Senin, 29 November 2021
Hai sobat goweswisata, apa kabarnya kalian semua? Semoga selalu sehat dan tetap penasaran dengan spot-spot menarik apa lagi yang akan saya ulas disini.
Untuk mengulas sebuah tempat yang sekiranya nanti akan menjadi spot wisata sebenarnya mudah saja, tinggal datang kunjungi-lihat-tulis-bagikan, apa lagi di Jogja ini terdapat banyak sekali obyek wisata yang tersebar merata hampir diseluruh Kabupatennya, baik itu spot wisata alam maupun spot wisata buatan. Namun tantangannya bagi saya disini adalah mencari tahu dimana saja lokasi-lokasi spot wisata yang belum populer atau viral, karena kalau sudah populer pastinya tempat tersebut akan ramai pengunjung sehingga susah untuk mendapatkan komposisi foto yang menarik dan detail, ditambah lagi jika tempat tersebut sudah ramai dan viral biasanya akan ada pungutan retribusi alias tidak gratis lagi masuknya 😅.
Nah di petualangan goweswisata kali ini saya akan mengajak kalian untuk menyusuri salah satu jejak bekas Tambang Mangan era Kolonial yang ada di Propinsi Yogyakarta, bernama Goa Kalilingseng yang berada di Dusun Ngruno, Karangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulonprogo, DI Yogyakarta. Untuk lebih jelasnya jika kalian penasaran dengan tempat ini dan ingin mengunjunginya secara langsung kalian bisa melihat rutenya di googlemaps dengan keyword “Kalilingseng Cave”.
Patokan termudahnya jika kalian start dari nol kilometer Jogja, kalian tinggal menuju kearah Barat melewati Terminal Ngabean dan terus ke Barat hingga menuju traffic light Ringroad kemudian belok ke kiri menuju Pasar Gamping dan ikuti Jalan Raya Jogja-Wates sampai melewati Jembatan Bantar dan Gapura Batas Wilayah masuk ke Kabupaten Kulonprogo, nanti jika sudah sampai traffic light di depan Markas Brimob belok ke kanan, naik melewati jembatan rel kereta api dan tower pemancar, kira-kira 20 meter kemudian ada jalan masuk ke kiri menuju area persawahan, nah masuk dan ikuti jalan (oya sementara rute yang saya jelaskan disini hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua ya), di rute ini nanti kalian bersisian dengan jalur kereta api, tak lama kemudian jalan akan menemui dua cabang yang terpisah oleh saluran air, nah ambil ke kanan, ikuti jalan sampai tiba di Balkondes Sentolo, masih terus sedikit nanti ada jalan masuk kecil ke kanan, masuk dan ikuti jalan sampai tembus ke jalan besar lalu ambil kearah kanan, dari sini kalian tinggal mengikuti jalan utama saja, kontur jalan disini agak rolling naik-turun, jadi jika kalian bersepeda harap siapkan stamina saja hehe…😁
Nanti kalian akan melewati SD Negeri Sentolo, SPBU, traffic light, masih terus saja melewati lapangan sampai tiba di sebuah perempatan dimana jika kalian ke kanan maka akan menuju ke Goa Kiskenda, Kedung Pendhut, air terjun sungai Mudal, dan lainnya, nah ambil arah yang lurus saja (jangan ke kanan), dengan rute yang masih rolling namun cukup sepi arahkan kendaraan kalian melewati SDN Tangkilan sampai nantinya tiba di perempatan yang menuju ke obyek wisata Waduk Sermo, Kalibiru, dan Konservasi alam Sermo, dari perempatan tersebut jika lurus maka kalian menuju ke Waduk Sermo, nah kali ini kita ambil yang kearah kiri
Setelah belok kiri coba buka googlemaps kalian dan ketikkan keyword “Goa Watu Jonggol”, nanti tepat di sisi kiri jalan kalian akan melihat lokasi Goa Watu Jonggol (mengenai spot wisata Goa Watu Jonggol saya akan membahasnya di postingan berikutnya supaya lebih enak dan terfokus ulasan dari masing-masing spot), jika kalian sudah sampai ke Goa Watu Jonggol coba lihat kembali googlemaps dan ketikkan keyword “Kalilingseng Cave”, lokasi antar kedua spot tersebut sebenarnya tidak terlalu jauh, bedanya saat saya memulainya saya menemukan Goa Kalilingseng terlebih dahulu berkat “disasarkan” oleh googlemaps sewaktu mencari Goa Watu Jonggol yang mengarahkan saya melewati perkampungan dan belokan-belokan kecil yang hanya bisa dilalui sambil menuntun sepeda karena jalur yang kecil dan berlumut (RIP Googlemaps)
Lokasi Goa Kalilingseng sebenarnya cukup mudah terlihat karena berada tepat di pinggir jalan masuk Dusun Ngruno. Goa yang merupakan bekas Tambang Mangan di era kolonial pada Tahun 1894 ini dulunya merupakan salah satu Tambang Mangan terbaik selain Tambang di daerah Kliripan, bentuk Goa ini cenderung masih asli (tidak dihias aneh-aneh seperti Goa Watu Jonggol), memiliki panjang sekitar 200 meter yang kemungkinan masih bisa diteruskan lagi serta lebar sekitar 1,5 meter, Goa ini tidak dilengkapi penerangan didalamnya, sehingga kalian harus membawa senter sendiri jika ingin masuk ke dalam atau memakai jasa pemandu supaya lebih aman, oya disarankan untuk tidak memasuki Goa secara beramai-ramai karena semakin kedalam maka kadar oksigen juga akan semakin menipis, saat menyusuri bagian dalam Goa perhatikan kepala kalian supaya tidak terbentur stalaktit yang menggantung di dinding atas Goa, beberapa kelelawar juga tampak beterbangan dengan barbar di dalam Goa.
Sebelum masuk ke dalam Goa, saya pun sempat bertanya soal jasa pemandu sembari minta ijin menitipkan sepeda kepada salah seorang warga yang kebetulan rumahnya berada tepat disamping lokasi Goa Kalilingseng (untuk catatan bahwa saat siang hari suasana di sekitar Dusun ini sepiiiiii banget, saya juga bingung kok ga ada orang yang lewat untuk padahal ingin nanya-nanya seputar Goa Kalilingseng ini) dan oleh si Bapak saya malah disuruh langsung masuk ke Goa saja sendirian (padahal di dalam Goa ada tulisan sebaiknya memakai jasa pemandu), untunglah peralatan di sepeda saya cukup lengkap karena saya selalu membawa survival kit seperti headlamp dan peluit, semua saya masukkan ke dalam waistbag sembari menyiapkan perlengkapan dokumentasi, setelah semua siap kini saatnya masuk kedalam Goa
Untuk masuk ke dalam Goa yang letaknya berada di bawah permukaan jalan ini untunglah sudah dibikin undakan anak tangga sehingga kita tidak perlu memanjat-manjat segala, rongga depan Goa tampak sedikit becek karena tetesan air dari stalaktit dan dinding atas Goa, semakin masuk ke bagian dalam terdapat tulisan yang mengingatkan untuk jangan lupa berdoa sebelum memasuki Goa dan sebaiknya memakai jasa pemandu untuk memasuki Goa, okelah karena saya disuruh masuk sendirian setidaknya saya sudah berdoa supaya situasi aman-aman saja didalam.
Dinding dalam Goa tampak berkilauan saat sinar dari headlamp saya menyoroti keadaan dalam Goa, rongga dalam Goa ini memiliki ketinggian sekitar 180cm sehingga didalam sini saya masih bisa berdiri tegak tanpa perlu membungkukkan badan, hanya di rongga dekat pintu keluar saja kalian harus membungkukkan badan supaya tidak terbentur dinding atas Goa, sesekali saya mencoba mematikan headlamp dan ternyata tanpa alat penerangan suasana sekitar dalam Goa benar-benar full black alias gelap total karena sinar dari pintu masuk Goa juga tidak sampai ke bagian dalamnya, ditambah lagi jalur Goa ini sedikit melengkung, beberapa titik dalam sisi Goa berbentuk seperti kursi yang bisa diduduki.
Semakin kedalam kalian harus berhati-hati tertabrak kelelawar yang beterbangan dengan barbarnya karena mungkin merasa terusik dengan nyala sinar lampu headlamp saya, pada ujung goa terdapat semacam cerukan seperti sumur berisi air yang memiliki kedalaman sekitar 20-30 meter sehingga harap untuk selalu berhati-hati saat melakukan cave tubing seperti ini ya (bagi yang menderita klaustrophobia dan takut akan gelap lebih baik tidak usah masuk sampai ke dalam).
Bahan baku mangan sendiri merupakan salah satu bahan yang berperan dalam proses indutri pembuatan baja, baterai, keramik, gelas kimia, porselen, dan korek api. Selain itu Mangan (Mn) yang berupa logam putih keperakan dengan nomor atom 25 pada tabel periodik juga dikenal sebagai logam paling melimpah ke-5 dalam kerak bumi, bahkan unsur mangan sendiri juga sangat bermanfaat dan diperlukan dalam tubuh kita
Setelah era kolonial usai keberadaan tambang ini sempat menghilang karena terkubur atau tertimbun tanah dari bukit yang berada diatasnya, namun sekitar Tahun 2016-2017 akhirnya ditemukan kembali oleh warga sekitar ketika melakukan kerja bakti dimana lapisan tanah yang menutupi mulut Goa tiba-tiba ambles dan saat diperiksa ternyata terdapat rongga seperti terowongan didalamnya, oleh karena itu setelah menghubungi instansi terkait dan diadakan pemeriksaan serta penggalian lebih lanjut akhirnya Goa ini pun mulai ditata menjadi tempat wisata sejarah dan obyek penelitian geologi oleh beberapa pihak akademisi
Sayangnya potensi wisata dari Goa Kalilingseng ini belum dioptimalkan oleh pihak terkait dan warga sekitar selain membuat semacam taman dan tulisan Goa Kalilingseng di bagian atas bukit, ke depannya masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan jika ingin memaksimalkan keberadaan spot wisata ini seperti pembuatan papan penunjuk arah menuju lokasi, papan keterangan informasi seputar Goa termasuk sejarahnya dan penjelasan mengenai bahan baku dari unsur Mangan itu sendiri, serta pemasangan penerangan dibagian dalam Goa, penyuluhan kegiatan sadar wisata terhadap warga sekitar, penyediaan area parkir, tempat sampah fasilitas-fasilitas penunjang lainnya serta evaluasi berkala terhadap ketahanan dan keamanan didalam Goa. Jika semua tahapan tersebut sudah dilakukan maka langkah berikutnya adalah mempromosikan lokasi tersebut menggunakan sosial media dan website, atau instansi terkait juga bisa membuat program dengan mengundang beberapa penggiat sosial media (travel influencer) untuk berkunjung dan membuat hasil karya dari hasil kunjungan tersebut baik berupa tulisan maupun visual gerak dan memberikan apresiasi terhadap hasil-hasil karya tersebut
Setidaknya melalui tulisan goweswisata kali ini kita semua termasuk saya sebagai penulis bisa semakin banyak belajar terhadap kekayaan sumberdaya alam, keunikan setiap daerah dengan semua potensinya, serta semakin bangga dan menghargai Negara ini dengan latar belakang sejarahnya, jangan sampai kita menjadi generasi atau bangsa yang buta terhadap sejarahnya sendiri. Nah untuk postingan berikutnya saya akan mengulas tentang Goa watu Jonggol yang letaknya berada tidak jauh dari Goa Kalilingseng ini, makanya tetap ikuti petualangan Gowes Wisata ya, baik itu di facebook, instagram, youtube, dan tentunya di website ini
Sampai jumpa di petualangan berikutnya, salam goweswisata 🙂