Sabtu, 24 February 2024.
Hai..hai sobat Gowes Wisata, wah tak terasa sebentar lagi di Bulan Maret kita akan memasuki Bulan Suci Ramadhan alias bulan puasa, bagi kalian yang muslim biasanya nih nanti di bulan puasa beberapa dari kita yang melakukan ibadah puasa pasti merubah jadwal gowes rutinnya menjadi sore hari sekalian ngabuburit alias menunggu waktu berbuka, kalaupun ada yang tetap melakukan gowes di pagi hari biasanya jarak tempuh rutenya juga cenderung yang dekat-dekat saja.
Kali ini mumpung belum memasuki awal puasa sepertinya akan seru jika kita mencoba mencari rute gowes wisata yang agak blusukan alias yang meminimalisir penggunaan rute jalan raya utama, selain untuk menghindari lalu-lintas yang semrawut dan berbahaya, dengan melalui rute blusukan ini nilai plusnya adalah kita akan menikmati udara yang lebih bersih atau minim polusi, suasana tenang, serta mendapat bonus view pemandangan indah yang ada disepanjang rute tersebut.
Oya pada pencarian rute ini saya juga sekaligus melakukan tes record rute menggunakan aplikasi strava dan komoot, dengan terlebih dahulu saya menentukan dan mencari destinasi yang seru di hari sebelumnya melalui gmaps, selain itu gowes wisata kali ini juga saya manfaatkan untuk mencoba set-up kendaraan jelajah baru yang “mungkin” kedepannya akan lebih banyak saya gunakan saat mencari rute dan spot-spot baru yang unik dengan kondisi medan yang beragam (sepeda touring dignity velocity sementara di-istirahatkan dulu hehe…)
Baiklah tidak perlu berlama-lagi yuk kita let’s go, titik start pertama supaya lebih mudah akan saya mulai dari lokasi Candi Sambisari menuju ke titik akhir atau tujuan yaitu Benteng Jolontoro. Berdasarkan googlemaps (mode pejalan kaki) jarak tempuhnya sekitar 12km, sedangkan dari basecamp Gowes Wisata menuju ke Candi Sambisari sendiri berjarak sekitar 9km sehingga total jarak tempuh perjalanan ini nantinya dari titik A ke B kurang lebihnya sekitar 21-22km (dengan pertimbangan ada adegan nyasar sedikit), jadi metode recordnya kurang lebih seperti ini, panduan rute awal dari titik A ke B saya buat menggunakan googlemaps mode pejalan kaki, setelah rute terbentuk lalu saya buat beberapa titik cekpointnya di aplikasi komoot supaya saat record nanti hasil file GPX-nya mudah diunduh atau dishare ke device lain yang kompatibel gpsnya misalnya ke cyclocomp garmin, igpsport, atau bryton sehingga jika ada teman kita yang ingin mencoba rute tersebut maka mereka hanya tinggal mengikuti hasil file GPX yang sudah terekam dan terkoneksi ke cyclocomp tersebut, jadi tidak perlu repot membuka smartphone lagi untuk melihat peta online. Sedangkan aplikasi strava saya gunakan untuk me-record total semua jarak tempuh yang saya lalui mulai dari Basecamp Gowes Wisata hingga nanti kembali lagi atau rute loop pulang-pergi secara utuh, dengan kata lain seperti ini :
- Strava = rute loop utuh pulang pergi dari basecamp Gowes Wisata sampai kembali lagi.
- Komoot = saya bagi jadi 2, yang pertama start dari Candi Sambisari menuju Benteng Jolontoro, dan yang kedua dari Benteng Jolontoro menuju Basecamp Gowes Wisata
- Googlemaps = membuat patokan pedoman rute umum mode pejalan kaki dari Candi Sambisari menuju Benteng Jolontoro, walaupun dilapangan nanti pastinya rute ini akan berubah atau saya modifikasi tergantung sekiranya ada jalur lain yang asyik untuk dicoba tetapi tidak terbaca pada maps google.
Saatnya berangkat. Dari pintu gerbang Candi Sambisari kalian tinggal ikuti saja jalan tanah yang ada disisi kanan atau Timur Candi, medannya cukup asyik dan rindang karena banyak pepohonan sampai nantinya kalian bertemu persimpangan jalan aspal, ambil lurus saja, untuk lebih mudahnya kalian bisa ikuti peta atau file gpx yang sudah saya buat.
Jika jalur blusukan pertama adalah yang tadi sudah kalian lalui dipinggir area Candi Sambisari, maka track blusukan kedua adalah yang berada di wilayah kalasan sisi utara, medannya bisa kalian lihat dibawah ini, viewnya bagus dan suasananya tenang, tracknya sendiri juga cukup panjang. Ikuti saja jalur ini sampai mentok lalu ambil ke kanan atau Timur, disini rute yang kalian lalui kebanyakan adalah jalan desa sehingga jangan ugal-ugalan ya bersepedanya.
Jika kalian mengikuti peta gpx yang saya buat maka nantinya rute ini akan mengarah ke sisi utara dari Candi Prambanan, kalian akan melewati ex klinik randoegoenting (bisa juga mampir ke bekas cerobong Pabrik gula Randoegoenting jika kalian ingin berwisata sejarah)
Karena kebanyakan rute yang saya pilih dan lalui adalah jalan desa maka maklumi saja jika rutenya banyak belok-belok ya, pokoknya stick on the track/map karena hasil recordnya kebetulan tidak pake nyasar kok hehe…
Hingga akhirnya sampailah kita di Benteng Jolontoro, yang lokasi tepatnya berada di Dusun Padanjero, Desa Joho, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah.
Bangunan ini sendiri sebenarnya merupakan bekas saluran irigasi yang dibangun pada era kolonial, membentang dari Utara ke Selatan dan dahulu berfungsi untuk mengairi lahan persawahan dan area perkebunan tebu yang mana pada saat itu tebu sebagai bahan baku industri gula merupakan salah satu komoditas yang sangat berharga di pasar Eropa, tebu-tebu itu sendiri nantinya akan dikirim ke Pabrik Gula Gondangwinangoen di daerah Klaten. Di wilyah Yogyakarta sendiri pada masa itu cukup banyak pabrik-pabrik gula yang dibangun oleh kolonial oleh karena itu bangunan saluran irigasi semacam ini juga banyak ditemui dibeberapa pelosok wilayah Jogja, selain Jolontoro ini saluran bekas irigasi lainnya yang masih bisa kita jumpai dan cukup terawat adalah Buk Renteng yang berada di bagian Barat Jogja, tepatnya arah menuju Kulonprogo.
Nama Jolontoro sendiri asal katanya dari bahasa Jawa kuno yaitu “Jaladwara” yang berarti jalan air atau saluran air, seiring waktu dan penggunaan bahasa Jawa modern oleh warga sekitar bangunan ini juga kerap disebut dengan sebutan Plumpung Banyu atau pipa saluran air, dan karena sekilas sisa bangunan ini menyerupai sebuah tembok Benteng yang memiliki banyak gerbang akibat dari fasade lengkungan penopangnya maka akhirnya nama yang lebih populer untuk bangunan ini saat sekarang adalah Benteng Jolontoro.
Dahulu sistem pengairan pada saluran irigasi Benteng Jolontoro ini adalah dengan memompa air dari Kali Randukucir yang berada dibagian selatan Benteng Jolontoro, namun sekitar tahun 1960-an seiring perkembangan zaman dan dengan telah dibuatnya bendungan soronayan di Desa Nangsri, Kecamatan Manisrenggo yang berada dibagian Utara Desa Joho dimana secara kontur topografi juga lebih tinggi dari wilayah selatannya maka secara otomatis proses pengaliran air sudah tidak memerlukan pompa lagi, yang mana hal ini juga berarti dapat lebih menghemat biaya pemeliharaan dan perawatan pompa, dan akhirnya saluran air Jolontoro pun tidak difungsikan lagi, keberadaannya yang kini hanya tersisa puing-puing ditengah area persawahan seakan hanya berdiri sebagai saksi bisu sejarah era kolonial dan kejayaan industri gula pada masanya
Walaupun sudah tidak utuh lagi namun keberadaan sisa saluran irigasi ini kini seakan menjelma menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang senang berburu lokasi foto yang unik dan estetik, jika cuaca sedang cerah dan hamparan persawahan sedang menghijau maka kita akan mendapati latar untuk berswafoto yang sangat menarik di lokasi ini. kemegahan sisa reruntuhan Benteng Jolontor yang berpadu secara harmonis dengan area persawahan serta penampakan Gunung Merapi dikejauhan seakan menjadi satu paket komplit sebagai latar belakang atau obyek fotografi.
Usai berfoto-foto mendokumentasikan bangunan Benteng Jolontoro dan beristirahat sejenak kini saatnya melanjutkan perjalanan kembali pulang, nah disini kalian akan menemui dan melalui track terakhir yang cukup panjang dan asyik karena melalui jalur tanah gravel sembari blusukan di jalan desa yang suasananya cukup rindang, cukup ikuti peta gpx hingga nantinya kalian akan keluar di ruas jalan raya utama jogja-klaten, tepatnya bagian Timur dari Candi Prambanan-Plaosan, dari sini kalian bisa memilih untuk kembali ke pusat Kota Jogja melalui ruas Jalan Raya Utama Jogja-Solo, atau melalui Jalan Prambanan-Piyungan.
Saya pun menyempatkan untuk sekedar mampir melewati lokasi Tobong Gamping Pelem Golek yang dahulu pernah saya kunjungi dan ulas, hanya saja saat ini keberadaannya sudah hilang alias sudah dirobohkan, hanya tersisa bagian pondasi dan bagian mulut Tobong saja, entahlah kedepannya area ini akan dibangun menjadi apa.
Dari bekas lokasi Tobong Gamping saya pun melanjutkan mengunjungi Candi Kalasan yang berada tak jauh dari lokasi bekas Tobong ini, cuaca yang sangat panas membuat saya enggan berlama-lama disekitar lokasi Candi Kalasan, setelah mengambil beberapa foto saya pun melanjutkan perjalanan pulang melalui Berbah hingga tembus ke Blok O.
Kurang lebih seperti itulah cerita perjalanan Gowes Wisata kali ini, bagi kalian yang penasaran dan ingin mencoba rute ini maka kalian bisa mem-follow :
- Strava : Gowes Wisata
- Komoot : Gowes Wisata
Kedepannya disetiap petualangan Gowes Wisata saya akan berusaha me-record setiap rute yang dilalui (tergantung kondisi baterai HP juga ya) supaya suatu saat kalian juga bisa mencobanya sendiri, kalian hanya tinggal mendownload file gpx dan menyambungkannya ke cyclocomp gps kalian. Semoga informasi kali ini bermanfaat untuk kalian semua ya, selamat ber-gowes wisata.