Wednesday, 4 October 2017

CHAPTER 15; SOKA-TABANAN-BADUNG-DENPASAR

Kamis, 7 Januari 2016
Tidak seperti di penginapan kami sebelumnya, kali ini di Hotel Kita tempat kami menginap tadi malam tidak ada layanan sarapan gratis yang disediakan oleh pihak Hotel (wes larang ora entuk panganan), oleh karena itulah pada hari ini kami sengaja berangkat lebih pagi sekitar jam 7 untuk menghindari sengatan sinar matahari yang sangat panas di Pulau Bali ini, terlebih rute kami hari ini akan melewati daerah Tabanan yang menurut beberapa orang yang kami tanya akan ada lebih banyak lagi tanjakan terjalnya (dan di peta pun terlihat jika wilayah Tabanan menunjukkan kontur yang lebih berbukit) ya sudahlah hadapi saja pelan-pelan sambil berdoa nanti juga tahu-tahu sudah kelewat (upaya menghibur diri)

Dan benar saja, baru juga keluar dari area penginapan kami sudah langsung dihadapkan pada kontur jalan yang menanjak, awalnya hanya berupa tanjakan-tanjakan landai namun lambat laun mulailah karakter tanjakan yang sebenarnya, berkelok-kelok, turun-naik dan menikung serta masih ditambah dengan ramainya kondisi lalu-lintas pagi ini, bus dan truk serta beberapa kendaraan pribadi melintas dengan sangat cepat dan nyaris mepet dengan kami yang melaju seperti siput ini.



Hanya ada di Bali :)


Dengan kondisi lalu-lintas yang seperti ini tak ayal terkadang membuat kami harus berjalan kaki menuntun sepeda dikarenakan kecilnya sisi ruas jalan yang kami gunakan, bagi kami berdua faktor keselamatan jauh lebih penting daripada nekat memaksakan diri untuk tetap mengayuh sambil dipepet kendaraan-kendaraan bermotor ini, terutama kendaraan yang berbadan besar karena setiap kali mereka melewati kami dengan cepat maka hempasan anginnya membuat kami susah menjaga keseimbangan sembari menanjak, disini kemampuan shifting dan penggunaan ratio gear yang tepat akan sangat membantu sekali


Di sebuah tanjakan yang menikung tajam bahkan ada peristiwa kecelakaan tunggal yang sepertinya baru saja terjadi, sebuah truk besar yang tidak kuat menanjak akhirnya malah mundur kembali dan menabrak sebuah pos pantau polisi, untunglah tidak ada korban jiwa, namun akibat peristiwa tersebut arus lalu lintas disekitarnya pun sempat menjadi tersendat. Setelah melewati tanjakan tersebut kami pun sempat beristirahat sejenak sembari sarapan, saatnya mengisi energi dulu karena tanjakan berikutnya masih banyak dan panjang-panjang.



Untunglah ketika mendekati daerah Tabanan kini telah dibuat jembatan-jembatan untuk menggantikan jalan lama yang konturnya seperti roller coaster, dengan adanya jembatan tersebut setidaknya dapat mempersingkat dan mempermudah pengguna jalan yang melewatinya karena kini mereka tidak harus naik-turun menempuh tanjakan-tanjakan yang terjal, dengan adanya jembatan tersebut maka sekarang kontur jalannya menjadi datar (Alhamdulillah)


Hingga akhirnya mulailah terlihat penampakan "oase" berikutnya yaitu minimarket-minimarket modern ketika kami memasuki wilayah Desa Bajera dan Mranggi, disini kami langsung menambah stock perbekalan berupa minuman dingin yang terasa begitu segar saat mengaliri tenggorokan kami yang sangat dahaga ini, setidaknya minuman dingin tersebut sangat membantu menambah stamina kami untuk terus melanjutkan gowes menghadapi tanjakan-tanjakan berikutnya.

Sedikit demi sedikit 25km pertama sejak kami start dari Pantai Soka mulai terlewati, setidaknya kini jarak ke Kota Denpasar sudah mulai mendekat hingga akhirnya kami sampai juga di sebuah pertigaan yang memisahkan arah menuju Tabanan Kota dan arah menuju Denpasar-Tanah Lot, begitu memasuki rute di wilayah yang bernama Kediri ini suasana khas perkotaan pun mulai terasa, ditandai dengan semakin banyaknya minimarket-minimarket modern dan deretan pertokoan yang ada disepanjang jalan


Saya pun mengabari teman saya yang berada di Denpasar (ia adalah seorang pesepeda juga dan sering membantu serta menjadikan salah satu ruangan dirumahnya sebagai tempat persinggahan atau peristirahatan sementara bagi para petouring sepeda yang melalui wilayah Bali), saya memberitahunya jika sebentar lagi kami akan segera tiba di Daerah Denpasar, namun karena ia masih berada di kantornya maka ia pun menyarankan saya setibanya nanti di Denpasar untuk langsung saja menuju ke rumahnya di daerah Monang-maning supaya kami dapat beristirahat dan bersih-bersih. Untunglah kontur jalan dari wilayah Kediri menuju Denpasar ini sudah lumayan datar jika dibandingkan dengan wilayah Tabanan sebelumnya, setidaknya kini kami dapat melanjutkan gowes dengan lebih santai

Lepas dari wilayah Kediri kami kemudian mulai memasuki wilayah Ubung, disini kondisi lalu lintasnya jauh lebih ramai daripada wilayah sebelumnya, disisi kiri dan kanan jalan banyak dipenuhi hiasan berupa patung-patung, di setiap perempatan, pertigaan, hingga traffic light selalu ada patung-patung berukuran cukup besar, hampir sama dengan dimensi ukuran manusia sebenarnya, bahkan detail dari patung-patung tersebut mulai dari mata, otot-otot tubuh, ekspresi hingga pakaiannya benar-benar dibuat dengan detail sekali, kami juga melewati salah satu ruas jalan dimana disepanjang jalan tersebut dipenuhi oleh penjual gerabah, patung, seni ukir, dan perlengkapan ibadah umat Hindu, sekilas ruas jalan tersebut mirip dengan yang ada di daerah Muntilan dekat Candi Borobudur atau daerah Kasongan di Yogyakarta






Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan jam makan siang, setelah mengisi perut di salah satu warung makan muslim serta bertanya seputar arah jalan, ternyata si penjual yang kebetulan ternyata juga berdomisili di daerah Monang-maning tersebut akhirnya membuat coretan denah kasar serta patokan-patokannya di atas selembar kertas dan memberikannya kepada kami supaya tidak tersesat, untunglah jaraknya sudah tidak terlalu jauh lagi, dengan mengikuti petunjuk dari peta buatan si pemilik warung makan tersebut akhirnya tibalah kami di daerah Monang-maning dan setelah bertanya kepada beberapa orang dimana lokasi alamat yang diberikan oleh teman saya sebelumnya kini sampailah kami di rumah Beliau, setelah bersalaman dengan keluarganya kami kemudian dipersilahkan untuk beristirahat di ruang yang biasa digunakan juga oleh beberapa petouring bersepeda lainnya saat mereka sedang mengunjungi Pulau Bali

Setelah seharian penuh berjibaku dengan tanjakan dan panasnya terik matahari, ditambah lagi dengan semrawutnya kondisi lalu lintas di Pulau Bali ini, kini saatnya kami meluruskan kaki dan bersih-bersih supaya badan kembali segar serta tak lupa beristirahat sebelum besoknya kami mulai menjelajah dan berkeliling melihat keunikan dari sebuah kota destinasi wisata bertaraf dunia ini, jangan lupa ikuti terus cerita petualangan goweswisata.blogspot.co.id berikutnya ya :)

Pengeluaran hari ini :

- 9 botol teh javana = Rp 27.000,-
- 2 porsi sarapan = Rp 14.000,-
- 1 botol aqua 1,5L = Rp 6.000,-
- 1 botol ichi ocha = Rp 2.500,-
- 1 botol aqua 1,5L = Rp 4.900,-
- 2 porsi makan siang + teh = Rp 20.000,-
- belanja indomart = Rp 9.600,-
- pulsa simpati = Rp 11.500,-
- kartu internet 2Gb = Rp 60.000,-
- 2 botol teh javana = Rp 4.740,-
- plastik sampah = Rp 16.220,-
- pasta gigi = Rp 5.600,-
- 2 sabun cair = Rp 4.000,-
- 2 porsi nasi soto ayam = Rp 20.000,-

Total = Rp 206.060,-

Total jarak tempuh hari ini : 45,87km

2 comments:

  1. mantab sekali om, saya suka baca cerita perjalanan anda, sangat menginspirasi!

    ReplyDelete
  2. @Silvester Aan Octafebrian : Terimakasih Om :) Alhamdulillah ya kalau bisa menginspirasi (sahrini mode on :D), senang rasanya jika ada pembaca yang suka dengan cerita petualangan ini, rasanya semakin menambah semangat untuk terus bertualang

    ReplyDelete