Kali Kuning bagaimana kabarnya ya kini? setelah sekian lama sejak terakhir kali saya berkunjung ketempat ini beberapa bulan yang lalu bersama rekan-rekan goweswisata yang lainnya. Kali ini saya mencoba mengunjungi tempat ini lagi sendiri saja, sekaligus dalam rangka latihan gowes nanjak dengan membawa beban hehe...
Peta menuju lokasi ini
Buat yang ingin tahu elevasinya :)
Perbandingan antara kecepatan gowes saya dengan elevasinya :P
Mengawali start secara kesiangan (sekitar jam 09.15 WIB) dari basecamp Goweswisata. Kali ini saya menggunakan sepeda touring dengan basic geometri dari frame sepeda MTB jadul yang sudah saya ganti beberapa partsnya supaya nyaman dan sesuai dengan kebutuhan serta postur tubuh saya, tidak lupa pada malam sebelumnya saya juga telah menyiapkan panniers saya dengan bawaan standart yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan untuk melakukan perjalanan jauh bersepeda, yah hitung-hitung sekalian latihan gowes membawa beban menempuh medan menanjak dan juga kesempatan untuk melakukan test ride beberapa product dari sponsor untuk kemudian saya review :)
Kali ini saya memilih rute yang full aspal, melalui Jalan Kaliurang terus kearah utara, hingga tiba di pertigaan sebelum terminal Pakem, saya mengambil arah kanan menuju Cangkringan-Kaliadem. Ternyata gowes nanjak di siang hari yang cerah sambil membawa beban seberat kira-kira 20kg (Pannier depan seberat 6kg, Pannier belakang 10kg, serta trunk bang 4kg) itu sangat wuaaaahhh sekali hehe, kecepatan gowes nanjak ke arah Pakem yang biasanya bisa saya tempuh dalam waktu sekitar 1 jam saja jika tanpa membawa beban akhirnya molor menjadi sekitar 1,5jam, intinya kali ini gowes santai saja hehe...:) di perjalanan pun saya sempat bertemu beberapa goweser yang sepertinya baru pulang dari arah Pakem serta mendapat tatapan penuh rasa heran dari beberapa pengendara dan orang-orang yang melihat bawaan pada sepeda saya (mungkin disangkanya orang ga ada kerjaan kali ya, gowes siang hari, nanjak, dan membawa bawaan seperti orang pindah rumah)
Dari pertigaan tersebut ikuti jalan utama serta rambu penanda kearah kaliadem saja, rambunya cukup jelas sehingga tidak akan tersesat. Mendekati pos penjagaan tiket menuju area Kali Kuning tanjakannya terasa sangat panjang dan semakin aduhai saja, sehingga setiap 100m saya terpaksa beristirahat dulu, ambil nafas serta minum (untunglah saya membawa bekal roti dan pisang), menyiapkan tenaga dan semangat untuk menanjak lagi. Disini akhirnya barulah terasa fungsinya menggunakan shifting yang ringan, walau kecepatan menjadi lambat dengan kayuhan gear ringan tidak apa-apa asalkan sepeda bisa terus konstan kecepatannya
Setelah melewati pos penjagaan tiket (karena saya bersepeda jadi masuknya gratis hehe) masih harus nanjak lagi sekitar 300m hingga kemudian ada petunjuk dusun Plunyon di sisi kiri, masuk dan ikuti jalan utama saja hingga tiba di pertigaan, ambil yang lurus menanjak saja maka sampailah di lahan parkir area perkemahan Kali Kuning
Masuk menuju areal perkemahan dan outbond activity Kali Kuning
Karena saya melakukan gowes kali ini pada hari Rabu, maka tempat ini sangat sepi sekali, tidak ada pengunjung lain selain saya, sehingga saya bisa bebas menjelajah dan mengambil dokumentasi foto tanpa ada gangguan sama sekali, benar-benar serasa menemukan tempat baru yang masih belum terjamah
Tanggul-tanggul yang dibuat untuk menahan aliran lahar dingin dari Gunung Merapi
Kondisi jembatan yang sepertinya butuh perbaikan demi keamanan
Hmm...udara yang segar, pemandangan yang serba hijau, serta aliran air yang dingin dan jernih. Kali Kuning masih sama seperti waktu pertama kali saya berkunjung ke tempat ini, bedanya hanya waktu dulu suasana terasa ramai oleh pengunjung karena saya mengunjunginya pada musim liburan sekolah dan di hari Minggu, kali ini Kali Kuning serasa milik saya pribadi :)sangat sunyi dan damai
Terkadang dalam kesunyian seperti inilah kita bisa memaknai arti hidup dan kehidupan yang kita jalani
Sayangnya terdapat corat-coret vandalisme pada beberapa batuan yang dilakukan oleh beberapa pengunjung yang merasa bahwa mungkin eksistensi dengan cara yang bodoh seperti itu terlihat keren bagi mereka (bagi yang ingin berkunjung kesini dan merasa bahwa dirinya petualang atau pecinta alam, maka usahakan agar kalian mengunjungi dan meninggalkan tempat ini dengan tidak meninggalkan apapun selain jejak dan foto dokumentasi ya), lebih baik bawalah kantong plastik sendiri untuk menampung sisa sampah yang mungkin kalian tinggalkan dan buanglah sampah-sampah tersebut di tempat yang memang sudah seharusnya, atau bawalah pulang sampah kalian sendiri sehingga keasrian dan keindahan tempat ini tetap terjaga, karena alasan kalian mengunjungi tempat ini pun juga karena ingin menikmati keindahannya kan?
Inilah alasan yang membuat saya terus mengayuh pedal menjelajahi berbagai tempat indah di muka bumi ini
Setelah puas beristirahat dan bermain air, maka tibalah waktunya untuk beranjak pulang. Paling tidak diperjalanan kali ini telah membuktikan bahwa apapun sepeda yang digunakan sebenarnya bisa membawa kita mencapai setiap tujuan yang kita inginkan. Terkadang banyak orang yang terlalu banyak alasan bahwa sepedanya kurang ini-itu dan lain-lain yang pada akhirnya membuat mereka menjadi ragu untuk melakukan perjalanan bersepeda. Sepeda saya hanyalah sepeda besi biasa dengan bawaan seberat kurang lebih 20kg namun dengannya saya telah melakukan perjalanan mengunjungi berbagai tempat menarik yang kemudian saya rangkum dan disajikan pada blog goweswisata ini :) jadi tunggu apa lagi mulailah bersepeda dan ciptakan sendiri petualanganmu
Sunday, 28 September 2014
Friday, 12 September 2014
Supergirl from Spain
Namanya Cristina Brugarolas Villa, namun cukup panggil dia Bru, ia berasal dari Spanyol, cukup sulit untuk mengingat namanya ketika saya pertama kali bertemu dan berkenalan dengannya, kisah lengkapnya akan saya ceritakan dibawah ini :)
Lazimnya yang terjadi di Indonesia, di Negara yang mayoritas penduduknya muslim ini, setelah perayaan Iedul Fitri atau lebaran maka akan ada acara kumpul-kumpul keluarga atau Syawalan. Saat itu saya mendapat undangan untuk menghadiri acara Syawalan yang diselenggarakan oleh salah satu sanak famili saya di Jogja, dan karena satu-satunya alat transportasi yang saya punya hanyalah sepeda maka saya pun bersepeda dari rumah menuju rumah saudara yang menjadi tempat diselenggarakannya acara Syawalan tersebut
Setibanya disana (setelah nyasar sedikit) dan tampaknya kepagian hehe...saya pun memarkir sepeda dan beristirahat di teras belakang rumah saudara saya, dan saat itulah saya melihat sosok wanita bule muda yang ada dirumah tersebut. Awalnya saya mengira mungkin dia adalah istri dari salah seorang saudara saya, dan dia pun tampak hilir mudik di dalam rumah, sesekali juga berbicara dengan beberapa orang saudara (pakde) yang belum saya kenal juga (maklum saya termasuk yang jarang menghadiri acara-acara keluarga seperti ini)
Tak lama dia pun keluar dan melihat-lihat suasana sekitar, saya pun iseng menyapa dan bertanya siapakah dia? setelah berkenalan (dengan namanya yang panjang tersebut), terlebih ketika tidak ada yang "berani" menemani untuk menjelaskan kepadanya mengenai acara ini dan tentang Yogyakarta secara umumnya, dan karena dia pun tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia, jadi saya pun akhirnya menjadi penerjemah sekaligus menjadi guide dadakan yang menjelaskan setiap pertanyaan yang ingin diketahuinya (hmmm...mengherankan kenapa kebanyakan orang Indonesia yang walaupun mereka telah mempelajari bahasa asing atau bahasa inggris di sekolahnya tapi selalu merasa takut atau tidak siap ketika harus mempraktekan dalam kasus sebenarnya tentang apa yang sudah mereka pelajari sebelumnya)
Saya pun menjelaskan tentang makna dari acara Syawalan tersebut serta beberapa pertanyaan darinya tentang Yogyakarta serta Indonesia pada umumnya. Setelah acara Syawalan tersebut selesai, kami kemudian bertukar nomor contact dan saya memandunya untuk kembali menuju Jogja (ternyata saat itu dia ke Indonesia dalam rangka mengajar drama di sebuah sekolah di Jogja untuk beberapa bulan)
Beberapa kali kami saling menyapa melalui sms maupun messenger, dan mengatur jadwal bertemu (ia ingin sekali mencoba bersepeda dan menjelajah lokasi wisata tersembunyi yang banyak tersebar di wilayah Jogja), namun karena faktor kesibukan baik dari dia maupun saya jugalah yang terkadang membuat jadwal tersebut selalu tidak pas
Setelah beberapa lama (mungkin sekitar 3 minggu) kemudian ia menghubungi saya dan mengatakan apakah saya mempunyai waktu luang untuk bertemu dan menemaninya bersepeda sebelum batas waktu visanya habis dan ia harus pulang ke negaranya, baiklah saya pun lalu mengatur jadwal dan waktu yang pas untuk menemaninya
Akhirnya kami pun bertemu kembali (walau awalnya ada sedikit kesalahpahaman tentang lokasi, dimana saya menunggunya di depan Carefour Ambarukmo Plaza, dan dia menunggu saya di depan Carefour arah Bandara), dan dia datang dengan merasa bersalah karena membuat saya menunggu 1 jam, tapi sudahlah, saya pun mengatakan untuk santai saja dan lebih baik kita nikmati hari ini dengan senang, dan lupakan kesalahpahaman tersebut (terkadang sebuah senyuman akan membuat hari ini menjadi lebih baik untuk semua)
Baiklah, setibanya dirumah saya, dimana dua orang rekan goweswisata lainnya sudah menungu untuk ikut menemani. Saya bertanya kepada Bru kira-kira dia ingin menggunakan sepeda yang mana. Kemudian setelah pemilihan sepeda sudah selesai, saya pun mengatur koordinasi barisan saat gowes nantinya, dimana saya akan menjadi Road Captain, dan rekan lainnya akan menjadi Sweeper
Karena sejak awal Bru ingin melihat air terjun, maka saya pun berinisiatif menawarkan Luweng Sampang untuk menjadi tujuan gowes kali ini, dengan pertimbangan rute yang dilalui tidak melalui jalur menanjak (karena umumnya rute menuju setiap air terjun pasti menanjak), memang agak jauh tapi rutenya lebih aman, cenderung flat
Dari Basecamp goweswisata, kami menuju arah Blok O (disini Bru sempat terlihat canggung ketika melakukan shifting, serta posisi sadel yang diturunkan karena ia merasa posisi sadel serta seatpost terlalu tinggi), oleh karena itu salah seorang rekan goweswisata sempat ragu apakah Bru mampu untuk gowes sejauh itu menuju Luweng Sampang, tapi saya bilang coba saja dulu, kalau toh tidak kuat nanti tinggal diatur rute tujuan alternatifnya
dan diluar dugaan ternyata kemampuan kayuhan Bru sangat cepat, awalnya saya sempat berpikir mungkin karena masih awal sehingga tenaga juga masih segar, tapi Bru mengatakan bahwa ia terbiasa gowes cepat supaya tidak pegal (saya juga mengakui terkadang gowes yang terlalu pelan justru malah membuat kaki dan tangan menjadi cepat lelah), sampai di Jembatan Gemblung kami sempat mampir sebentar dan saya menjelaskan tentang lokasi ini kepada Bru
Lanjut Gowes lagi, kecepatan kayuhan Bru tetap stabil dan cepat (saat ini saya pun mulai menyadari bahwa mungkin ia memang sudah terbiasa bersepeda), akhirnya tim gowes kali ini yang berjumlah 4 orang (saya, Bru, Rian, dan Agit) mulai terpecah menjadi dua grup, karena perbedaan kecepatan kayuhan, dimana saya dan Bru berada didepan, sedangkan Agit dan Rian tertinggal jauh di belakang, untunglah rian bisa menjadi seorang sweeper yang baik karena walaupun sebenarnya ia mampu mengejar saya dan bru, namun ia konstan berada dibelakang menjaga agit yang berada didepannya yang tampaknya sudah mencapai kecepatan maksimal gowesnya dengan menggunakan sepeda lipat
Air Terjun Luweng Sampang yang kini mengering
Binatang apa ya ini?
Miss Cristina Brugarolas Villa, supergirl with beautiful smile :)
Istirahat sembari menunggu cuaca tidak terlalu panas lagi
Saya pun merasa dan mengakui kalau sejauh ini, selama saya melakukan gowes maka Bru menjadi satu-satunya wanita yang bisa mengimbangi kecepatan gowes saya (dimana kami masing-masing juga gowes dengan membawa beban sekitar 4-5kg di rak boncengan sepeda) dan dia bisa mengimbangi kecepatan kayuhan saya tanpa dipaksakan (karena nafasnya juga stabil), dan itu terjadi disepanjang perjalanan ini, bahkan hingga kami semua beranjak pulang dan tiba kembali di basecamp goweswisata.
Setibanya di basecamp pun ia tidak langsung beristirahat, melainkan melakukan cooling down dan bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanannya kembali, karena ada farewell party yang diadakan oleh rekan-rekan kerjanya sebelum ia pulang kembali ke Negara asalnya
Benar-benar wanita perkasa, oleh karena itu judul post kali ini adalah Supergirl from Spain tampaknya tepat untuk menggambarkan tentang dirinya
Selamat Jalan Bru, semoga kelak suatu saat kita bisa bertemu kembali :) Gracias sudah berbagi cerita tentang kebudayaan dari negaramu, paling tidak jika kelak kau ingin kembali ke Indonesia atau mungkin berkelana ke Negara lain, kau tetap mempunyai teman-teman dari Indonesia, dan ada suatu nilai lebih yaitu ilmu dan kebaikan yang kau tinggalkan untuk murid-murid dan orang-orang lain yang telah kau kenal selama kau berada di Indonesia
Subscribe to:
Posts (Atom)