Friday, 12 December 2014
Candi Ijo
Candi Ijo hmmmm... bagi para goweser yang berdomisili di Yogyakarta pastinya sudah tidak asing lagi dengan nama dan lokasi Candi yang satu ini, tetapi bukan karena bangunan candinya semata yang membuat candi ini begitu terkenal, melainkan karena lokasi candi ini berada di ketinggian yang "aduhai" hehe. Ya, Candi Ijo memang merupakan salah satu candi di Yogyakarta yang lokasinya berada di dataran paling tinggi sehingga untuk menuju kesana para goweser harus melalui medan menanjak yang cukup menguras tenaga dan membutuhkan stamina fisik serta dengkul yang prima
Candi yang berlokasi di Dukuh Grobyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta ini berada di lereng Barat sebuah bukit yang masih merupakan perbukitan Batur Agung dengan ketinggian rata-rata 375 mdpl. Jika kita baru mendengar namanya tentu kita mengira Candi Ijo adalah sebuah candi yang dindingnya berwarna hijau atau ditumbuhi lumut sehingga berwarna hijau, namun ternyata penamaan Candi Ijo dikarenakan candi ini berada di atas bukit yang disebut Gumuk Ijo, nama ini tertulis dalam Prasasti Poh berangka tahun 906M berbahasa Jawa Kuno, dalam penggalan "...anak wanua i wuang hijo..." (anak desa, orang Ijo)
Untuk menuju Candi ini jika kita start dari tengah kota maka bisa melalui Jalan Jogja-Solo sampai Prambanan kemudian belok ke kanan melewati rel kereta terus keselatan arah Jalan Jogja-Piyungan (sama dengan arah menuju Candi Ratu Boko), atau jika kita gowes bisa juga memotong melalui Blok O hingga tembus di Jalan Jogja-Piyungan, rutenya cenderung datar, rute menanjak hanya akan kita temui saat kita sudah dekat menuju lokasi candi (jalan menanjak kira-kira sepanjang 2km)
Untuk memberikan gambaran seperti apa tanjakannya silahkan simak foto-foto berikut ini, yang membedakan dengan tanjakan lainnya hanyalah jika biasanya medan tanjakan itu dibuat berputar supaya memudahkan pengendara, maka tanjakan yang menuju Candi Ijo ini langsung lurus, lempeng poll, sehingga "sakitnya tuh disini-->tunjuk dengkul", oya jika ingin mencoba gowes kesini lebih baik bawa minum dan snack dari rumah karena sepanjang tanjakan sepi warung alias jarang ada yang jualan
Gowes dengan full loaded panniers memang "sesuatu banget" hehe...
Istirahat sebentar di Masjid
Lanjut lagi (mana jalannya rusak pula, mau zigzag juga susah)
Dan akhirnya...
Pemandangan yang bisa kita nikmati di sekitar lokasi candi
Dataran tempat kompleks utama candi memiliki luas sekitar 0,8ha, namun diduga kompleks percandian ini aslinya jauh lebih luas karena disekitar lokasi candi utama dan candi perwara masih banyak ditemukan bebatuan candi dan artefak yang masih dalam proses penggalian dan belum selesai direkonstruksi
Beberapa bebatuan dan artefak candi yang belum selesai direkonstruksi
Candi Hindu yang berada 4 km arah tenggara dari Candi Ratu Boko ini diperkirakan dibangun antara kurun abad ke-10 sampai dengan abad ke-11 zaman Kerajaan Medang periode Mataram. Secara keseluruhan, kompleks percandian ini merupakan teras-teras berundak, dimana kompleks percandian utama berada pada sisi timur yang merupakan sisi tertinggi, sekaligus juga mengikuti kontur bukit. Dibagian ini ada Candi Induk (satu telah dipugar), candi pengapit, dan candi perwara. Candi Induk yang sudah selesai dipugar menghadap ke barat. Di hadapannya berjajar tiga candi perwara menghadap ke timur (ke arah candi induk) yang dibangun untuk memuja Trimurti (Brahma, Wisnu, dan Syiwa). Ketiga candi kecil ini memiliki ruangan didalamnya dan terdapat jendela kerawangan berbentuk belah ketupat di dindingnya. Atap candi perwara ini terdiri atas tiga tingkatan yang dimahkotai barisan ratna. Pada bilik Candi perwara yang tengah terdapat arca lembu Andini (kendaraan Dewa Syiwa)
Candi perwara
Bilik pada Candi Perwara Selatan
Bilik pada Candi Perwara Tengah
Bilik pada Candi Perwara Utara
Relief yang terdapat pada dinding luar Candi Perwara
Sedangkan pada candi induk sendiri terdapat ruang dalam yang pada bagian tengah dinding sisi utara, timur, dan selatan masing-masing terdapat sebuah relung yang diapit oleh pahatan pada dinding. Pahatan tersebut menggambarkan sepasang apsara yang terkesan terbang menuju ke arah relung. Tepat di tengah ruangan terdapat Lingga dan Yoni yang disangga oleh figur ular sendok (pada mitos Hindu, hewan ini melambangkan penyangga bumi), penyatuan lingga dan yoni melambangkan kesatuan antara Syiwa dan Parwati shaktinya.
Candi Induk
Lingga dan Yoni yang terdapat pada bilik candi utama
Tambahan sumber referensi :
- http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Ijo
Pak Satpamnya masih galak nggak? hehehe
ReplyDeletePak Satpamnya agak stricht ya? sepeda harus diparkir diluar, ga boleh dititipin di pos satpam
ReplyDeleteWisata terkini di Solo
ReplyDeleteKota yang kaya akan wisata
ReplyDeleteTanjakannya nggak kenal ampun dan bengis ya Om.. wah nggak jadi ke sana pake sepeda deh, pake mobil aja.., alasannya bawa keluarga haaaa.haaaa.haaaaaaaa
ReplyDeleteiya mbok ya tanjakannya rada dipapas sedikit, udah curam+jalannya sempit+rusak pula, komplit banget, bawa mobil juga pasti deg-degan kalo pas macet atau ngantri :D
Delete