Thursday 19 February 2015

Candi Gebang


Ingin mengunjungi Candi-candi yang ada di Yogyakarta tetapi malas karena faktor lokasi yang umumnya berada jauh dari pusat kota?

Mungkin bagi sebagian orang yang baru pertama kali berkunjung ke Yogyakarta jika mendengar kata candi maka yang terlintas di benak mereka hanyalah Candi Borobudur dan Prambanan, tetapi di kota 1000 candi ini (saya menyebutnya seperti itu karena memang banyak sekali terdapat candi-candi, baik itu yang berukuran besar maupun candi-candi kecil yang ada dan tersebar di Yogyakarta) ternyata ada candi (yang walau tidak sepopuler Borobudur-Prambanan) tetapi berlokasi cukup dekat dengan pusat kota, yaitu Candi Gebang

Candi Gebang yang berlokasi di Dusun Gebang,Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman ini merupakan alternatif wisata Candi yang berlokasi tidak jauh dari pusat kota. Patokannya jika ingin berkunjung kesini maka tinggal arahkan kendaraan ke Stadion Maguwoharjo, dari stadion nanti terus saja ke utara sampai perempatan kemudian belok kiri (barat) menyeberangi jembatan, dan tidak jauh dari situ nanti ada Indomart di sisi kiri jalan, sampingnya ada jalan masuk dengan papan penunjuk arah menuju lokasi candi, jangan kuatir petunjuk yang ada cukup jelas kok sehingga kita tinggal mengikuti saja

Bangunan candi seluas 27,56 m2 dan menempati lahan seluas 2260 m2 ini berada cukup terpencil dengan dikelilingi persawahan milik warga di sekitarnya, jika kita berkunjung pada hari libur maka untuk masuk ke areal candi kita harus membayar retribusi sebesar Rp 2000,- sedangkan untuk hari biasa tidak ada biaya retribusi alias gratis, cukup mengisi buku tamu saja

Kali ini ternyata juga banyak pengunjung yang datang bersepeda :)


Papan informasi candi yang cukup lengkap


Candi Gebang pertama kali ditemukan pada bulan November tahun 1936 oleh penduduk setempat. Awalnya yang ditemukan adalah arca Ganesha, kemudian dengan merujuk pada hasil temuan tersebut diadakan penggalian lebih lanjut oleh instansi terkait. Berdasarkan hasil penelitian itu diketahui bahwa arca tersebut tidak berdiri sendiri namun merupakan bagian dari suatu bangunan, dari hasil penggalian tersebut ditemukan reruntuhan bangunan yang terdiri dari atap candi, sebagian kecil tubuh, dan sebagian kaki yang masih utuh. Selanjutnya mulai dilakukan proses rekonstruksi dengan menggunakan beberapa batu pengganti untuk menggantikan batuan penyusun yang rusak. Pemugaran Candi Gebang dilakukan pada tahun 1937 sampai dengan tahun 1939 dan dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. V.R. Von Romondt




Candi beraliran Hindu ini dapat diketahui dengan adanya arca Ganesha serta Lingga dan Yoni yang terdapat di dalam bilik candi. Selain itu berdasarkan bentuk kaki candi yang mempunyai proporsi tinggi menunjukkan bahwa Candi Gebang berasal dari periode yang tua sekitar abad ke VIII – IX (730-800M), menurut Van Romondt, Candi Gebang yang kecil tersebut berdiri pada masa awal Jawa Tengah


Lingga dan Yoni yang berada di dalam bilik candi


Arca Ganesha


Salah satu keistimewaan candi ini yaitu tidak ditemukannya tangga masuk menuju ke dalam bilik candi, kemungkinan tangga masuk terbuat dari kayu atau bahan lain yang mudah rusak sehingga sampai sekarang tidak ditemukan kembali, keistimewaan lainnya adalah titik pusat candi yang bertepatan dengan titik pusat halaman candi


Bangunan Candi Gebang menghadap kearah timur. Di dalam bangunan terdapat Yoni, di kiri-kanan pintu masuk terdapat relung dengan arca Nandiswara, sedangkan relung yang seharusnya berisi arca Mahakala terlihat kosong, di sebelah barat terdapat relung yang berisi arca Ganesha yang duduk di atas sebuah Yoni, Ganesha sendiri disebut juga Vighnecvara yang bertugas menghilangkan semua rintangan

Pada bagian puncak atap candi terdapat lingga yang di tempatkan di atas bantalan seroja, dan di bagian luarnya terdapat relief berbentuk kepala manusia



Mengunjungi suatu lokasi wisata sejarah seperti ini tentunya akan lebih berarti jika kita mengetahui sejarahnya sehingga kita dapat menarik pelajaran tentang sejarah peradaban bangsa ini, dan tentunya dengan proses belajar seperti ini (berkunjung langsung) juga akan lebih menarik jika dibandingkan dengan hanya membaca dari buku-buku sejarah atau mendengar didalam kelas. Jika generasi saat ini sudah tidak mau peduli lagi terhadap sejarah peradaban bangsanya sendiri lalu apa yang kelak kita ajarkan kepada generasi penerus berikutnya, ataukah kita nantinya hanya menjadi generasi penerus bangsa tanpa identitas?

No comments:

Post a Comment