Thursday, 30 July 2020
THE UNFOLDING JOURNEY
Halo pembaca setia goweswisata.blogspot.com, apa kabarnya kalian semua, lama sudah kita tidak bersua (dengan kata lain lama sudah saya tidak mengupdate blog ini hehe…)
Baiklah terhitung mulai dari post kali ini goweswisata akan mempersembahkan seri petualangan terbaru yang memiliki konsep “The Unfolding Journey”, yang artinya perjalanan yang masih terus berlanjut, nah pertanyaannya mengapa diberi judul The Unfolding Journey?
Ada beberapa alasan yang membuat saya memilih konsep dan judul seperti ini, antara lain tentu saja karena petualangan yang sebenarnya tidak akan pernah berhenti, seseorang yang berjiwa petualang pastinya akan terus mencari tantangan baru, mencari rute, lokasi, dan jawaban dari setiap pertanyaan tentang dunia dan kehidupan yang berkelebat dibenaknya, dan untuk memenuhi rasa keingin tahuan tersebut maka ia akan terus berkelana, entah itu bersama teman seperjalanan maupun sendiri saja. Seperti halnya yang dikatakan oleh Ralph Waldo Emerson bahwa semua petualangan tidak akan pernah berhenti atau selesai, tidak ada kata finish, tidak ada tujuan akhir yang mutlak karena tujuan berikutnya mungkin saja berada diseberang sungai sana, atau tersembunyi dibalik deretan perbukitan dan pegunungan tinggi, bahkan mungkin ada didaratan seberang berikutnya
Alasan lainnya tentu saja berkaitan dengan alat transportasi yang saya gunakan, tenang saja seperti nama blog ini yaitu goweswisata, maka petualangan berikutnya pun saya masih menggunakan sepeda sebagai sarana transportasi utama (selain kedua kaki saya tentunya), yang membedakan hanyalah jenis sepeda yang digunakan saja
Jika pada petualangan-petualangan sebelumnya saya lebih banyak menggunakan sepeda berukuran roda 26”, baik itu jenis MTB maupun sepeda touring seperti sepeda Dignity Velocity yang saya gunakan ketika melakukan touring beberapa waktu yang lalu, nah pada petualangan berikutnya saya melakukan pergantian suasana dengan menggunakan sepeda lipat berukuran roda 20” yaitu Foldx Platinum
Mengapa sepeda lipat? Alasan paling utama tentu saja karena kepraktisannya saat melakukan mix transportasi (walaupun pada kenyataannya saya lebih banyak melakukan gowes full hingga ke tujuan daripada melakukan mix transportasi dengan loading menggunakan kendaraan bermotor atau transportasi umum), namun untuk berjaga-jaga tidak ada salahnya memiliki keuntungan tambahan menggunakan jenis transportasi yang fleksibilitasnya tinggi seperti sepeda lipat
Lalu mengapa roda 20”? bukan roda 16” atau 22”? seperti halnya roda 26” pada jenis sepeda MTB maka jawaban mengapa saya menggunakan sepeda lipat roda 20” karena ketersediaan ban (luar dan dalam) dipasaran dan disetiap wilayah umumnya lebih banyak roda 20”, yang mana hal tersebut akan sangat membantu jika suatu saat saya mengalami kendala seperti ban bocor atau sobek. Selain itu ukuran 20” juga lebih fleksibel disegala medan dan situasi, ketika sepeda sedang dilipat ukurannya tidak terlalu besar, dan ketika menempuh rute yang memiliki kondisi jalan rusak setidaknya masih sedikit lebih nyaman jika dibandingkan menggunakan ukuran roda yang lebih kecil seperti 16”
Walaupun peruntukan sepeda lipat seperti yang saya gunakan saat ini lazimnya diperuntukkan untuk medan perkotaan atau commuting namun karena saya menyukai bersepeda sembari berwisata maka lagi-lagi settingan pada seli saya pun saya sesuaikan dengan karakter dan gaya bersepeda saya, dengan kata lain menganut konsep touring, mengedepankan kenyamanan, daya tahan, dan fungsi (bisa kalian lihat pada foto berikut)
Jika diantara kalian ada yang bertanya mengapa saya menggunakan frame aluminium alloy dan bukan steel atau chromoly yang kerap digunakan pada jenis sepeda khusus touring pada umumnya, jawabannya sangat sederhana karena hanya sepeda inilah yang harganya masuk budget saya ketika saya membelinya, apakah frame alloy kuat untuk diajak melakukan perjalanan jauh dengan rute aneh-aneh seperti yang biasa saya lakukan? Entahlah, karena setiap sepeda apapun material framenya suatu saat pasti akan mengalami masa fatique juga, jadi mari sama-sama kita cari tahu sekuat apakah sepeda lipat frame alloy ini menemani saya untuk melakukan petualangan berikutnya, setidaknya sebelum saya pada akhirnya memutuskan untuk meminang seli ini saya telah melakukan sedikit research mengenai sepeda lipat, mulai dari kualitas pengelasan, system lipatan/ hinge clampnya, fleksibilitas parts/komponen seperti ukuran seatpost, handlepost, ketersediaan lubang bidon, jenis rem yang digunakan (oya pada foldx platinum ada satu keuntungan yang saat ini sulit didapat pada frame seli lainnya, yaitu kita dapat memilih apakah mau menggunakan rem Vbrake atau discbrake untuk roda belakangnya).
Sampai pada akhirnya saya menyimpulkan bahwa sepeda ini layak untuk dibeli, setelah itu saya hanya melakukan penambahan memasang rak depan dan belakang supaya mudah untuk membawa pannier, selebihnya hanya menambah beberapa aksesoris yang mendukung kenyamanan dan keamanan (seperti lampu sepeda, spion, bel, handgrip, sadel per, tas sadel dan tas frame, ban ukuran 20x1.75, pedal flat, dan grupset 9speed)
Kini sepeda telah siap, saatnya menorehkan catatan perjalanan lagi (baik itu mengulang beberapa spot yang dulu pernah saya lakukan maupun mencoba mencari spot-spot baru lainnya yang belum populer)
Bagi kalian yang baru saja mulai mencoba hobby bersepeda dan ingin menekuninya, jangan lupa untuk tetap tertib berlalu-lintas ya, dan jaga kebersihan serta kelestarian dari tempat-tempat yang kalian kunjungi, dan yang terpenting nikmatilah setiap kayuhanmu dan yakinlah bahwa apapun jenis sepeda yang kalian gunakan pastinya itulah sepeda yang terbaik karena kalian telah memilihnya menjadi teman perjalanan kalian, jadi ayo mulai cerita petualangan kalian dan sampai jumpa di petualangan The Unfolding Journey berikutnya
“I Want to see the world. Follow a map to its edges, and keep going. Forgo the plans, trust my instincts. Let curiousity be my guide. I want to change hemispheres. Sleep with unfamiliar stars. And let the journey unfold before me”