Thursday, 7 November 2024

GOWES BLUSUKAN KE MBULAK WILKEL, LERENG SENTONO, SITUS MAKAM RATU MALANG, DAN KOTAGEDE

Minggu, 3 November 2024

Setelah sekian lama tidak gowes dan mengupdate cerita di blog, nah di Hari Minggu pagi yang cerah ini saya mencoba Gowes Wisata iseng mencari rute baru yang belum pernah saya lewati, selain itu alasan lainnya adalah karena sepertinya saya mulai kehabisan spot-spot baru yang belum pernah saya review hehe… 😅 ternyata cukup sulit mencari lokasi baru yang memenuhi kriteria sebagai berikut yaitu lokasinya tidak terlalu jauh dari pusat kota, suasananya fresh alias ga rame-rame banget, minim tanjakan kalaupun harus melewati tanjakan paling tidak jangan yang curam banget elevasinya, murah sukur-sukur gratis tanpa retribusi, ada warung buat jajan dan istirahat, serta memiliki view atau keunikan yang menarik untuk diceritakan.


Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut barulah mulai mapping lokasi berdasarkan arah mata angin beserta poin plus minusnya, sebagai contoh jika kita mengeksplor arah Utara sebenarnya ini termasuk yang paling enak karena hanya saat berangkatnya saja yang butuh usaha untuk nanjak tipis-tipis, tetapi ketika pulang sudah enak karena rutenya jadi turunan, (capenya sekalian). Jika ke arah Timur ini yang termasuk paling menyebalkan karena berangkatnya silau terkena sinar matahari, pulangnya juga sama saja kalau kesorean, dalam artian capenya jadi dobel. Arah Barat sebenarnya 60-40, karena 60 persennya menyenangkan dengan rute yang cenderung lurus dan datar, hanya menanjak jika tujuan kita kearah perbukitan Menoreh, dan pulangnya 40 persen jadi membosankan karena jaraknya jadi jauh mengingat lokasi rumah saya ada di sisi Timur Kota Jogja. Sedangkan untuk arah Selatan, berangkatnya sih enak karena rute elevasinya menurun, tetapi saat pulang malah jadi cape karena rutenya menanjak tipis-tipis apalagi kalau cuaca sedang cerah-cerahnya, dijamin mateng dijalan.


Awal gowes kali ini sebenarnya hanya ingin menyusuri lorong-lorong gang labirin di daerah Kotagede saja, tetapi ditengah perjalanan kok rasanya sayang ya, masa gowes hari ini deket banget apalagi cuaca sedang mendukung, akhirnya tujuan pun berubah, saya mulai mengarahkan kayuhan menuju ke wilayah Pleret melewati Kantor Kecamatan Banguntapan terus ke Selatan. Oya gowes kali ini saya sama sekali tidak mengandalkan googlemaps, Strava, ataupun Komoot, jadi loss saja, hanya mengikuti naluri, menikmati setiap kayuhan dan keingin tahuan terhadap apa saja yang bakal ditemui disepanjang rute ini, sesekali asyik juga tidak bergantung kepada teknologi pemetaan atau berfokus pada pencatatan data statistik saat bersepeda (toh saya juga bukan atlet), jadi cukup nikmati perjalanan ini karena senang bersepeda.


Di sepanjang Jalan Pleret pagi hari ini sudah banyak penjaja makanan dan snack tradisional yang menggelar dagangannya, termasuk melihat aktivitas masyarakat sekitar yang sedang berolahraga ataupun yang baru mulai membuka tempat usahanya. Sebagian titik ruas jalan yang dulunya bergelombang dan rusak kini kondisinya sudah diperbaiki dan diaspal ulang, semoga kali ini kondisinya bertahan lama ya.


Sebelum mendekati Pasar Pleret saya sempat melihat ada papan penunjuk arah menuju ke lokasi wisata Mbulak Wilkel, kebetulan saya juga belum pernah berkunjung ke lokasi ini sejak masa-masa viralnya sampai kini sudah tidak begitu booming lagi, jadi yuk lah kita coba melihat seperti apa suasananya saat ini. Mbulak Wilkel sendiri sebenarnya hanyalah sebuah lokasi ruas jalan yang disepanjang sisi kiri dan kanannya terdapat banyak pohon tinggi yang berjejer, dengan ranting-ranting pohonnya yang melengkung dan seperti membentuk semacam lorong pohon, suasananya yang rindang dan teduh terlebih berada diantara hamparan persawahan warga menjadikan viewnya cukup menarik untuk dijadikan latar ber-swafoto.




Dikarenakan pada waktu itu mulai banyak orang luar yang ber-swafoto disepanjang ruas jalan tersebut, maka warga sekitar pun berinisiatif menata lokasi tersebut dengan membuat semacam gapura papan nama dan mendirikan gazebo-gazebo estetik supaya pengunjung dapat  beristirahat sembari menikmati kuliner yang dijajakan oleh warga sekitar, setidaknya hal ini dapat membantu perekonomian warga sekitarnya. Pagi ini suasana di Mbulak Wilkel sendiri  terbilang cukup sepi, hanya sesekali saya melihat rombongan pesepeda yang sedang beristirahat  di gazebo-gazebo yang ada di pinggir jalan, dan sebagian lagi hanya melintas saja.


Setelah melewati lorong pohon yang ada di Mbulak Wilkel, saya pun terus mengarahkan kayuhan kearah Timur sampai akhirnya tiba di lokasi berikutnya yaitu Lereng Sentono, lokasi ini bersebelahan dengan Situs Cagar Budaya Makam Ratu Malang. Lereng Sentono sendiri sebenarnya adalah sebuah lokasi yang berada di bagian lereng bukit tempat Makam Ratu Malang berada, area kosong pada lereng ini dimanfaatkan dengan membuat semacam taman, pendopo, dan warung kuliner, sehingga pengunjung yang sedang berziarah atau mengunjungi Situs Cagar Budaya Makam Ratu Malang bisa beristirahat sejenak disini. Lokasi ini juga bisa digunakan sebagai tempat untuk mengadakan acara atau kegiatan gathering bersama keluarga atau komunitas, kalian tinggal menghubungi pihak warga yang mengelolanya saja, untuk fasilitas parkir kendaraan juga sudah disediakan area yang cukup luas disekitarnya.








Dari Lereng Sentono dan Situs Cagar Budaya Makam Ratu Malang, saya mulai melanjutkan perjalanan melalui jalan desa melewati area persawahan warga dan kembali ke ruas jalan utama yang menuju ke Pasar Plered, saya pun berbelok ke arah Barat tepat di belakang area Pasar, dari situ kayuhan terus saya arahkan ke Barat sampai melewati sebuah pertigaan yang jalan normalnya yaitu berbelok ke kanan, sedangkan jalan yang satunya lagi kearah lurus dan sedikit menurun, saya pun memilih jalan yang lurus karena viewnya kok terlihat lebih menarik, dikejauhan terlihat ada sebuah banner usang dan mulai robek yang menunjukkan nama tempat ini dulunya adalah sebuah pemancingan, memang sih terlihat dari adanya beberapa kolam yang kini kondisinya sudah mengering, tempat ini dulunya pasti pernah menjadi sebuah pemancingan yang cukup ramai, entahlah mengapa kini kondisinya dibiarkan terbengkalai begitu saja.



Sambil menyusuri area pemancingan tersebut saya melihat ada sebuah jalan kecil berkonblock yang berada disepanjang sisi aliran sungai, beberapa orang juga saya lihat sedang memancing di sungai tersebut, sepertinya sejak area pemancingan tersebut sepi kini warga pun akhirnya memancing ikan dari sungai yang berada tepat disekitar area pemancingan ini.



Kondisi rute jalan ber-konblock ini sepertinya asyik juga untuk dijadikan rute blusukan sepeda dikarenakan suasananya masih sepi dan teduh sekali, saya pun menyusuri rute tersebut sampai dihadapkan kesebuah persimpangan, sebuah pertigaan dengan pilihan mau terus mengikuti jalan berkonblock yang cukup lebar atau mencoba memasuki jalur tanah yang cukup sempit.



Berhubung rasa penasaran saya lebih condong menyuruh untuk mengikuti ruas jalan tanah yang kecil tersebut akhirnya saya pun memilih untuk mencobanya,, kalaupun nanti jalannya ternyata buntu atau kondisinya makin tidak jelas toh tinggal putar balik angkat sepeda saja hehehe…



Ternyata jalan tanah tersebut tembus ke area jalan kecil plesteran yang mengikuti sepanjang aliran sungai tadi, setidaknya aman lah ya kan masih ada jalan, jadi coba ikuti terus saja jalan ini. Ujung dari jalan plesteran ini ternyata mentok di sekitar lokasi pintu air akhir, namun tepat di pintu air tersebut juga ada jembatan atau jalan penghubung untuk menyeberang ke sisi sebelahnya, jadi otomatis saya pun menyeberang lalu kembali ambil arah kiri mengikuti sepanjang aliran sungai sampai akhirnya ternyata jalan kecil ini tembus ke ruas jalan raya aspal utama yang berada di daerah Jejeran, tak jauh dari sekolah dan lapangan yang berada dekat dengan perempatan lampu merah Jejeran Jalan Imogiri Timur, dari sini saya pun sudah langsung hafal dan mengenali arahnya, baiklah kali ini saatnya kembali kearah pulang melalui Jalan Imogiri Timur.



Diperjalanan pulang sempat terbersit ide apa nanti sekalian coba dilewatin kearah Kotagede ya? Paling tidak rutenya kan searah dan sesuai seperti rencana awal hari ini, setidaknya coba untuk memasuki salah satu gang di wilayah Kotagede, dan gang yang paling terkenal adalah lokasi dimana Rumah Pesik berada, baiklan kita coba saja, begitu memasuki area Kotagede saya pun mulai masuk menuju arah Rumah Pesik dan mencoba masuk ke salah satu gang yang menuju ke Omah UGM, dari sana saya mencoba masuk dan mengikuti jalan yang ada saja, dan berputar-putar entah sampai mana, yang pasti karena lebar jalannya cukup sempit sehingga saat berpapasan dengan motor saya terpaksa harus berhenti dan meminggirkan sepeda sampai menempel ke tembok, seru sih tapi cukup ribed, untungnya gowes kali ini saya hanya seorang diri saja, entahlah jika gowes kali ini membawa rombongan, pastinya akan super ribed dan bikin macet hehe… setiap sudut di lorong labirin Kotagede itu menarik untuk dijadikan latar berfoto karena nuansa klasik tempo dulunya masih sangat terasa, deretan pintu dan jendela berarsitektur jaman dulu, tembok-tembok yang retak dan menampilkan batu batanya, semua terlihat sangat estetik sebagai latar berfoto.




Dan begitulah cerita Gowes Wisata hari ini, tanpa tujuan pasti, semua serba spontan (uhuuyy), tanpa campur tangan googlemaps dan aplikasi lainnya, seru dan mengasyikkan, just trust your instinct and let the curiosity be your guide


Sampai jumpa di cerita Gowes Wisata berikutnya

Tuesday, 29 October 2024

AIR TERJUN GRENJENGAN KEMBAR

Lanjutan dari postingan sebelumnya (maaf lama baru update ceritanya hehe… 😁)


Setelah selesai trekking tektok dari Gunung Andong dan berhubung waktu masih siang, sepertinya sayang jika perjalanan hari ini hanya selesai disini saja (lebih tepatnya sih sayang dengan biaya sewa kendarannya yang berlaku selama 1 hari full), maka petualangan berikutnya adalah mencari tempat wisata yang lokasinya masih seputaran dekat dengan Gunung Andong dan searah dengan rute kembali ke Jogja, dari hasil penelusuran via googlemaps yang di perbesar sampai maksimal supaya detail, akhirnya pilihan jatuh ke lokasi wisata Air Terjun Grenjengan Kembar, kan kayanya asyik tuh sehabis trekking yang melelahkan langsung lanjut bermain air dengan suasana yang alami.


Lokasi wisata Air Terjun Grenjengan Kembar sendiri tepatnya berada Dusun Citren, Desa Munewarang, Pakis Satap Kragilor, Muneng Warangan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah.


Air terjun yang berada di hutan lereng Gunung Merbabu dan masih termasuk dalam bagian kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu ini suasananya terbilang masih alami, dikelilingi oleh deretan pepohonan pinus serta masih belum begitu ramai pengunjung, sayangnya beberapa fasilitas pendukung yang dahulu pernah dibangun kini kondisinya tampak tidak terawat. Oya saat sebelum memasuki rute trekking menuju ke lokasi air terjun ini jika kalian bingung setibanya di parkiran kendaraan (yang berada disamping rumah warga), kalian akan melihat gapura dengan tiga buah pintu gerbang seperti ini



Nah masuklah melalui pintu gerbang yang ada ditengah, karena jika kalian melalui pintu paling kanan yang menanjak itu nantinya akan menuju ke area pemakaman. Setelah masuk melalui pintu gerbang yang ditengah,  rute kalian akan diapit oleh dinding tinggi disisi kiri dan kanan yang ditumbuhi dan tertutup oleh tanaman rambat, saat siang hari suasananya sih cukup keren untuk foto-foto di lorong ini, tapi saat malam hari dan berkabut sepertinya lokasi lorong ini cukup mendukung untuk dijadikan latar film horror hehehe…



Terus saja ikuti jalan setapak sampai menyeberang jembatan, disini suara aliran air sudah mulai terdengar (tapi lokasi air terjunnya sendiri masih cukup jauh, jadi jangan terkecoh, jangan semangat dan tetap putus asa)



Dibeberapa titik rute ini kalian akan melewati deretan pepohonan bambu, awas hati-hati dengan kepala kalian supaya tidak terbentur, disarankan menggunakan sandal gunung atau sepatu kets ya supaya tidak terpeleset saat melewati jalan setapak ini.




Dan akhirnya mulai memasuki wilayah Hutan Pinus, sampai disini artinya lokasi air terjun sudah dekat, ayo semangat



Papan penunjuk selamat datang menuju lokasi air terjun grenjengan kembar yang sudah mulai lapuk


Selamat datang di lokasi wisata Air Terjun Grenjengan Kembar, coba perhatikan sejenak, suasananya benar-benar masih alami kan? Bagi kalian yang ingin berwisata ketempat ini disarankan pada saat peralihan dari musim hujan ke musim kemarau, karena pada saat itu debit airnya masih cukup banyak dan jernih, jika kalian berkunjung saat musim hujan bisa dipastikan airnya akan meluap dan terlihat butek alias coklat karena adanya unsur tanah yang terbawa oleh aliran air yang cukup deras, begitupun jika kalian berkunjung saat musim kemarau debit airnya akan terlihat kecil, tidak deras dan melimpah.







Air terjun yang berada di ketinggian 1000mdpl ini memiliki beberapa tingkatan, dengan ketinggian tingkatan utama sekitar 12 meter, sayangnya disekitar lokasi ini belum tersedia fasilitas kamar mandi dan warung makanan, sehingga bagi kalian yang ingin bermain air harus pintar-pintar mencari lokasi untuk berganti pakaian.




Sangat menyenangkan dan menenangkan berada disekitar air terjun ini, karena selain bisa bermain air yang jernih dan segar, suasana disekitarnya juga terasa tenang dan damai, mendengar suara deburan air terjun sambil sesekali ditimpali oleh suara khas hewan dari dalam hutan, hawa disini pun terasa adem dan sejuk padahal saat kami berkunjung kesini cuaca di siang hari ini cukup cerah




Walaupun belum ada biaya retribusi dilokasi ini alias masih gratis namun tetap jaga kebersihan dan kelestarian tempat ini ya, jangan membuang sisa sampah makanan kalian secara sembarangan, serta jangan melakukan vandalisme dan tindakan asusila, tetap hargai dan jaga alam sekitarnya, jadilah wisatawan yang cerdas dan bijak karena bagaimanapun kalian juga datang untuk menikmati keindahan tempat ini kan? Oleh karena itu yuk kita jaga bersama keindahan air terjun ini.



Selamat berwisata dan tetap ikuti petualangan Gowes Wisata ya, karena kalian bisa mendapatkan banyak informasi seputar tempat wisata baik yang sedang hits maupun yang tersembunyi disini, follow juga instagram Gowes Wisata untuk untuk mendapatkan informasi terupdate seputar dunia pariwisata Indonesia

Monday, 1 July 2024

GUNUNG ANDONG YANG RAMAH UNTUK PENDAKI PEMULA

Sabtu, 22 Juni 2024.

Hai sobat goweswisata, postingan kali ini masih seputar dunia jalan-jalan, namun jalan-jalan kita agak beda nih karena kali ini adalah piknik asyik ceria tanpa sepeda hehe…sesekali menikmati suasana baru piknik santai tanpa cape sepertinya akan menyenangkan 😁


Jadi rencana “naik gunung hore-hore” ini sebenarnya sudah kami rencanakan sejak sebulan yang lalu, dan akhirnya baru bisa terealisasi sekarang setelah pelan-pelan menabung untuk budget liburan sekaligus memantau kondisi cuaca dan belajar seputar medan pendakian terlebih dahulu dari review-review yang ada di internet.


Kenapa Gunung Andong? Well… berdasarkan hasil belajar di internet sepertinya gunung ini adalah yang paling cocok untuk pendaki pemula, dengan ketinggian puncaknya yang hanya sekitar 1726mdpl dan bisa dilakukan secara tektok alias bolak-balik dalam sehari tanpa harus camping, serta medan trekking yang cukup aman dengan pos-pos istirahat yang dilengkapi dengan warung sepertinya menjadikan pilihan ke Gunung Andong ini adalah yang paling tepat.


Perencanaan tujuan sudah beres. Nah langkah berikutnya adalah merencanakan urusan transportasi menuju kesana, karena kali ini kami inginnya piknik santai maka dipilihlah jasa rental mobil beserta drivernya sebagai alat transportasi menuju ke Gunung Andong. Setelah bertanya kepada salah seorang teman yang membuka jasa pelayanan rental kendaraan akhirnya kami pun sepakat untuk menggunakan jasanya dengan estimasi biaya sewa kendaraan mobil tipe Toyota avanza beserta driver, bensin, dan makan untuk driver sebesar 600 ribu rupiah selama seharian dengan start dan finish kembali ke Jogja, kalau dipikir-pikir sebenarnya harga tersebut termasuk worth it lah karena selama seharian kami bebas untuk minta diantar ke tujuan yang kami inginkan berapapun banyaknya asal kaki kuat saja tanpa perlu pusing memikirkan bensin, macet diperjalanan, rute yang dilalui, dan lainnya, pokoknya hanya tinggal duduk manis menikmati pemandangan sepanjang perjalanan sampai nantinya tiba di tempat tujuan, cukup menyenangkan bukan?


Kami pun memulai perjalanan pukul 6 pagi dari basecamp Gowes Wisata melewati rute Jombor-Muntilan-Magelang, dan mulai menanjak menuju Gunung Andong melalui Kopeng, setelah melewati medan yang yang berliku-liku menanjak akhirnya sampailah kami di basecamp pendakian Gunung Andong via Sawit, tepatnya di Dusun Sawit, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah, lama perjalanan dari Kota Jogja menuju kesini sekitar 2 jam menggunakan kendaraan roda 4.



Oya sekedar informasi tambahan bagi kalian yang sekiranya juga berminat mencoba mendaki Gunung Andong, jadi jalur pendakiannya sendiri sebenarnya bisa dilalui dari jalur Sawit dan Jalur Pendem, namun berdasarkan ulasan dari beberapa orang, untuk pemula disarankan melalui basecamp sawit dikarenakan jalurnya lebih ramah dan mudah.


Untuk retribusinya kalian hanya akan dikenakan retribusi parkir kendaraan roda 4 sebesar 20 ribu rupiah, sedangkan untuk pendakiannya sendiri sebesar 21 ribu rupiah per orang ( 15 ribu untuk tiket masuk, dan 6 ribu untuk pemeliharaan kebersihan). Di sekitar area parkir kendaraan sendiri juga banyak terdapat warung-warung makanan, toilet umum, dan penyewaan peralatan camping yang juga merangkap sebagai basecamp rest area bagi para pendaki yang baru datang sore atau malam hari untuk menginap dan mulai trekking dini harinya untuk mengejar pemandangan sunrise. Harga makanan dan minuman disekitar lokasi ini pun terbilang normal dan murah sama seperti harga-harga diluaran pada umumnya, walaupun disini termasuk lokasi wisata namun untuk urusan harga makanan dan minuman ternyata standart saja sama seperti harga di burjo atau warmindo, jadi kalian tidak perlu kuatir harga akan dimahalin jika ingin sarapan ataupun jajan, sebelum mulai trekking pun ada baiknya jika kalian ke toilet terlebih dahulu karena saat trekking nanti disepanjang jalur pendakian toiletnya hanya ada di puncak Andong.


Sebelum memasuki gerbang pendakian kita akan disuguhi pemandangan hamparan perkebunan kol milik warga sekitar, sejuknya hawa disini sepertinya sangat cocok untuk pembudidayaan aneka jenis sayuran, disekitar gerbang pendakian sendiri terlihat banyak penjaja es krim dan cemilan, dilihat dari situasi seperti ini sepertinya memang Gunung Andong ini benar-benar ramah bagi pendaki pemula (banyak jajanan) hehehe… yuk kini saatnya mulai trekking, semangat 🙂






Awal trekking medannya masih cukup aman dan tertata berupa undakan anak tangga yang jumlahnya cukup banyak namun tinggi pijakannya rendah-rendah sehingga cukup membuat pegal, sedikit tips dari saya bagi kalian yang sekiranya pernah mengalami cedera lutut ataupun untuk meminimalisir resiko cedera lutut akan lebih baik jika saat trekking kalian juga menggunakan trekking pole sepasang supaya beban dari tubuh dan bawaan kalian tidak seluruhnya terpusat kebagian lutut saja melainkan tersebar merata ke lengan dan trekking polenya, penggunaan trekking pole sendiri juga bermanfaat untuk mencegah resiko terpeleset dan pastinya juga lebih terasa manfaatnya saat mulai trekking kembali turun nantinya.





Setelah undakan anak tangga tersebut habis, medan berikutnya barulah memasuki jalur tanah dan undakan pijakan anak tangganya terbentuk dari susunan batuan yang tertanam kedalam tanah, disini pintar-pintarlah memilih jalur pijakan supaya tidak terpeleset, cari jalur pijakan yang menurut kalian termudah.


Dijalur tanah ini nantinya rute akan terbagi dua, yaitu jalur lama dan jalur baru, jika kalian masih pemula dan mencari jalur termudah maka pilihlah jalur lama, walaupun jalur ini sedikit lebih panjang dibanding jalur baru namun medannya lebih mudah, tidak perlu takut akan tersesat karena disepanjang jalur pendakian cukup banyak penandanya kok lagipula walaupun kalian melakukan solo hiking nanti juga akan bertemu banyak rombongan pendaki lainnya disepanjang jalur pendakian, mulai dari rombongan yang terlihat sudah pro, rombongan anak sekolah, rombongan piknik keluarga,para jomblo pencari jodoh, sampai rombongan hore-hore seperti kami hehehe…pokoknya aman karena ramai pengunjung.



Dan sampailah kami di pos pertama, pos satu watu pocong, entahlah kenapa dinamakan seperti itu, mungkin biar vibesnya terlihat creepy atau keren kali ya, disini kalian bisa beristirahat sejenak untuk minum atau sekedar mengunyah cemilan, disarankan sih lebih baik jika kalian membawa coklat seperti choki-choki ataupun lainnya sebagai asupan energi sementara (karena disini kalian jangan mengharapkan asupan energinya kelas berat seperti nasi padang komplit, tidak ada yang jual seperti itu dijalur pendakian ini).





Jika beruntung kalian juga bisa melihat hewan-hewan liar seperti monyet ekor panjang yang bergelantungan diantara tingginya pepohonan, jangan lupa juga untuk berhati-hati saat kalian hendak duduk sejenak untuk beristirahat ya, karena saya sempat melihat ada ular kecil yang melintas saat sedang beristirahat, intinya tetap cermati keadaan sekitar saat kalian melintas ataupun hendak beristirahat.







Nikmati saja saat trekking kalian sampai akhirnya tiba di pos kedua watu gambir, ayo semangat tinggal satu pos lagi, disini jika cuacanya sedang cerah jalur ini cukup asyik namun jika sedang musim penghujan bisa dipastikan ini akan menjadi jalur yang licin dan berat karena baik medan jalur maupun pijakan anak tangganya mayoritas terbuat dari cerukan tanah.






Akhirnya pos ketiga watu wayang, berada tak jauh dari persimpangan pertemuan antara jalur lama dengan jalur baru untuk nantinya menjadi satu jalur menuju kearah puncak, dari pos ketiga ini saja sudah terlihat pemandangan sekitarnya yang indah jika kabut sedang tidak menutupi. Dari pos ketiga ini jarak menuju ke puncak sudah tidak begitu jauh lagi.








Sebelum menuju Puncak Andong kita akan melewati pertigaan menuju Makam Joko Pekik dan arah yang menuju area camping, dari sini jalurnya mulai agak licin mungkin karena kabut yang membawa uap air sering menutupi area sekitar puncak, tapi tidak perlu kuatir karena kalian bisa berpegangan pada railing kayu yang memisahkan jalur naik dan turun para pendaki. Di area camping ground sendiri sudah terdapat warung dan beberapa tenda camping yang terpasang (sepertinya untuk disewakan), area untuk mendirikan tenda pun sudah dibuat garis-garis petak supaya rapi dan para pendaki yang ingin camping tidak memasang tendanya secara sembarangan dan semrawut.







Waktu tempuh pendakian sendiri mulai dari gerbang pendakian sampai menuju ke Puncak melalui jalur lama sekitar 1-2 jam, jarak dan waktu tempuh inilah yang membuat Gunung Andong diminati oleh banyak wisatawan dan pendaki pemula karena bisa dilakukan secara tektok atau bolak-balik tanpa harus menginap atau camping yang otomatis juga meringankan beban bawaan yang harus dibawa karena tidak perlu membawa peralatan camping.




Di Gunung Andong sendiri terdapat dua buah puncak, yaitu Puncak Andong dengan ketinggian 1726mdpl dan Puncak alap-alap dengan ketinggian 1682mdpl, kalian bisa menuju ke kedua puncak tersebut melalui jalur penghubung yang cukup “ngeri-ngeri sedap” karena lebar jalurnya yang cukup sempit tanpa pembatas pengaman disisi kiri dan kanannya sehingga bagian samping jalur ini langsung berhadapan dengan jurang, oleh karena itu tetap berhati-hati saat melintasi jalur ini dan jangan berdesak-desakan ya.











Setelah beristirahat sejenak, berfoto sembari menikmati pemandangan dari atas Puncak Andong dan Puncak Alap-alap kini saatnya untuk kembali menuju ke basecamp awal pendakian alias trekking turun, rute untuk turun pun kami kembali memilih melalui jalur lama yang relatif lebih landau. Bagaimana apakah kalian juga tertarik untuk berkunjung dan mencoba mendaki Gunung Andong ini? yang pasti tetap jaga kebersihan dari setiap lokasi wisata yang kalian kunjungi ya, selamat berwisata 🙂


Apakah piknik hari ini sudah selesai? Tentu saja belum karena setelah Gunung Andong ini tujuan berikutnya adalah menuju ke Air Terjun Curug Grenjengan Kembar yang akan saya ulas pada postingan berikutnya, jadi tetap ikuti cerita perjalanan Gowes Wisata ya.