Tamu istimewa goweswisata kali ini bernama Genevieve Fortin, seorang petouring wanita dari Kanada yang sedang dalam perjalanan bersepeda keliling dunia seorang diri, yang kebetulan rutenya melewati Indonesia, dan Kota Yogyakarta adalah titik awal dimana ia akan memulai petualangan bersepedanya selama di Indonesia
Awal perkenalan antara saya dengan Gene sebenarnya agak unik dan tidak sengaja, berawal di sebuah forum internet bersepeda jarak jauh yang saya ikuti, ada sebuah post dari seorang petouring wanita yang mempunyai rencana mengunjungi Indonesia, ia meminta saran kepada beberapa member mengenai lokasi terbaik untuk memulai jika ingin mengunjungi dan bersepeda di Indonesia. Hmmm...baiklah karena saya adalah orang Indonesia maka saya pun memberikan saran kepadanya untuk memulai perjalanannya di Yogyakarta atau Jawa Tengah karena beberapa alasan, yaitu harga makanan yang relatif lebih murah, rute yang tidak terlalu macet, pemandangan alam yang masih asri, serta kehidupan sosial budaya masyarakatnya yang masih kental. Setelah itu saya juga mengirimkan friend request kepadanya untuk memudahkan berkomunikasi
Tidak lama setelah itu, kami pun mulai saling chit-chat secara lebih intens, terutama menyangkut jadwal kedatangannya, pesawat yang digunakan, dan tempat dimana kita akan bertemu. Hari-H pun tiba, ia mengirimkan message kepada saya bahwa ia sudah berada di Bandara di Jakarta dan sedang menunggu jadwal penerbangan domestik berikutnya menuju Yogyakarta, dan diperkirakan ia akan tiba di Bandara Yogyakarta sekitar pukul 14.00 WIB
Sekitar pukul 14.30 WIB saya pun tiba di bandara dan menunggu kabar darinya (tentunya saya juga telah memperhitungkan waktu yang ia butuhkan untuk mengambil bagasi, sepeda, serta merakit sepedanya). sebuah pesan pun masuk darinya yang mengatakan (dan sepertinya panik) bahwa sepedanya mengalami kerusakan saat pengiriman melalui bagasi pesawat, baiklah saya pun langsung menanyakan dimana posisinya saat ini (untunglah saya juga selalu membawa toolkit saat bersepeda)
Setelah saya mendapatkan posisinya yang sedang menunggu di Information Center maka saya pun bergegas menuju kesana dan mencari dimanakah dia, bukan perkara sulit untuk mencarinya, karena cukup melihat sosok turis dengan sepedanya saja hehe...
Ok basa-basi perkenalan singkat (hanya dengan berjabat tangan), maka ia pun langsung bercerita bahwa sepedanya rusak akibat jasa pengiriman oleh maskapai, hmmm... dalam situasi yang panik begini tentu saja tidak menyelesaikan masalah, ditambah lagi kami juga dikerubungi oleh para petugas bandara yang hanya diam melihat kepanikannya (mungkin bingung melihat ada turis asing yang membawa sepeda dan mondar-mandir sembari berkata "oohh my bicycle is broken")
Saya pun mencoba memeriksa kondisi sepedanya, baiklah RD hangernya memang agak bengkok kedalam, mungkin karena tertindih oleh barang-barang lainnya, tetapi sepertinya hanya itu saja, masih mudah untuk diperbaiki. saya pun mengatakan kepadanya jika untuk sementara lebih baik menggunakan single speed saja ketika bersepeda menuju rumah saya (saya pun mengatur ratio gearnya terlebih dahulu supaya tidak terlalu berat untuknya), dan rencananya besok barulah kita menuju bengkel sepeda untuk memperbaiki RD hangernya
Sambil merakit ulang sepedanya (memasang rak, panniers, serta mengikat kruk / tongkat penyangga yang biasa digunakan oleh orang yang kakinya terluka ke rak sepeda saya) kami pun mulai melanjutkan perjalanan ke rumah saya (oya pada saat Gene tiba, kondisi kakinya juga masih diperban karena mengalami kecelakaan "yang konyol" sebelumnya)
Setibanya dirumah dan unpacking semua panniersnya, saya pun menunjukkan kamar untuknya beristirahat, serta menawarkan jika ia ingin mandi terlebih dahulu (tidak lupa memberitahu kalau lampu kamar mandinya rusak hehe...you must be have your own light right)
Setelah semuanya beres maka kami pun mencari makan (dan akhirnya saya tahu bahwa ia adalah benar-benar seorang food lover), ia pun sempat tidak percaya ketika mengetahui bahwa harga makanan disini sangatlah murah (terutama pada perjalanan sebelumnya ia mem-budgetkan 7$/hari, tetapi disini wow 7$ sangatlah besar, mungkin cukup untuk 5 hari hehe), dan bagi para cyclist yang kelaparan, dengan harga makanan yang murah maka hal tersebut sangatlah terasa membahagiakan hehe... ujung-ujungnya tentu saja menjadi lapar mata, setelah makan malam pun ia pun masih menyempatkan membeli buah-buahan, dan bakpao, well this day is enogh for us, have a nice rest Gene :)
Day 2
Saya bangun pagi dan selesai beres-beres rumah sekitar pukul 07.30 WIB, rencananya hari ini kami akan ke bengkel sepeda untuk memperbaiki RD hanger sepedanya setelah itu mungkin berkeliling dalam kota saja. Gene masih tidur, baiklah mungkin ia lelah setelah bersepeda jarak jauh sebelumnya, saya pun menunggu sembari memesan sarapan terlebih dahulu (keuntungan dari rumah saya adalah di depan rumah berjejer kios makanan kecil seperti angkringan, soto, gado-gado dan lotek, sehingga tidak perlu berjalan terlalu jauh untuk mencari makan)
Jam 08.30 WIB dan Gene masih belum bangun, wow she's sleep like a bear in the cold season LOL, akhirnya sekitar pukul 09.00 WIB ia pun bangun dan bersiap-siap, setelah sarapan Lotek (sepertinya lotek akhirnya menjadi makanan favorit para traveler asing selama disini) kami pun mulai gowes menuju bengkel langganan saya, sepanjang perjalanan saya pun menjelaskan kepadanya beberapa hal mengenai Kota Yogyakarta
Tidak butuh waktu lama bagi pemilik bengkel untuk memperbaiki RD hanger yang bengkok dan sekaligus mengecek ulang semua gear sepedanya, setelah semua dirasa beres kami pun lanjut gowes lagi mencari tempat penukaran uang yang kebetulan banyak terdapat diwilayah sekitar Prawirotaman, baiklah satu persatu masalah mulai teratasi, dan saya pun mengatakan kepadanya untuk menikmati hari ini dan hari-hari seterusnya selama berada di Indonesia, terkadang senyuman juga akan membuat hari menjadi lebih baik
Dari Prawirotaman, saya pun mengajak Gene menuju Alun-alun Selatan, serta menjelaskan filosofi tentang keberadaan dua buah pohon beringin besar yang terdapat di Alun-alun Selatan, beberapa orang percaya bahwa jika kita berjalan menutup mata dan mampu melewati (berjalan diantara) kedua Pohon Beringin tersebut maka apa pun yang kita inginkan akan terwujud.
"Oohh that's so easy, i can do that", kata Gene, ya..ya..ya..just prove it, some people used to say like that, but finally the result is not as easy as you think, suddenly they turn to the right or left when they're almost near and pass the three, or hit the wall. Baiklah saatnya pembuktian, easy like you say? i think not, i think i'll be laught on you. Setelah sepeda kami parkirkan, maka saya pun mengarahkan Gene tepat didepan kedua beringin tersebut, ok close your eyes, don't be cheatin', setelah saya memutar badannya sebanyak tiga kali dan mengarahkannya tepat kearah kedua beringin tersebut, mulailah ia berjalan. Awalnya lurus dan terkendali, tetapi lihat apa yang terjadi setelah ia mendekati pohon tersebut, tiba-tiba ia pun berbelok ke kiri, saya pun mulai tersenyum sampai akhirnya saya pun mengatakan "ok now open your eyes", and... "whaattttt, why this could happen, i'm sure i just on the right direction", katanya, "ok, it's easy right, like what you've said before", saya pun tertawa dan menyindirnya, lucu sekali melihat raut mukanya yang kebingungan, "don't worry Gene, someday what you wish will comes true, and i wish you all the best in your life".
Setelah berpanas-panasan akhirnya ia pun membeli minuman sari tebu, yang menurutnya adalah minuman yang paling ia cari, dan ia kira minuman seperti ini hanya ada di India, "in here we have a lot".
Berfoto sejenak di Alun-alun Utara
hari ini pun berakhir dengan kekonyolan dan penuh tawa, dan malamnya seperti biasa, memesan makanan dan jajan lagi, wondering how your stomach can load all the food, you're really a food lover
Day 3
Good morning Gene
Malam sebelumnya kami telah merencanakan jika hari ini jadwalnya adalah berkunjung dan melihat candi-candi, tetapi ya namanya juga jadwal bebas maka acara bisa berubah sewaktu-waktu hehe...setelah menunggu Gene (the hibernation bear) bangun tidur, dan sarapan, kami pun gowes menuju kantor pos untuk mengirim beberapa aplikasi asuransi miliknya terkait dengan "kecelakaan konyol" kakinya, setelah itu saya berpikir jika ke candi maka jalannya berputar-putar, maka saya pun langsung mengubah tujuan menuju arah bantul, tepatnya ke Jembatan Gantung Selopamioro, karena di situ Gene juga bisa melihat bagaimana aktivitas masyarakat pertanian dan pemandangannya tentu saja
Mampir sebentar ke pabrik krupuk skala rumahan yang berada tidak jauh dari rumah saya
Foto-foto sepanjang perjalanan
Rute menuju Jembatan Gantung Selopamioro sudah mengalami perbaikan, beberapa kondisi jalan sudah mulai diaspal halus, walau belum semuanya, di sepanjang perjalanan kami pun sempat mengambil dokumentasi serta diundang untuk beristirahat sejenak di rumah salah seorang warga yang kebetulan rumahnya terbuat dari kayu dan bernuansa tradional, sehingga menarik untuk di foto
Pertanyaan seperti darimana, kemana, dan bagaimana kami bisa saling bertemu tampaknya menjadi pertanyaan standar, beberapa pertanyaan yang bersifat agak pribadi juga ditanyakan oleh warga lokal, seperti apakah kami pasangan, apakah saya guidenya, apakah ia memiliki suami atau anak, dan lainnya, beberapa bahkan mencoba menawarkan pasangan untuk Gene LOL
Setelah sempat beristirahat sejenak, kami pun melanjutkan gowes lagi menuju lokasi Jembatan Gantung, hari ini angin bertiup sangat kencang sekali, sehingga kami menjadi agak lambat karena kami gowes melawan arah angin
Setibanya di Jembatan Gantung lagi-lagi hal konyol kami lakukan, bukannya mengambil foto mengenai pemandangan sekitar jembatan gantung, kami malah saling mengambil foto ketika kami saling memotret (mungkin jika ada orang yang melihat akan berpikir kami kurang kerjaan)
Akses menuju lokasi Jembatan Gantung ini sebenarnya sudah lumayan bagus dan mudah, sayangnya ada beberapa oknum warga lokal yang seakan meihat kami berdua sebagai turis dan berharap kami akan memberi uang jika berfoto dengan mereka, no..no..we don't have a reason to give you money, sangat disayangkan mental-mental seperti inilah yang terkadang menjadi kendala ketika kita ingin mempromosikan suatu wilayah namun kelakuan masyarakat sekitarnya ada yang seperti pengemis atau terlalu berpikiran materialisme
Disepanjang perjalanan pulang pun Gene meminta saya menerjemahkan kata-kata seperti "I have a husband, i don't have a reason, dan lainnya" ke dalam bahasa Indonesia, untuk memudahkan jika nantinya ia melanjutkan perjalanannya di Indonesia, dan juga untuk mencegah orang berlaku tidak baik terhadap dirinya.
Ya mempelajari bahasa lokal memang baik dan berguna, namun Gene, setidaknya jangan menghapal dengan bersuara terlalu keras saat kita bersepeda atau berhenti di Lampu merah ok (bayangkan saja saat berhenti di traffic light atau ketika melewati jalan desa yang lumayan ramai tiba-tiba ia berkata dengan lantang "saya punya suami", ohhhh noooo, peoples are staring to us (especially me, because they think we're just getting married) LOL
Day 4
Hari ini adalah hari perpisahan kami, Gene akan melanjutkan perjalannya menuju Gunung Bromo, kemudian ke Bali, Lombok, Sumbawa, dan Pulau Komodo. kami start sekitar pukul 08.15 WIB melalui rute Blok O hingga tembus ke Prambanan, dari situ kami tinggal melewati jalan Jogja-Solo hingga kemudian tiba di Kota Solo, dimana salah seorang teman lainnya sudah siap untuk menyambut Gene dan menawarkan tempat untuknya beristirahat selama di Solo
Di sepanjang perjalanan ketika saya menemani Gene ke Solo pun ada hal konyol yang terjadi, jadi ceritanya ketika kami sedang gowes tiba-tiba ada warga lokal wanita yang mengendarai motor tiba-tiba menyapa kami, dan seketika langsung mengoceh mengajak ngobrol kepada kami dengan 3 bahasa yang dicampur-campur (bahasa Indonesia, bahasa Jawa, dan bahasa Inggris) otomatis saya pun juga bingung, karena saya tidak bisa berbahasa Jawa hehe... apalagi Gene, akhirnya ketika kami berhenti untuk sarapan soto, wanita ini pun terus bercerita dengan tiga bahasa tadi sembari meminta kami mendengarkan ia bernyanyi ketika ia memutar lagu Jawa di telepon cellularnya, akhirnya Gene pun tertawa, dan saya pun tertawa karena saya menertawakan Gene yang tertawa karena tidak mengerti apa yang diucapkan oleh wanita ini, jadi kami semua saling tertawa karena tidak nyambung satu sama lain LOL
Akhirnya kami pun tiba di Kota Solo, dan menunggu sampai rekan host di Solo datang untuk menjemput Gene, yah perpisahan pasti akan selalu terjadi karena adanya pertemuan, tapi paling tidak pertemuan saya dengan Gene yang walaupun terjadi hanya dalam waktu singkat namun banyak memberi cerita dan hal-hal konyol yang kami lakukan selama pertemuan ini, kami mungkin pada dasarnya masing-masing adalah seorang solo cyclist, tapi menyenangkan juga ketika kami punya waktu untuk berbagi sejenak tentang cerita kami dan hal-hal menarik lainnya
Sampai jumpa lagi Gene, semoga suatu saat kita dapat bertemu lagi, you're my rock and roll guest :P dan terimakasih sudah menjadi teman gowes yang mengasyikkan, dan ya selalu menarik dan mengasyikkan untuk berteman dengan orang-orang baru yang berbeda negara-bahasa-kelas sosial-budaya-usia, dan apapun itu tidak menjadi penghalang dalam pertemanan kita, itulah cara kita berkembang dan memaknai hidup serta kehidupan
semoga mbak Gene selamat sampai di Bali. Indonesia butuh banyak wanita tangguh seperti mbak Gene ini. (kerep le pit2an njuk ora mbut gawe, wekekeke)
ReplyDeleteButuh banyak wanita yang ga malu keringetan, ga takut item, ga panik kalo make upnya luntur ya hehe...:D
ReplyDelete