Apa kabar pembaca setia blog goweswisata? bagaimana puasanya hehe...
Di bulan puasa kali ini saya awalnya hanya berniat untuk melakukan gowes jarak dekat saja sekaligus ngabuburide alias menunggu waktu berbuka puasa, namun semua rencana tersebut akhirnya berubah total dan lanjut gowes jauh lagi deh :)
Semua berawal ketika saya sedang iseng mengecek email, membaca satu persatu pesan yang masuk ke inbox saya dan mendelete beberapa spam yang masuk, nah ada satu pesan yang menarik perhatian saya yaitu sebuah pesan dari salah seorang member warmshower.org (komunitas pesepeda jarak jauh berskala internasional), Pesan tersebut dikirimkan oleh Ellis Janssen, seorang pesepeda jarak jauh yang sedang melakukan gowes keliling dunia bersama pasangannya yang bernama Willem Jansen. Mereka sudah bersepeda selama 1 tahun lebih mengelilingi dunia
Saat mereka menulis email tersebut kepada saya, posisi mereka sedang berada di Malaysia, dan rencananya mereka akan menuju Singapura untuk kemudian lanjut lagi menuju Indonesia, tepatnya ke Yogyakarta. Di Indonesia sendiri setelah mengunjungi Yogyakarta mereka akan lanjut gowes lagi menuju Gunung Bromo-Bali-Lombok, kemudian ke Melbourne, australia.
Karena saya juga tergabung dalam warmshowers.org dan kebetulan saya juga sedang tidak melakukan kegiatan bersepeda jarak jauh, maka saya pun menyanggupi permintaan mereka untuk menjadi host bagi mereka (menyediakan tempat beristirahat dan memandu mereka berkeliling Jogja), akhirnya setelah saling berbalas email dan mereka pun mengirimkan jadwal penerbangan mereka dari Singapura menuju Yogyakarta, akhirnya saya bilang kepada mereka jika mereka telah tiba di Bandara Yogyakarta mereka akan mengabari saya, kemudian kita akan bertemu di check point yang disepakati
Dalam hati sebenarnya saya sudah mulai berpikir kira-kira kuat atau tidak ya melakukan gowes jauh sambil berpuasa, ya sudahlah kun fayakun saja, yang terjadi terjadilah, selagi saya masih kuat maka saya akan tetap berpuasa, namun jika sekiranya kondisi sudah tidak memungkinkan maka saya akan mengganti puasa tersebut di luar Bulan Ramadhan
Akhirnya pada hari Jumat 11 Juli 2014, setelah selesai sholat Jumat, kira-kira pukul 15.00 mereka pun mengabari saya bahwa mereka sudah tiba di Bandara, melalui percakapan telpon dan SMS saya memberikan panduan arah bagi mereka untuk menuju Flyover Janti, tempat dimana saya nanti akan menjemput mereka
Saya menunggu di dekat Shelter Bus Transjogja di bawah Flyover Janti, tidak lama terlihatlah iringan mereka berdua dengan sepeda touring (dan bawaan yang banyak banget, ciri khas para petouring bersepeda). Awal berkenalan rada gugup juga sih, maklum kemampuan bahasa inggris saya standar banget, les aja ga pernah hehe... pokoknya modal Pede saja, lagipula turis asing juga pasti memaklumi kok karena di Indonesia kita tidak menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa sehari-hari
Dengan bahasa inggris yang kacau, tidak pake grammar, pokoknya kalau ada guru atau dosen bahasa inggris yang dengar pasti mereka akan geleng-geleng kepala hehe...tapi toh terbukti percakapan kami berlangsung efektif karena mereka mengerti apa maksud percakapan saya (bahasa tarzan memang lebih ampuh untuk dimengerti), kami pun lanjut gowes menuju basecamp goweswisata, tetapi karena mereka merasa lapar, maka saya pun menemani mereka mencari makanan dulu di warung gado-gado terdekat sekaligus menjadi translater bagi mereka ketika memesan makanan (akhirnya jadi guide modal nekat)
Dari perbincangan kami selama di warung gado-gado, maka saya mulai menyusun dan menyarankan agenda gowes bagi mereka selama mereka berada di Yogyakarta, rencananya mereka akan berada di Jogja selama 5 hari, berikut ini saya akan menjelaskan agenda gowes kami per harinya :
Pasangan Willem dan Ellis Janssen
Day 1, Sabtu 12 Juli 2014
Rencananya hari ini kami akan gowes menuju Candi Borobudur. Setelah pada malam sebelumnya saya mengabari beberapa rekan goweswisata yang lain yang sekiranya mau ikut serta menemani agenda gowes kali ini, akhirnya terkumpulah 2 orang rekan yang mau ikut menemani gowes kali ini (terimakasih kepada Bung Ayub Firman Sakti dan Yulianto Hiu)
Kami start sekitar jam 7 pagi, dengan mengambil rute dari basecamp melalui Tugu-Jalan Monjali sampai Ringroad utara ambil kiri melalui Terminal bus Jombor kemudian ke arah jalan Jogja-Magelang hingga sampai perbatasan DIY dan Jawa Tengah.
Mampir sebentar mengisi urusan perut
Dengan bermodal GPS dari Googlemaps, saya mulai mencari jalur alternatif untuk menghindari rute jalan besar, menghindari polusi dan bus-bus besar yang mengemudinya seperti pembalap, akhirnya tepat sebelum gapura perbatasan ada jalan masuk di sisi kiri melewati perkampungan penduduk, kami pun memutuskan untuk lewat rute tersebut, walau rada bingung tetapi untunglah di tengah perjalanan ada seorang bapak-bapak yang mengendarai motor yang berbaik hati menunjukkan arah menuju ke Borobudur kepada rombongan kami (ya kalau kita selalu berpikiran positif maka kita pasti akan menjumpai hal-hal baik dan menarik disepanjang perjalanan), melalui rute yang berkelok-kelok, turun-naik, namun kami disuguhi pemandangan area persawahan warga yang tenang dan minim polusi, sehingga walau jauh namun pemandangan yang tersaji seakan mengobati rasa lelah kami, sampai akhirnya tanpa terasa kami pun tiba tepat di pintu masuk Candi Borobudur
Foto-foto dulu di perbatasan Jogja-Jawa Tengah
saya bersama 2 orang rekan goweswisata yang lain pun memilih menunggu dan beristirahat saja di depan Indomart (karena ada bangku-bangku dan parkir gratis hehe) sedangkan Willem dan Ellis masuk menuju Kompleks Candi Borobudur. Dari penuturan Willem dan Ellis setelah mereka selesai melihat-lihat Candi Borobudur, mereka menyayangkan harga tiket masuk yang terlampau mahal, bahkan bagi mereka yang notabene seorang turis dari negara dengan kurs uang yang lebih tinggi dari rupiah (kritik untuk pihak pengelola candi nih), harga tiket masuk Candi Borobudur bagi warga lokal sekitar 30rb, sedangkan bagi turis asing 230rb, sehingga sungguh sebuah ironi jika pada akhirnya sebuah Candi yang pada hakekatnya merupakan warisan dari nenek moyang kita sendiri tidak dapat dinikmati oleh para warga lokal karena tingginya harga tiket masuk tersebut, seakan semua warisan budaya tersebut kini hanya menjadi produk dagang bagi penganut kapitalisme
Dari Borobudur kami pun gowes lagi kearah pulang sekaligus melewati Candi Mendut yang berada tidak jauh dari Candi Borobudur (harga tiket masuk Candi Mendut sebesar Rp 3.300,-) tetapi kami pun tidak masuk ke Candi Mendut, hanya mengambil beberapa foto dari luar area Candi saja
Gerimis dan hujan ringan pun mengiringi perjalanan gowes kami sampai menuju Muntilan, dari Muntilan kami pun menyewa pick up untuk loading karena pasangan Willem Ellis merasa lelah untuk melanjutkan perjalanan (tidak mengherankan karena beban bawaan yang sedemikian banyak dan pada hari sebelumnya mereka juga telah menempuh perjalanan yang cukup jauh), akhirnya kami tiba kembali di basecamp goweswisata sekitar pukul 18.30 , saatnya beristirahat untuk hari berikutnya
Day 2, Minggu 13 Juli 2014
Agenda gowes pada hari ini yang ringan-ringan saja yaitu gowes dalam kota menuju Keraton Yogyakarta dan Taman Sari, sekaligus melihat suasana Kota, gowes kali ini juga diikuti oleh seorang rekan goweswisata lainnya yang turut menemani (terimakasih Tadeus Rian)
Untunglah cuaca pada hari ini berawan, tidak hujan dan tidak panas, sehingga gowes pun menjadi sangat mengasyikkan, hujan hanya turun pada malam hari sebelumnya, oleh karena itu suasana pagi lumayan cukup lenggang
Selama mengunjungi Keraton Yogyakarta, saya dan rian pun menjadi pemandu wisata dadakan dengan menjelaskan kepada mereka beberapa filosofis yang terkandung dalam nilai-nilai budaya Jawa serta bagian-bagian dari Keraton (untunglah saya pernah mengulas tentang Keraton Jogja pada blog ini hehe...)
Hal yang lucu pun juga terjadi ketika Willem hendak berfoto bersama salah seorang Abdi nDalem, ketika Abdi nDalem tersebut mengetahui bahwa pasangan Willem dan Eliis berasal dari Belanda maka secara spontan ia pun tertawa dan langsung memuji permainan tim sepakbola belanda diperempat final Piala dunia, dimana Belanda pada akhirnya mendapat posisi ketiga setelah mengalahkan Brazil (dengan mengesampingkan faktor historis yang terjadi antara Indonesia dan Belanda pada masa lalu, namun kini situasi sudah berubah sehingga kita semua dapat hidup rukun berdampingan dan menghargai antar sesama Negara, ya olahraga dan seni pada akhirnya dapat menyatukan kita kembali sebagai sesama manusia yang dahulu terpecah karena politik dan perebutan kekuasaan)
Father and son yang terpisah masa lalu hehe...:)
Dari Keraton, kami kemudian menuju Taman sari (Water Castle) dan Masjid bawah tanahnya, karena kami menggunakan sepeda sebagai sarana transportasi maka kami kemudian menitipkan sepeda-sepeda tersebut di perumahan warga sekitar
Untunglah suasana di Taman Sari hari itu cukup sepi
Enjoy your Journey :)
Day 3, Senin 14 Juli 2014
Kali ini agenda gowes yang direncanakan adalah Tour De'Temple alias jelajah candi-candi kecil dalam sekali rute perjalanan. Dengan tujuan pertama adalah Candi Sambisari, kemudian menuju Candi Sari dan Candi Kalasan (karena saya lupa rute menuju Candi Kedulan, maka Candi ini saya skip hehe), dari Candi Sari kemudian kami menuju Candi Prambanan dan Candi Sewu (karena tiket masuk Candi Prambanan yang mahalnya kurang lebih sama seperti Candi Borobudur maka pasangan Willem dan Ellis pun memutuskan tidak perlu masuk, kami hanya mengambil beberapa foto dari luar area saja), terakhir kemudian kami menuju Candi Plaosan yang berada tidak jauh dari Candi Prambanan (sebenarnya saya pun menawarkan kepada mereka apakah mau ke Candi Sojiwan karena lokasinya pun juga berdekatan, tetapi karena menurut mereka sudah cukup dan hari mulai terlalu sore, maka Candi Sojiwan pun saya skip)
Having Fun at Sambisari's Temple
At Kalasan's Temple
At Sari's Temple
Jika pada rute berangkat saya melalui rute jalan Jogja-Solo, maka pada perjalanan pulang saya melewati arah berbah-blok O untuk menghindari jalan utama dan polusi
Cat : menurut Willem dan Ellis justru Candi-candi kecil seperti ini lebih menarik dan berkesan dibandingkan ketika mereka mengunjungi Candi Borobudur, menurut mereka Candi Borobudur justru terlalu over expected, tidak sesuai dengan ekspetasi mereka jika dibandingkan dengan hasil promosi yang digembar-gemborkan selama ini, entahlah apakah ini juga terkait dengan harga tiketnya atau karena saya yang mampu menjelaskan sejarah dari Candi-candi kecil tersebut dengan cara yang menarik dan gratis hehe...
Day 4, Selasa 15 Juli 2014
Hari ini rencananya pasangan Willem dan Ellis akan meneruskan perjalanan mereka menuju Gunung Bromo, karena visa mereka di Indonesia hanya sekitar 30 hari, oleh karena itu mereka harus memperpanjang visa tersebut setelah tiba di Pulau Bali
Saya pun akhirnya mengantar dan menemani perjalanan mereka hingga tiba di gerbang perbatasan Prambanan, setelah berfoto-foto sebentar dan saling mengucapkan sampai jumpa lagi, saya pun kembali gowes pulang menuju basecamp goweswisata dengan membawa banyak cerita dan pengalaman baru dari mereka yang telah menempuh perjalanan menakjubkan bersepeda berkeliling dunia, dan bukan sekedar hanya soal jarak semata, namun tentang apa yang mereka rasakan selama perjalanan gowes tersebut, serta bagaimana mereka pada akhirnya dapat melihat hidup dan kehidupan dari sudut pandang yang berbeda dari kita-kita yang selama ini masih hidup dalam zona kenyamanan dan terkotak-kotakkan dalam dinding rasa takut terhadap apa yang akan menimpa kita seandainya kita keluar dari zona nyaman tersebut
satu hal yang saya pelajari dari mereka adalah tentang keramahan, bahwa keramahan itu masih ada tanpa kita harus dilihat hanya karena materi apa yang kita miliki, tetapi karena orang tetap dapat menerima kita walau apa adanya diri kita
If your fear keep you from traveling around the world then you will never know how the world it is, Jika hanya dengan membaca buku saja kita merasa bisa mengetahui dunia luar diluar lingkungan kita, maka hanya dengan bepergian atau mejelahlah kita akan bisa "merasakan" dunia yang sesunguhnya
No comments:
Post a Comment