Monday, 18 December 2017

CHAPTER 23; SUMBAWA ISLAND

Senin, 25 Januari 2016
Selamat pagi Pulau Sumbawa :)

Setelah tadi malam kami tidur ditemani oleh nyamuk-nyamuk Pelabuhan Pototano yang ganas akhirnya perlahan fajar pun mulai menyingsing bersamaan dengan kumandang adzan Subuh dari pengeras suara Masjid yang berada di Desa sekitar Pelabuhan

Minimarket modern yang berada dekat dengan Pelabuhan pun tampaknya sudah buka, sepertinya minimarket yang baru berdiri ini memang beroperasi 24jam nonstop karena dari semalam satu-satunya sumber penerangan yang kami lihat dari Pelabuhan hanyalah penerangan yang berasal dari minimarket ini

Tanpa sempat mandi pagi karena tidak ada toilet yang berfungsi disekitar sini (toiletnya sih berfungsi tapi pintunya yang tidak ada hehe...), akhirnya sekitar jam 6 pagi WITA kami pun mulai melanjutkan gowes dari Pelabuhan Pototano. Suasana pagi disini terasa sangat berbeda sekali jika dibandingkan dengan Pulau Lombok dan Bali, apalagi Pulau Jawa




Kondisi ruas jalan yang halus dan lebar serta sepi seakan memanjakan para pengguna jalan disini, ditambah lagi dengan pemandangan bukit-bukit yang ada disekitarnya menjadikan suasana ketika gowes disini seperti sedang berada di luar negeri. Sayangnya karena sebelum tiba ke Pulau Sumbawa kami minim informasi mengenai pulau ini akhirnya membuat kami melewatkan obyek wisata Pulau Kenawa (padahal jaraknya dari Pelabuhan Pototano ternyata dekat sekali)



Setidaknya mitos dan gosip tentang kondisi Pulau Sumbawa yang "katanya" masih sepi, banyak hutan, dan terdengar primitif akhirnya terbantahkan saat sekarang kami berada disini, karena kira-kira 3-5km selepas Pelabuhan Pototano sudah ada perkampungan warga dengan deretan rumah-rumah panggungnya, dan setelah pertigaan yang memisahkan jalur menuju Taliwang dan jalur menuju Bima kini sudah mulai tampak warung-warung kecil dan tempat makan, pokoknya aman kalau sekarang kalian ingin berwisata ke Pulau Sumbawa, tidak perlu takut tersesat karena rutenya mudah, hanya tinggal mengikuti jalan utama saja



Sebelum mulai bergerak semakin jauh dari sekitar Pelabuhan, kami pun mengisi perut terlebih dahulu di sebuah warung nasi yang berjarak sekitar 10km dari Pelabuhan dimana sang empunya warung ternyata juga berasal dari Pulau Jawa, tepatnya dari Kota Situbondo, begitu juga dengan para pengunjungnya yang sedang sarapan pagi di tempat ini, mereka adalah para karyawan PLN yang berasal dari Solo dan Boyolali (hadeeuuhh sudah jauh-jauh ke wilayah Indonesia bagian Timur eh ketemunya masih tetanggaan sesama Jawa Tengah), akhirnya sambil sarapan kami pun berbincang-bincang dan tidak lupa menanyakan beberapa informasi seputar rute yang akan kami lalui di Pulau Sumbawa ini

Perut sudah terisi kini saatnya melanjutkan perjalanan lagi, awalnya kami mengira setelah warung makan ini maka rute berikutnya akan sepi tetapi ternyata sekitar 500 meter kemudian kami sudah kembali memasuki perkampungan berikutnya, otomatis warung-warung makan pun ada dimana-mana (jadi kalian tidak perlu takut kelaparan disini)


Satu hal yang menjadi ciri khas di Pulau Sumbawa ini selain pemandangan bukit-bukitnya adalah banyaknya sapi, kuda, dan kambing dimana-mana. Dengan santainya mereka menyeberang atau berpose tidur layaknya model di tengah jalan sehingga kalian harus berhati-hati ketika mengemudi disini jangan sampai kalian menabrak sapi (bisa diamuk warga)


Melihat banyaknya jumlah sapi yang berkeliaran dengan bebasnya disini tanpa harus diikat dengan tali atau diawasi oleh pemiliknya sepertinya menjadi indikator bahwa disini kondisinya cukup aman, selain itu hal ini juga membuat kami berpikir mengapa kemudian kita harus mengimpor sapi dari Australia karena Pulau Sumbawa sendiri terkenal sebagai penyuplai sapi dan hewan ternak lainnya untuk seluruh wilayah Indonesia, kondisi fisik sapinya sendiri juga gemuk-gemuk dan padat (mungkin karena disini masih banyak padang rumput dan minim polusi)

Kedatangan kami berdua di Pulau Sumbawa ini pun sepertinya sudah terpantau oleh beberapa sahabat pesepeda lokal, padahal awalnya kami hanya iseng menulis status di sosial media untuk mengabari jika saat ini kami sudah tiba di Pulau Sumbawa dan hendak melintas dibeberapa wilayahnya, seketika mulai banyak yang menanyakan dimana posisi kami berada sekarang, untuk hal ini kami harus memberi salut atas kekompakan dan koordinasi dari teman-teman pesepeda di Pulau Sumbawa yang walaupun sebagian besar bukanlah penganut aliran bersepeda touring (mayoritas komunitas sepeda disini adalah komunitas sepeda gunung offroad) akan tetapi kekompakan dan koordinasinya yang selalu memberi kabar perihal kedatangan, jadwal dan rute perjalanan kami untuk kemudian dishare ke grup-grup komunitasnya cukup membantu dan mempermudah kami dalam mengumpulkan informasi seputar Pulau Sumbawa ini, termasuk juga ketika mencari tempat dimana kami bisa beristirahat, sehingga bagi kalian yang sedang atau ingin mencoba touring ke arah Indonesia bagian Timur, jangan lupa masukkan Pulau Sumbawa kedalam daftar destinasi wisata kalian dan silahkan merasakan sendiri keramahan masyarakat serta keindahan panorama yang ada di Pulau Sumbawa ini





Berbekal informasi dan koordinasi yang dilakukan oleh rekan-rekan pesepeda lokal tersebut kami pun disarankan untuk mampir dan beristirahat sejenak di sekretariat salah satu komunitas sepeda lokal yang ada di wilayah Utan, setidaknya lumayanlah untuk menumpang mandi karena seharian kami belum mandi hehe :)

Selepas wilayah Alas tidak berapa lama kemudian kami pun mulai memasuki wilayah Utan, dan setelah mengikuti petunjuk via pesan singkat yang dikirim ke telepon seluler kami, kami pun tiba di sekretariat tersebut (Utan Cycling Community) disini kami dipersilahkan untuk beristirahat dan bersih-bersih menyegarkan diri dulu sebelum lanjut gowes lagi menuju ke wilayah Rhee, dimana disitu kami diberi rekomendasi tempat bermalam di kediaman salah seorang anggotanya, di sekretariat UCC yang merangkap sebagai toko celluler tersebut semua botol-botol minum kami juga diisi ulang oleh sang pemilik toko (terimakasih ya masbro)


Sekitar jam 1 siang setelah mandi dan beristirahat sejenak, kini waktunya kami untuk mulai melanjutkan perjalanan lagi menuju ke wilayah Rhee, awan mendung yang sedari tadi menggelayut kini mulai berubah menjadi hujan, beberapa tanjakan-tanjakan dan kontur jalan yang rolling menjadi salah satu tantangan yang harus kami lalui disini, sampai akhirnya kami melewati sebuah lokasi yang dipenuhi oleh penjual jagung bakar di sepanjang sisinya (disini kami kemudian baru tahu jika wilayah Rhee ternyata terkenal dengan produksi jagungnya yang memiliki rasa khas, serta dapat tetap berproduksi kapan saja walaupun disaat musim kemarau)

Setibanya di Rhee dengan kondisi cuaca yang masih gerimis, kami sempat meminta ijin untuk menumpang beristirahat di Polsek Rhee yang lokasinya tepat bersebelahan dengan Kantor Kecamatan Rhee, namun karena ketiadaan ruang (ternyata kantor polsek ini juga baru dibangun) dan adanya 2 orang tahanan di polsek tersebut maka kami kemudian dijemput oleh salah seorang petugas Kecamatan Rhee (Ali Ridha) yang juga merupakan anggota dari salah satu komunitas pesepeda lokal diwilayah ini untuk kemudian pindah dan bermalam di kediaman beliau dengan pertimbangan supaya kami juga lebih nyaman (satu hal yang perlu dicatat adalah ternyata petugas polisi diwilayah ini sangat ramah dan asyik, sehingga kita tidak perlu ragu untuk meminta bantuan), menurut penuturan dari petugas polisi tersebut beberapa petouring baik lokal maupun mancanegara juga ada yang sempat menumpang bermalam bahkan mendirikan tenda di halaman Kantor Polsek tersebut. Wajar saja jika kemudian wilayah Rhee dijadikan tempat transit sementara bagi para pesepeda touring yang sedang melintasi Pulau Sumbawa ini karena dengan jaraknya yang sekitar 60km selepas Pelabuhan Pototano menjadikan wilayah Rhee ini sangat strategis sebagai check point peristirahatan



Setelah gerimis mulai mereda kami pun kemudian pindah ke kediaman Mas Ali Ridha yang berjarak tidak jauh dari Kantor Polsek tersebut, awalnya kami sempat merasa sungkan untuk menerima tawaran bermalam di kediaman beliau karena dari pengalaman-pengalaman kami sebelumnya dikuatirkan jika kehadiran kami akan merepotkan pergerakan aktivitas anggota keluarga lainnya yang ada, namun setelah ia meyakinkan bahwa ia lah yang merasa tidak enak jika kami sampai bermalam di Kantor Polsek dan juga dengan alasan faktor keamanan (dengan adanya dua orang tahanan di polsek tersebut) maka kami pun kemudian sepakat untuk pindah dan menumpang bermalam di rumahnya. Setidaknya hari ini kami telah membuktikan bahwa slogan "keramahan budaya timur Indonesia" itu benar-benar masih ada hingga detik ini, dan semoga keramahan seperti itu dapat terus bertahan ditengah meningkatnya perilaku masyarakat kita yang semakin individual dan hedonis akibat modernisasi suatu wilayah serta efek negatif dari banjir informasi yang gencar melanda generasi muda sekarang

“I don’t think that anything happens by coincidence… no one is here by accident. Everyone who crosses our path has a message for us”

Pengeluaran hari ini :

- 1 botol air mineral 1,5L = Rp 4.000,-
- 2 porsi nasi campur = Rp 20.000,-
- belanja alfamart = Rp 14.000,-
- 2 porsi nasi goreng = Rp 24.000,-

Total = Rp 62.000,-

Total jarak tempuh hari ini : 60,61km

No comments:

Post a Comment