Selamat datang di Kota Parepare, kali ini perjalanan goweswisata kami berdua telah sampai di salah satu kota di Propinsi Sulawesi Selatan yang juga dikenal sebagai kota kelahiran mantan Presiden RI ke 3 yaitu Bapak Prof. DR. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie.
Selama berada di Kota Parepare ini kami menetap di rumah salah seorang kenalan Mbak Darna yang juga merupakan seorang pesepeda lokal, nah berhubung ini adalah pertama kalinya bagi kami berdua menginjakkan kaki di kota ini maka yuk kita jelajahi keunikan dari kota Parepare ini
Secara geografis karakteristik dari Kota Parepare sendiri hampir sama seperti Kota Bima di Pulau Sumbawa, dimana pada bagian pinggir kota sebelah baratnya berbatasan langsung dengan pesisir pantai sehingga bagi kalian penikmat suasana laut tentunya tempat ini bakal menjadi salah satu lokasi favorit kalian untuk hangout bersama teman dan orang-orang terdekat, biasanya pada sore hari lokasi di sekitar pinggir pantai ini ramai dipenuhi oleh warga sekitar dan wisatawan yang ingin menikmati suasana sunset sembari berolahraga ataupun sekedar cuci mata dan berwisata kuliner
Namun yang menjadikan nama Kota Parepare ini semakin dikenal yaitu karena di Kota ini lahir seorang tokoh nasional yang juga merupakan mantan Presiden RI ke 3, yang mana Beliau juga merupakan seorang tokoh perintis kemajuan dunia dirgantara Indonesia melalui karya-karyanya, Beliau adalah Bapak Habibie, dan saking bangganya warga dikota ini terhadap salah satu putra terbaik daerah mereka tersebut maka tepat di Alun-alun kota yang juga berfungsi sebagai lapangan olahraga dan ruang terbuka publik ini dibangunlah sebuah Monumen Cinta Sejati Habibie Ainun, dimana kisah cinta Pak Habibie bersama Ibu Ainun semasa hidupnya sempat diangkat ke layar lebar beberapa waktu lalu
Tidak jauh dari Monumen Cinta Habibie Ainun juga terdapat obyek wisata sejarah lainnya yaitu Monumen Korban 40 ribu Jiwa yang dipersembahkan untuk para pahlawan kemerdekaan yang gugur ditembak oleh pasukan Wosterling di lokasi dimana sekarang monumen ini didirikan, peristiwanya sendiri dahulu terjadi pada Hari Kamis, Tanggal 14 Januari 1947, pukul 9 pagi. Melihat banyaknya jumlah korban jiwa yang jatuh pada peristiwa tersebut sungguh sebuah ironi jika saat ini kita justru melihat bagaimana sesama anak bangsa saling bertarung menjatuhkan satu sama lain hanya demi ego, harta, dan tahta, maka dari itu sebagai generasi penerus bangsa yang hanya tinggal mempertahankan dan mengisi kemerdekaan ini yuk kita sama-sama belajar menjadi manusia Indonesia yang lebih cerdas dan tidak mudah terprovokasi dengan permainan politik adu domba dari pihak-pihak lain yang mengatasnamakan agama serta faktor kesukuan, karena sesungguhnya Indonesia itu bukan hanya milik mereka yang mayoritas saja, melainkan Indonesia bisa tetap ada karena kesadaran dari masing-masing kita yang menyadari adanya semua perbedaan itu namun secara sukarela mengikatkan diri menjadi satu kesatuan dan saling melengkapi satu sama lain.
Setelah berkeliling melihat Monumen Cinta Sejati Habibie Ainun dan Monumen Korban 40 ribu Jiwa, kini saatnya mengisi perut dulu, untuk urusan kuliner kalian tidak perlu kuatir karena di sekitar Monumen Korban 40 ribu Jiwa banyak terdapat tukang jajanan serta warung-warung makanan yang memiliki menu halal dengan harga yang terhitung cukup ramah di kantong, dan jika kalian ingin beribadah pun bagi kalian yang Muslim tidak perlu repot karena tepat di seberang Monumen Korban 40 ribu Jiwa terdapat sebuah Masjid yang cukup besar.
Sambil beristirahat dan menikmati jajanan kami pun mencoba sedikit mereview karakteristik kota ini, secara luas wilayah sebenarnya pusat-pusat keramaian dan aktivitas perekonomian warga sekitar banyak terpusat di sekitar ruas jalan utama yang berada di sekitar Monumen Cinta Sejati Habibie Ainun serta yang berada disekitar kawasan Pelabuhan, namun dalam hal penataan dan suasana kotanya menurut kami sekilas hampir mirip dengan suasana di Kota Situbondo, Jawa Timur. Dan jangan salah walaupun disini kotanya tidak lebih besar atau seterkenal Kota Makassar namun dalam hal kebersihan kotanya maka Kota Parepare juga sempat meraih penghargaan Adipura lho
Oya bagi kalian penyuka wisata belanja ada satu lagi nih lokasi di Kota Parepare ini yang tidak boleh kalian lewatkan, yaitu Pasar Senggol. Eitttss jangan salah dulu walaupun namanya pasar namun pasar yang satu ini jauh berbeda dengan imej pasar yang biasanya identik dengan suasana kumuh, becek, kotor, dan bau. Di Pasar Senggol ini suasananya justru cukup tertata rapi dan nyaman, barang-barang yang dijajakan dipasar ini pun jenisnya cukup beragam, mulai dari pakaian anak, dewasa, pria dan wanita, mainan, aksesoris, sepatu, topi, bahkan sampai kuliner dan sayur mayur semua tersedia lengkap di tempat ini, namun jika kalian berencana berbelanja dipasar ini maka satu hal yang penting dan perlu kalian ketahui adalah jam buka atau operasional dari Pasar Senggol ini adalah mulai dari sore hari menjelang maghrib hingga malam hari, oleh karena itu jika kalian datang ke tempat ini pada pagi atau siang hari maka bisa dipastikan jika suasana di Pasar ini masih sepi alias belum buka, sedangkan untuk urusan harga maka seperti lazimnya sebuah pasar disini keahlian kalian dalam bernegosiasi harga sangat diperlukan
Kira-kira seperti itulah gambaran dan beberapa informasi mengenai Kota Parepare yang berhasil kami rangkum, semoga bisa membantu kalian semua dalam merencanakan perjalanan wisata ke tempat ini ya, dan jangan lupa untuk terus mengikuti kisah petualangan goweswisata kami berdua karena pada chapter berikutnya kita akan berwisata kematian jreng-jreeeng hehe… nah lho kok kematian dijadikan tempat wisata? Penasaran kira-kira kemana petualangan kami berikutnya? Nantikan di chapter berikutnya ya
No comments:
Post a Comment