuri adalah setidaknya kami masih bisa makan hari ini dan diijinkan menginap oleh seseorang yang tidak pernah kami kenal sebelumnya, bukankah bertemu dengan orang-orang baik serta menikmati makanan juga adalah salah satu bentuk rezeki yang harus disyukuri? Bagi saya pribadi pun ada nikmat satu lagi yang paling penting untuk disyukuri yaitu di perjalanan ini saya didampingi oleh seseorang yang kini telah menjadi bagian hidup saya, yang mau dan mampu menerima saya serta petualangan ini bersama-sama, seseorang yang bisa menjadi tempat berbagi cerita dan pengalaman ini kepada kalian semua, oleh karena itu jika kami berdua yang notabene bukanlah seorang profesional cycle tourer saja mampu memulainya maka yakinlah bahwa sebenarnya kalian pun juga bisa memulai cerita petualangan kalian sendiri. Yang paling penting kita juga harus mau belajar mempersiapkan segala sesuatunya sebelum memulai untuk meminimalkan resiko dan masalah ke depannya, sehingga tidaklah cukup jika kemudian kita menjadi latah ingin mencoba namun hanya bermodal niat dan nekat saja.
“Memulai merupakan hal yang paling sulit tetapi jika kita tidak pernah memulainya maka kita tidak akan pernah tahu sampai seberapa jauh kemampuan kita untuk melangkah dan seberapa menakjubkannya diri kita sebenarnya”.
Pengeluaran hari ini :
- 2 porsi soto sapi+2 gelas teh manis = Rp 15.000,-
- 6 buah Roti = Rp 20.000,-
- 2 porsi makan malam+2 gelas teh hangat = Rp 15.000,-
Total = Rp 50.000,-
Total jarak tempuh hari ini :76,8km
Mantap om. Semoga perjalanannya lancar tanpa hambatan berarti. Saya turut "menemani" saja dari rumah dengan cara membaca petualangan ini.
ReplyDeleteSalam kenal dan salam kring-kring..
Jangan lupa datang ke "rumah" saya di ngepitulala.blogspot.co.id ya..
@Benny Adityawarman : Salam kenal juga (rumahnya apik juga :))
ReplyDelete