Sunday, 8 February 2015

Jembatan Babarsari

(01/02/15), bagi warga Jogja terutama yang berdomisili di wilayah Babarsari pastinya sering melintasi Jembatan ini. Jembatan yang berada di sebelah timur dari perempatan selokan mataram Babarsari ini mungkin terlihat biasa-biasa saja, bahkan jika kita mengendarai kendaraan bermotor dan melintas di atas jembatan ini pasti hanya sekedar melintas saja tanpa menyadari jika dibawah jembatan tersebut ada sebuah tempat yang cukup menarik, bahkan bisa dijadikan sebagai alternatif tempat wisata air dalam kota yang murah meriah hehe :)

Aliran air sungai yang jernih dan cukup tenang ditambah dengan hijaunya pepohonan yang berada disekitarnya seakan menjadikan tempat ini cukup ideal bagi kalian yang suka bermain air atau sebagai tempat rekreasi keluarga, nilai plus lainnya adalah jaraknya yang cukup dekat dan berada didalam kota, sehingga tempat ini juga strategis sebagai media pembelajaran bagi orangtua yang ingin mencoba mengenalkan alam kepada anak-anaknya sejak usia dini

Ketika kami mengunjungi tempat ini (bisa masuk melalui turunan jalan tanah yang berada disamping jembatan), suasana yang sejuk dan asri langsung terasa, terlihat dari banyaknya kupu-kupu yang beterbangan di sekitar sungai, oya di sekitar sungai juga terdapat tempat budidaya ikan nila yang dikelola oleh warga sekitar


Tempat budidaya ikan nila milik warga sekitar


Selain menikmati bermain air, biasanya pada hari libur, diatas jembatan babarsari (yang lama) ini juga dijadikan tempat berlatih menuruni jembatan menggunakan tali oleh komunitas pecinta alam, sayangnya mungkin karena kali ini cuaca sering hujan maka di hari minggu ini tidak ada kegiatan latihan oleh komunitas tersebut


Suasana di tempat ini






Bukti kalau airnya masih jernih



Ternyata tidak hanya kami yang menyadari keindahan tempat ini, karena tidak berapa lama kemudian ada beberapa warga lokal yang datang bersama anaknya, mereka memancing dan mencari ikan, bahkan si anak mendapat tangkapan seekor ikan nila yang cukup besar, beberapa yuyu (kepiting kecil) juga banyak terdapat dan bersembunyi dibalik bebatuan sungai, hal ini seakan menjadi salah satu indikator bahwa tempat ini masih cukup terjaga keasriannya


Semakin siang tempat ini juga mulai ramai, kali ini sekelompok anak-anak dengan sepedanya juga ikut bergabung dengan kami menikmati bermain air di tempat ini. Sangat menyenangkan melihat tingkah polah mereka yang khas anak-anak, bersenda- gurau dengan teman sebayanya, tertawa lepas dan menggunakan imajinasinya tanpa takut dibatasi, disaat seperti ini saya berpikir jika dunia anak-anak memang seharusnya seperti ini, lepas dari belenggu teknologi atau berbagai gadget yang menjadikan mereka “mengisolasikan dan mengekslusifkan diri” dari lingkungan sosialnya, justru dengan hal-hal yang sederhana seperti ini mereka menjadi belajar bersosialisasi secara nyata, melatih kemampuan motoriknya, serta berimajinasi, dunia dan alam disekitar mereka seakan menjadi tempat bermain dan berpetualang mereka





“Dunia anak-anak adalah dunia bermain”, ungkapan tersebut terasa sangat tepat karena dengan begitu energy mereka bisa tersalurkan secara positif, sayangnya hanya karena prestise terkadang banyak orangtua yang cenderung memaksakan kehendaknya dan menuntut si anak supaya berprestasi secara akademik, dan dengan dalih tersebut kemudian menjejalkan berbagai les tambahan kepada si anak, yang secara tidak langsung juga mematikan waktu bermain dan bersosialisasi yang seyogyanya menjadi hak si anak, dan sebagai kompensasinya para orangtua kemudian menghadiahkan berbagai gadget dengan fitur teknologi terkini kepada si anak, anak tersebut memang terlihat seperti menikmati dan bermain, tetapi hanya sebagai individu tanpa imajinasi, bukan sebagai bagian dari dunia anak-anak yang seharusnya penuh dengan imajinasi mereka sendiri. Terkadang gadget tersebut justru menjadi alat yang menciptakan sekat atau dinding pemisah antara anak dengan dunia nyata dimana mereka hidup sebenarnya

Dari tempat yang terlihat biasa seperti ini saja banyak cerita yang bisa saya petik, terkadang lucu juga melihat beberapa kawan yang berpandangan untuk bisa punya cerita petualangan yang bagus maka haruslah menempuh perjalanan jauh dulu, tetapi saat mereka melakukan perjalanan jauh yang kemudian menjadi fokus perhatian mereka hanyalah kepada sederetan angka-angka speedometer tentang jarak dan kecepatan serta perkataan orang lain yang berkata “wah kau hebat sekali”, mereka seakan lupa bahwa apa yang terjadi, mereka lihat, alami, rasakan selama perjalanan tersebut juga merupakan sebuah cerita yang menanti untuk ditulis. Dan pada post kali ini seakan juga menjadi sebuah contoh sederhana bahwa “ you don’t have to be rich to travel well” seperti kata Eugene Fodor :) karena your journey of life is also a traveling it self

5 comments:

  1. Ini sungai klo ditelusuri hilirnya di mana ya? Atau ada tempurannya? Asalnya kan Dari embung tambakboyo.

    ReplyDelete
  2. ini posisi persisnya dimana ya?

    ReplyDelete
  3. Lokasi klo dr babarsari atmajaya kekiri paa pertigaannya-spbu kekanan-superindo (perempatan selokan mataram) kekanan/timur sampe ada jembatan, nah pas dibawah jembatannya kok

    @wijna : walah aliran aslinya drmana ya hehe kurang tau saya wong niatnya cm pengen main airnya doang :)

    ReplyDelete
  4. bukan tempat yang populer ... tapi tempat yang seperti ini yang saya suka, masih asri dan aseli ...

    ReplyDelete
  5. semoga kedepannya tempat ini juga masih terus asri, biasanya klo udah mulai populer langsung deh banyak petugas parkir dadakan+warung-warung hehe

    ReplyDelete