Lokasi : Perumahan Jakarta Garden City, Cakung, Jakarta Timur (1 Mei 2011)
event : Fun Race (funbike dengan menggabungkan jalur road dan XC)
Sebenarnya event ini terselenggara berkat kerjasama antara pihak developer perumahan Jakarta Garden City dengan Komunitas Sepeda Kaskus regional Jakarta Timur yang ditunjuk sebagai Tim pelaksana penyelenggaraan event ini dalam rangka launching komplek perumahan tersebut.
Dengan mengusung tema hunian yang ramah lingkungan, agaknya pihak developer benar-benar jeli dalam melihat segmen pasar yang trend saat ini cenderung menginginkan hunian dengan lingkungan yang masih asri. Oleh karena itulah dalam rangka memperkenalkan kepada pasar maka dibuatlah event funbike dengan konsep yang unik, karena jika biasanya funbike selalu diadakan di rute aspal yang halus, namun kali ini funbike dibuat dengan menggabungkan rute aspal dan rute XC yang khusus diperuntukkan bagi pengguna sepeda jenis MTB, sedangkan untuk pengguna sepeda road atau seli tetap menempuh jalur aspal saja.
Seluruh rute baik itu road dan XC dipersiapkan oleh rekan-rekan dari Komunitas Sepeda Kaskus, mulai dari menentukan rute - mencangkul dan mempersiapkan area XC - membersihkan ilalang - hingga mempersiapkan peralatan medis dan safetynya. Pihak developer hanya membantu dari segi pendanaan, lokasi, dan penyediaan peralatan untuk event tersebut.
Menunggu detik-detik yang mendebarkan
Para peserta mulai berdatangan
Hadiah utama (semua hadiah yang disediakan benar-benar hanya seputar peralatan bersepeda)
Mari ajarkan anak untuk bersepeda sedari kecil sehingga saat besar nanti mereka belajar untuk memelihara lingkungannya
Peserta melalui rute onroad saat awal start
Peserta memasuki medan tanah yang merupakan area pembangunan yang belum selesai
Melintasi tepian danau buatan
Memasuki finish, tetapi ini belum usai karena masih ada pertandingan time trial melalui jalur XC yang khusus diperuntukkan bagi mereka yang telah lolos uji stamina dan scrutineering sepeda
Para peserta time trial bersiap
Yang menarik dalam event ini ada beberapa peserta anak yang berani mencoba rute XC dengan diawasi dan dibantu oleh para marshall dari panitia
Walau masih kecil tapi untuk urusan safety tetap nomer satu (use helmet is a must)
Inilah beberapa peserta yang menjadi "pemandangan" tersendiri dalam fun race ini (terutama bagi panitia untuk mengusir rasa lelah)
Akhirnya event fun race ini berakhir dengan sukses tanpa ada kendala yang berarti, walau masih ada beberapa kekurangan di sana-sini tetapi itu menjadi pengalaman bagi semua terutama panitia dalam mempersiapkan event berikutnya.
Keceriaan diwajah panitia seakan melupakan rasa lelah dalam mempersiapkan event ini
Keceriaan diwajah panitia seakan melupakan rasa lelah dalam mempersiapkan event ini
Semua berawal dari dunia maya yang kemudian dipersatukan karena kesamaan hobby, hingga akhirnya terwujud menjadi sebuah kesatuan layaknya persaudaraan.
Yup karena bersepedalah pada akhirnya saya mempunyai banyak teman-teman baru dan saudara-saudara baru.
"from cyberhood to brotherhood of cyclist"
Saturday, 14 July 2012
Car Free Day HI
Lokasi : Rute CFD Jakarta (Sudirman - HI - Monas)
Waktu : Setiap hari Minggu pagi (06.00 WIB - 11.00 WIB)
Jakarta, salah satu Kota Metropolitan dengan tingkat pencemaran polusi udara tertinggi di Indonesia sebagai akibat atau efek samping negatif dari perkembangan kota menuju modernisasi (yang salah kaprah) tampaknya mulai berbenah (yang semoga bukan untuk pencitraan semata) dengan mencanangkan program Car Free Day atau Hari Bebas Kendaraan Bermotor setiap minggunya di rute-rute yang telah ditentukan dengan tujuan mengurangi tingkat pencemaran emisi gas buang kendaraan bermotor dan juga sebagai sarana sosialisasi dan rekreasi bagi warganya.
Warga Jakarta yang setiap harinya merasa jenuh, stress, dan tertekan oleh kemacetan yang seakan semakin susah terurai dari hari ke hari, tekanan kerja, serta semrawutnya transportasi publik, seakan melampiaskan semua rasa penatnya pada saat Car Free Day berlangsung.
Di sepanjang Jl. Sudirman - bundaran HI - hingga monas dipenuhi oleh orang-orang yang berolahraga, baik itu bersepeda, berjalan kaki, jogging, senam sehat, hingga atraksi-atraksi yang diselenggarakan oleh berbagai perusahaan dengan mengusung slogan "Go Green"-nya. Saya bersama pasangan gowes saya pun menyempatkan diri untuk datang untuk melihat bagaimana program CFD ini berlangsung dengan menggunakan sepeda jadul kami masing-masing.
Beristirahat sejenak di Trotoar Bundaran Hotel Indonesia
Wahai Panglima Besar Jenderal Soedirman, apa yang akan kau katakan seandainya kau masih hidup dan melihat bagaimana tata kelola Negara ini sekarang
Seandainya kebiasaan seperti ini dilakukan setiap hari tentu Jakarta akan menjadi kota yang lebih manusiawi dan tidak macet ataupun terpolusi (sebuah solusi yang seakan sengaja tidak dipikirkan oleh mereka yang berkuasa)
Narsis di Jl. Sudirman
Narsis di Bundaran HI pake ilmu membelah diri :)
Beristirahat sejenak di Monas
Diperjalanan pulang selepas mengikuti kegiatan CFD (atau mungkin lebih tepat jika disebut Car Free Hours, karena tidak berlangsung selama satu hari penuh melainkan hanya beberapa jam saja), saya berpikir dan berharap semoga ke depannya para pembuat kebijakan di Negeri ini mau benar-benar memikirkan sebuah solusi jangka panjang untuk menciptakan kebijakan yang dapat menjadikan sebuah kota atau jika memungkinkan sebuah negara ini menjadi sebuah tempat yang benar-benar dapat memanusiakan warganya, dan harapan itu tidak akan pernah mati di pikiran saya :)
Waktu : Setiap hari Minggu pagi (06.00 WIB - 11.00 WIB)
Jakarta, salah satu Kota Metropolitan dengan tingkat pencemaran polusi udara tertinggi di Indonesia sebagai akibat atau efek samping negatif dari perkembangan kota menuju modernisasi (yang salah kaprah) tampaknya mulai berbenah (yang semoga bukan untuk pencitraan semata) dengan mencanangkan program Car Free Day atau Hari Bebas Kendaraan Bermotor setiap minggunya di rute-rute yang telah ditentukan dengan tujuan mengurangi tingkat pencemaran emisi gas buang kendaraan bermotor dan juga sebagai sarana sosialisasi dan rekreasi bagi warganya.
Warga Jakarta yang setiap harinya merasa jenuh, stress, dan tertekan oleh kemacetan yang seakan semakin susah terurai dari hari ke hari, tekanan kerja, serta semrawutnya transportasi publik, seakan melampiaskan semua rasa penatnya pada saat Car Free Day berlangsung.
Di sepanjang Jl. Sudirman - bundaran HI - hingga monas dipenuhi oleh orang-orang yang berolahraga, baik itu bersepeda, berjalan kaki, jogging, senam sehat, hingga atraksi-atraksi yang diselenggarakan oleh berbagai perusahaan dengan mengusung slogan "Go Green"-nya. Saya bersama pasangan gowes saya pun menyempatkan diri untuk datang untuk melihat bagaimana program CFD ini berlangsung dengan menggunakan sepeda jadul kami masing-masing.
Beristirahat sejenak di Trotoar Bundaran Hotel Indonesia
Wahai Panglima Besar Jenderal Soedirman, apa yang akan kau katakan seandainya kau masih hidup dan melihat bagaimana tata kelola Negara ini sekarang
Seandainya kebiasaan seperti ini dilakukan setiap hari tentu Jakarta akan menjadi kota yang lebih manusiawi dan tidak macet ataupun terpolusi (sebuah solusi yang seakan sengaja tidak dipikirkan oleh mereka yang berkuasa)
Narsis di Jl. Sudirman
Narsis di Bundaran HI pake ilmu membelah diri :)
Beristirahat sejenak di Monas
Diperjalanan pulang selepas mengikuti kegiatan CFD (atau mungkin lebih tepat jika disebut Car Free Hours, karena tidak berlangsung selama satu hari penuh melainkan hanya beberapa jam saja), saya berpikir dan berharap semoga ke depannya para pembuat kebijakan di Negeri ini mau benar-benar memikirkan sebuah solusi jangka panjang untuk menciptakan kebijakan yang dapat menjadikan sebuah kota atau jika memungkinkan sebuah negara ini menjadi sebuah tempat yang benar-benar dapat memanusiakan warganya, dan harapan itu tidak akan pernah mati di pikiran saya :)
Kebun Binatang Ragunan
Lokasi tujuan goweswisata kali ini adalah Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Selatan (23 Januari 2011)
Harga tiket masuk :
- Dewasa : Rp 4.000,-
- Anak : Rp 3.000,-
- Asuransi : Rp 500,-
Kendaraan :
- Bus / Truk : Rp 10.000,-
- Mobil : Rp 5.000,-
- Motor : Rp 2.500,-
- Asuransi : Rp 500,-
Sebenarnya tujuan awal goweswisata kali ini bukanlah ke Kebun Binatang Ragunan, awalnya kami hanya ingin bersepeda ke TMII saja (jadi gowes ke Ragunan ini benar-benar diluar rencana kami).
Start dari rumah seperti biasa jam 06.00 WIB, awalnya tujuan gowes kami adalah ke TMII, sehingga rutenya pun benar-benar menuju kesana, yaitu melewati Pangkalan Jati - Jl.jatiwaringin - Lubang Buaya - Pondok Gede, Jakarta Timur.
Ditengah perjalanan cuaca mendadak gerimis, untunglah tidak berlangsung lama sehingga kami pun dapat kembali meneruskan perjalanan ini.
Setelah sampai di TMII kami pun berjumpa dengan rombongan goweser lain dan berkenalan dengan mereka yang ternyata berasal dari JatiPadang Cycling Community. Kami pun akhirnya diajak masuk ke dalam memutari TMII (harga tiket masuk Rp 9.000,-). Di dalam TMII pada hari minggu pagi rupanya juga dimanfaatkan oleh warga sekitar maupun pengunjung untuk berolahraga maupun berekreasi beserta anggota keluarganya, tidak ketinggalan adanya pasar kaget di dalam area TMII juga turut menambah keramaian TMII itu sendiri
Setelah selesai memutari TMII yang ternyata cukup singkat waktunya,kami pun iseng bertanya kira-kira kalau mau ke Ragunan berapa jaraknya, mengingat mereka juga berdomisili disekitar sana. Akhirnya daripada langsung pulang dan waktu yang masih terhitung pagi, kami pun mencoba meneruskan perjalanan ini menuju Ragunan, akhirnya gowes dadakan ini pun berlanjut.
Dari TMII, keluar melalui pintu utama kemudian memutar balik melalui terowongan untuk kemudian menuju ke arah Kampung Rambutan - Jatipadang, kami pun hanya mengikuti rombongan gowes didepan saja sampai akhirnya kami meneruskan perjalanan berdua saja setelah melewati JatiPadang. Bermodal papan petunjuk lalu lintas dan bertanya kepada orang akhirnya kami sampai di Jl. TB. Simatupang dan langsung menuju Ragunan melewati pintu samping (ternyata jaraknya lumayan jauh dari TMII menuju Ragunan). Oya sekedar saran sebelum masuk Ragunan lebih baik membawa makanan sendiri atau makan dulu di tempat-tempat makan sebelum menuju Ragunan, karena harga makanan didalam Ragunan lebih mahal, tidak sesuai dengan papan keterangan harga menu makanan yang dipajang didepan tempat makan tersebut, sehingga daripada kecewa karena merasa tertipu lebih baik membawa makanan sendiri saja (semoga pemilik-pemilik kantin tersebut sadar bahwa perbuatan curang tersebut hanya akan membawa kerugian jangka panjang bagi mereka).
istirahat sejenak di depan loket tiket masuk Ragunan
Karena areal Ragunan yang cukup luas, maka didalam juga disediakan tempat persewaan sepeda bagi pengunjung sehingga memudahkan mereka untuk menjelajahi Ragunan. Kami pun hanya membayar tiket masuk sebesar Rp 5.000,- /orang untuk masuk ke Ragunan (sepeda hanya dikenakan biaya Rp 500,-)
Paling tidak dengan harga tiket yang lebih murah jika dibandingkan dengan tempat wisata lain di Jakarta, Ragunan merupakan salah satu lokasi yang sangat pas untuk berwisata edukasi mengenalkan beragam satwa dan tumbuhan kepada anak-anak sedari kecil supaya kedepannya mereka dapat lebih mengenal dan menjaga serta memelihara kelestarian ragam hayati dan hewani yang ada di alam bebas.
walaupun hanya menggunakan sepeda jadul tipe marin generik (saya), dan sepeda uk.24 senator single speed (pasangan saya), tetapi terbukti kami sanggup menempuh rute-rute jauh, memang pada akhirnya apapun tipe sepedanya yang terpenting adalah semangat gowesnya dan menikmati setiap kayuhan pedal ini.
Kami pun kemudian meneruskan perjalan pulang sekitar jam 14.00 WIB dengan menempuh rute melalui Mampang - Kuningan - Casablanca - Cipinang - Buaran. Entahlah sudah berapa km jarak yang telah kami tempuh, yang pasti sangat melelahkan tetapi menyenangkan karena kami menikmati gowes kali ini dan lebih senang lagi karena kendaraan kami tidak menambah polusi yang merusak alam
"The Joy is on the journey it self, not the destination"
Harga tiket masuk :
- Dewasa : Rp 4.000,-
- Anak : Rp 3.000,-
- Asuransi : Rp 500,-
Kendaraan :
- Bus / Truk : Rp 10.000,-
- Mobil : Rp 5.000,-
- Motor : Rp 2.500,-
- Asuransi : Rp 500,-
Sebenarnya tujuan awal goweswisata kali ini bukanlah ke Kebun Binatang Ragunan, awalnya kami hanya ingin bersepeda ke TMII saja (jadi gowes ke Ragunan ini benar-benar diluar rencana kami).
Start dari rumah seperti biasa jam 06.00 WIB, awalnya tujuan gowes kami adalah ke TMII, sehingga rutenya pun benar-benar menuju kesana, yaitu melewati Pangkalan Jati - Jl.jatiwaringin - Lubang Buaya - Pondok Gede, Jakarta Timur.
Ditengah perjalanan cuaca mendadak gerimis, untunglah tidak berlangsung lama sehingga kami pun dapat kembali meneruskan perjalanan ini.
Setelah sampai di TMII kami pun berjumpa dengan rombongan goweser lain dan berkenalan dengan mereka yang ternyata berasal dari JatiPadang Cycling Community. Kami pun akhirnya diajak masuk ke dalam memutari TMII (harga tiket masuk Rp 9.000,-). Di dalam TMII pada hari minggu pagi rupanya juga dimanfaatkan oleh warga sekitar maupun pengunjung untuk berolahraga maupun berekreasi beserta anggota keluarganya, tidak ketinggalan adanya pasar kaget di dalam area TMII juga turut menambah keramaian TMII itu sendiri
Setelah selesai memutari TMII yang ternyata cukup singkat waktunya,kami pun iseng bertanya kira-kira kalau mau ke Ragunan berapa jaraknya, mengingat mereka juga berdomisili disekitar sana. Akhirnya daripada langsung pulang dan waktu yang masih terhitung pagi, kami pun mencoba meneruskan perjalanan ini menuju Ragunan, akhirnya gowes dadakan ini pun berlanjut.
Dari TMII, keluar melalui pintu utama kemudian memutar balik melalui terowongan untuk kemudian menuju ke arah Kampung Rambutan - Jatipadang, kami pun hanya mengikuti rombongan gowes didepan saja sampai akhirnya kami meneruskan perjalanan berdua saja setelah melewati JatiPadang. Bermodal papan petunjuk lalu lintas dan bertanya kepada orang akhirnya kami sampai di Jl. TB. Simatupang dan langsung menuju Ragunan melewati pintu samping (ternyata jaraknya lumayan jauh dari TMII menuju Ragunan). Oya sekedar saran sebelum masuk Ragunan lebih baik membawa makanan sendiri atau makan dulu di tempat-tempat makan sebelum menuju Ragunan, karena harga makanan didalam Ragunan lebih mahal, tidak sesuai dengan papan keterangan harga menu makanan yang dipajang didepan tempat makan tersebut, sehingga daripada kecewa karena merasa tertipu lebih baik membawa makanan sendiri saja (semoga pemilik-pemilik kantin tersebut sadar bahwa perbuatan curang tersebut hanya akan membawa kerugian jangka panjang bagi mereka).
istirahat sejenak di depan loket tiket masuk Ragunan
Karena areal Ragunan yang cukup luas, maka didalam juga disediakan tempat persewaan sepeda bagi pengunjung sehingga memudahkan mereka untuk menjelajahi Ragunan. Kami pun hanya membayar tiket masuk sebesar Rp 5.000,- /orang untuk masuk ke Ragunan (sepeda hanya dikenakan biaya Rp 500,-)
Paling tidak dengan harga tiket yang lebih murah jika dibandingkan dengan tempat wisata lain di Jakarta, Ragunan merupakan salah satu lokasi yang sangat pas untuk berwisata edukasi mengenalkan beragam satwa dan tumbuhan kepada anak-anak sedari kecil supaya kedepannya mereka dapat lebih mengenal dan menjaga serta memelihara kelestarian ragam hayati dan hewani yang ada di alam bebas.
walaupun hanya menggunakan sepeda jadul tipe marin generik (saya), dan sepeda uk.24 senator single speed (pasangan saya), tetapi terbukti kami sanggup menempuh rute-rute jauh, memang pada akhirnya apapun tipe sepedanya yang terpenting adalah semangat gowesnya dan menikmati setiap kayuhan pedal ini.
Kami pun kemudian meneruskan perjalan pulang sekitar jam 14.00 WIB dengan menempuh rute melalui Mampang - Kuningan - Casablanca - Cipinang - Buaran. Entahlah sudah berapa km jarak yang telah kami tempuh, yang pasti sangat melelahkan tetapi menyenangkan karena kami menikmati gowes kali ini dan lebih senang lagi karena kendaraan kami tidak menambah polusi yang merusak alam
"The Joy is on the journey it self, not the destination"
Susur Kanal Banjir Timur (KBT)
Gowes Susur Kanal Banjir Timur KBT (10 April 2011)
Total Jarak : +/- 23km (PP = 46km)
Inilah perjalanan bersepeda yang terhitung cukup jauh dan perdana bagi saya disaat awal memulai menggeluti dunia sepeda lagi setelah sekian lama saya tidak bersepeda (terakhir kali mungkin saat SMP)
Perjalanan ini sebenarnya terhitung muter-muter alias nyasar dikarenakan pada saat itu KBT masih dalam tahap pembangunan, sehingga rute pastinya saya tidak tahu sebelumnya (so i'm totally lost, don't know where to start).
Baiklah, perjalanan kali ini dimulai jam 05.00 WIB dari rumah saya sewaktu masih di Jakarta, di daerah Duren Sawit, Jakarta Timur. Start dari rumah tepat setelah Subuh menuju Bekasi Barat karena saya harus menjemput pasangan gowes saya terlebih dahulu di Bekasi Timur. Gowes saat subuh pun terasa panjang karena suasana masihgelap, sepi, dan dingin, hanya sesekali bertemu tukang sayur yang berangkat memulai aktivitasnya.
Rute berangkat total hanya onroad saja melewati pondok kelapa - lampiri - kalimalang - dan Tikum di depan Bekasi Cyber Park (BCP) di perempatan MM, total waktu hanya sekitar 45 menit saja dan jarak sekitar 19km.
Ternyata pada saat itu juga bertepatan dengan kegiatan Car Free Day Kota Bekasi di sepanjang Jl. A. Yani yang dimeriahkan dengan event funbike, untunglah saya tidak ikut bermacet-macet ria mengikuti funbike karena dari awal perjalanan bersepeda menyusuri KBT ini memang telah direncanakan sebelumnya.
Setelah pasangan gowes saya datang maka perjalanan dilanjutkan menyusuri Jl. Kalimalang menuju Pondok Kopi (sebenarnya hanya karena ketidaktahuan saya saja maka perjalanan ini jadi terkesan muter-muter, sebenarnya jika dari Bekasi (perempatan MM) bisa langsung menuju jalur KBT melalui Harapan Indah via Jl. A. Yani - Jl. raya cakung dan masuk dari jembatan KBT yang melalui Harapan Indah). Akhirnya kita masuk melalui rute KBT yang di Pondok Kopi.
start dari pondok kopi, hanya berdua saja, menggunakan sepeda united dominate standar(saya), dan sepeda uk.24 senator Single Speed (pasangan saya)
awal dari masuk rute KBT pondok kopi,jalanan masih halus berupa cor-coran, setelah itu mulai masuk rute tanah gembur dan sebagian kerikil yang dipadatkan (berharap ban sepeda pasangan saya aman-aman saja, karena menggunakan ban swallow tipe road)
numpang narsis di jembatan penyeberangan KBT
rute jalan yang masih kasar karena pembangunan yang belum selesai
sebenarnya dengan rute jalan yang masih berupa tanah dan kerikil ini lumayan mengasyikkan karena jadi terkesan masih alami seperti jalan pedesaan (maklum di Jakarta susah menemukan rute-rute yang masih alami)
aliran sungai KBT yang masih jernih (entah sampai kapan air yang jernih ini dapat bertahan tetap jernih)
rute yang hanya lurus saja ditambah sinar matahari yang menyengat dan ketiadaan pohon-pohon peneduh disepanjang aliran sungai membuat suasana menjadi benar-benar panas dan gersang, untunglah ada penguapan dari air KBT sehingga menjaga kelembaban suhu. Sekedar saran bagi yang ingin mencoba rute KBT ini lebih baik membawa minum yang banyak karena udara yang cerah membuat badan menjadi cepat dehidrasi. Satu-satunya minimarket untuk tempat beristirahat dan membeli minum atau makanan hanya terletak di Pintu Air ke dua yang ada di MetLand, selebihnya benar-benar sepi tanpa peradaban (usahakan juga membawa tools sepeda dan ban dalam cadangan untuk berjaga-jaga, karena tidak ada bengkel sepeda sepanjang rute)
Pintu Air MetLand, diseberangnya ada komplek perumahan MetLand, minimarket terdekat dan satu-satunya hanya ada disini, jadi lebih baik beristirahat sejenak dan mengisi bekal terutama air minum
akhirnya setelah melewati pintu air Metland mulai tercium aroma laut, artinya laut sudah dekat (akhirnya), sayangnya di Pintu air terakhir mulai tercemar oleh limbah detergen (semoga semua mulai sadar untuk menjaga lingkungan)
akhirnya sampai juga ke laut, ujung dari KBT yang terletak di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara
Istirahat sejenak sembari mengambil dokumentasi foto
akhirnya sukses juga perjalanan perdana bersepeda menyusuri KBT kali ini tanpa kendala apapun, disaat KBT masih dalam tahap pembangunan
Total Jarak : +/- 23km (PP = 46km)
Inilah perjalanan bersepeda yang terhitung cukup jauh dan perdana bagi saya disaat awal memulai menggeluti dunia sepeda lagi setelah sekian lama saya tidak bersepeda (terakhir kali mungkin saat SMP)
Perjalanan ini sebenarnya terhitung muter-muter alias nyasar dikarenakan pada saat itu KBT masih dalam tahap pembangunan, sehingga rute pastinya saya tidak tahu sebelumnya (so i'm totally lost, don't know where to start).
Baiklah, perjalanan kali ini dimulai jam 05.00 WIB dari rumah saya sewaktu masih di Jakarta, di daerah Duren Sawit, Jakarta Timur. Start dari rumah tepat setelah Subuh menuju Bekasi Barat karena saya harus menjemput pasangan gowes saya terlebih dahulu di Bekasi Timur. Gowes saat subuh pun terasa panjang karena suasana masihgelap, sepi, dan dingin, hanya sesekali bertemu tukang sayur yang berangkat memulai aktivitasnya.
Rute berangkat total hanya onroad saja melewati pondok kelapa - lampiri - kalimalang - dan Tikum di depan Bekasi Cyber Park (BCP) di perempatan MM, total waktu hanya sekitar 45 menit saja dan jarak sekitar 19km.
Ternyata pada saat itu juga bertepatan dengan kegiatan Car Free Day Kota Bekasi di sepanjang Jl. A. Yani yang dimeriahkan dengan event funbike, untunglah saya tidak ikut bermacet-macet ria mengikuti funbike karena dari awal perjalanan bersepeda menyusuri KBT ini memang telah direncanakan sebelumnya.
Setelah pasangan gowes saya datang maka perjalanan dilanjutkan menyusuri Jl. Kalimalang menuju Pondok Kopi (sebenarnya hanya karena ketidaktahuan saya saja maka perjalanan ini jadi terkesan muter-muter, sebenarnya jika dari Bekasi (perempatan MM) bisa langsung menuju jalur KBT melalui Harapan Indah via Jl. A. Yani - Jl. raya cakung dan masuk dari jembatan KBT yang melalui Harapan Indah). Akhirnya kita masuk melalui rute KBT yang di Pondok Kopi.
start dari pondok kopi, hanya berdua saja, menggunakan sepeda united dominate standar(saya), dan sepeda uk.24 senator Single Speed (pasangan saya)
awal dari masuk rute KBT pondok kopi,jalanan masih halus berupa cor-coran, setelah itu mulai masuk rute tanah gembur dan sebagian kerikil yang dipadatkan (berharap ban sepeda pasangan saya aman-aman saja, karena menggunakan ban swallow tipe road)
numpang narsis di jembatan penyeberangan KBT
rute jalan yang masih kasar karena pembangunan yang belum selesai
sebenarnya dengan rute jalan yang masih berupa tanah dan kerikil ini lumayan mengasyikkan karena jadi terkesan masih alami seperti jalan pedesaan (maklum di Jakarta susah menemukan rute-rute yang masih alami)
aliran sungai KBT yang masih jernih (entah sampai kapan air yang jernih ini dapat bertahan tetap jernih)
rute yang hanya lurus saja ditambah sinar matahari yang menyengat dan ketiadaan pohon-pohon peneduh disepanjang aliran sungai membuat suasana menjadi benar-benar panas dan gersang, untunglah ada penguapan dari air KBT sehingga menjaga kelembaban suhu. Sekedar saran bagi yang ingin mencoba rute KBT ini lebih baik membawa minum yang banyak karena udara yang cerah membuat badan menjadi cepat dehidrasi. Satu-satunya minimarket untuk tempat beristirahat dan membeli minum atau makanan hanya terletak di Pintu Air ke dua yang ada di MetLand, selebihnya benar-benar sepi tanpa peradaban (usahakan juga membawa tools sepeda dan ban dalam cadangan untuk berjaga-jaga, karena tidak ada bengkel sepeda sepanjang rute)
Pintu Air MetLand, diseberangnya ada komplek perumahan MetLand, minimarket terdekat dan satu-satunya hanya ada disini, jadi lebih baik beristirahat sejenak dan mengisi bekal terutama air minum
akhirnya setelah melewati pintu air Metland mulai tercium aroma laut, artinya laut sudah dekat (akhirnya), sayangnya di Pintu air terakhir mulai tercemar oleh limbah detergen (semoga semua mulai sadar untuk menjaga lingkungan)
akhirnya sampai juga ke laut, ujung dari KBT yang terletak di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara
Istirahat sejenak sembari mengambil dokumentasi foto
akhirnya sukses juga perjalanan perdana bersepeda menyusuri KBT kali ini tanpa kendala apapun, disaat KBT masih dalam tahap pembangunan
Sekapur Sirih Catatan Perjalanan
Akhirnya setelah sekian lama saya menikmati perjalanan bersepeda, mencari rute-rute baru yang masih alami, serta menghindari polusi yang semakin hari rasanya semakin terkontaminasi saja, maka saya pun mulai mengumpulkan beberapa hasil dokumentasi selama perjalanan dan petualangan bersepeda ini untuk kemudian dijadikan dan disajikan dalam bentuk tulisan berupa catatan gowes yang saya harapkan dapat memberi manfaat bagi para pembaca semua, baik itu kepada sesama pesepeda maupun bagi mereka yang haus akan petualangan menjelajahi keindahan alam dan kekayaan budaya yang ada dan dimiliki oleh negeri tercinta kita, Indonesia.
Adapun alasan mengapa saya memilih menggunakan alat transportasi dalam perjalanan ini berupa sepeda karena dengan bersepeda saya seakan kembali menemukan makna hidup, arti hidup yang seiring waktu dan jarak tempuh yang telah dilalui semakin mendewasakan saya dalam berpikir. Bersepeda mengajari saya tentang arti kebahagiaan, ketulusan yang didapat dari orang-orang yang saya temui sepanjang perjalanan ini, baik itu berupa sapaan, semangat, pertanyaan, dan berbagai hal lainnya yang secara tidak langsung telah memberi warna dalam perjalanan dan tulisan ini.
Selain itu dengan bersepeda maka saya pun turut menjaga keindahan alam yang saya kunjungi, karena paling tidak saya tidak membawa polusi ke lokasi yang saya kunjungi. Walaupun terkesan sepele tetapi pada prinsipnya saya datang ke suatu lokasi untuk mengagumi keindahan alam serta budayanya, jika saya membawa sesuatu yang kelak dikemudian hari dapat mencemari atau mengurangi keindahan alam tersebut lalu apa yang tersisa untuk generasi berikutnya? jangan sampai mereka hanya dapat melihat atau mengetahui dari catatan-catatan pendahulunya ataupun foto-foto terdahulu saja.
Bersepeda juga mengajari saya arti berbagi, salah satunya yaitu berbagi jalan, disaat banyak kendaraan bermesin yang mengklakson kita atau memacu kendaraannya dengan cepat dan ugal-ugalan, saya hanya dapat menggelengkan kepala dan bersabar, karena toh saya tidak mungkin dapat menyalip mereka dengan hanya mengandalkan kekuatan dengkul atau kayuhan ini dibanding mereka yang hanya tinggal menekan gas. Tetapi hidup memang adil, semua pasti ada balasannya, disaat mereka yang mengendarai kendaraan bermesin sibuk berdemo, protes dan panik karena kenaikan harga BBM yang menyebabkan mereka rela antri seharian di SPBU, saya hanya tenang-tenang saja karena bahan bakarnya hanya nasi dan lauk seadanya serta teh manis.
Mereka yang mengendarai kendaraan bermesin pun cenderung mengalami stress dan mempunyai emosi yang tinggi dikarenakan ketidakmampuan Pemerintah menyediakan angkutan publik yang ramah lingkungan dan nyaman bagi warganya, sehingga mereka setiap harinya harus berjibaku menembus kemacetan terutama di daerah perkotaan.Semua menjadi korban dari gagalnya sistem pemerintahan dan pendidikan yang mengagung-agungkan gelar, prestise, dan menghasilkan banyak lulusan pintar tetapi tidak membawa manfaat bagi lingkungan sekitar dan kehidupan bernegara ini.
Ya, budaya berjalan kaki dan bersepeda sepertinya semakin hari semakin dilupakan oleh masyarakat kita, dan hal tersebut tidak hanya terjadi di perkotaan saja, melainkan juga telah merambah hingga ke daerah pedesaan. Semua tergerus dengan dalih modernisasi, sehingga mempunyai kendaraan bermotor menjadi suatu lambang prestise yang seakan mencerminkan status sosial dan tingkat ekonomi seseorang, baik itu oleh perorangan secara individual maupun oleh Pemerintah. Hasilnya bisa dilihat dari bagaimana buruknya tata kelola lingkungan dimana Ruang Terbuka Hijau dan jalur pedestrian bukan menjadi poin utama dalam perencanaan kota, walaupun secara blueprint mungkin telah direncanakan tetapi pada pelaksanaannya seakan hanya menjadi formalitas semata, dan slogan-slogan "go green" pun hanya riuh pada saat pemilihan calon pemimpin baru, proyek-proyek pembangunan, dan event-event yang ujung-ujungnya hanya mengejar keuntungan financial maupun pencitraan yang dibungkus dengan rapi dan bernuansa "seolah hijau".
Akhir kata supaya maksud dan tujuan dari pembuatan Blog ini tidak terlalu out of topic maka sekian kiranya sepenggal pengantar pembuka Blog ini. Semoga pada akhirnya semua pembaca dan penikmat Blog ini dapat bersama-sama menjadikan Negeri Tercinta kita ini tetap terjaga indah dan keindahannya tidak berkurang sama sekali tergerus modernisasi yang kebablasan, sehingga di kemudian hari dapat pula dinikmati oleh generasi penerus berikutnya.
Wassalam
Akuntanu Widyantono
(The Author of Gowes Wisata)
ps : terimakasih kepada semua rekan-rekan yang telah menemani dan bertemu selama perjalanan ini, kehadiran kalian telah memberi warna dalam perjalanan dan petualangan ini, semoga suatu saat kita bersama-sama dapat mewujudkan impian yang lebih besar lagi dan membawa perubahan positif bagi Negara Tercinta kita.
"one man can make a change, if you're doubt about it at least don't bother that man"
Adapun alasan mengapa saya memilih menggunakan alat transportasi dalam perjalanan ini berupa sepeda karena dengan bersepeda saya seakan kembali menemukan makna hidup, arti hidup yang seiring waktu dan jarak tempuh yang telah dilalui semakin mendewasakan saya dalam berpikir. Bersepeda mengajari saya tentang arti kebahagiaan, ketulusan yang didapat dari orang-orang yang saya temui sepanjang perjalanan ini, baik itu berupa sapaan, semangat, pertanyaan, dan berbagai hal lainnya yang secara tidak langsung telah memberi warna dalam perjalanan dan tulisan ini.
Selain itu dengan bersepeda maka saya pun turut menjaga keindahan alam yang saya kunjungi, karena paling tidak saya tidak membawa polusi ke lokasi yang saya kunjungi. Walaupun terkesan sepele tetapi pada prinsipnya saya datang ke suatu lokasi untuk mengagumi keindahan alam serta budayanya, jika saya membawa sesuatu yang kelak dikemudian hari dapat mencemari atau mengurangi keindahan alam tersebut lalu apa yang tersisa untuk generasi berikutnya? jangan sampai mereka hanya dapat melihat atau mengetahui dari catatan-catatan pendahulunya ataupun foto-foto terdahulu saja.
Bersepeda juga mengajari saya arti berbagi, salah satunya yaitu berbagi jalan, disaat banyak kendaraan bermesin yang mengklakson kita atau memacu kendaraannya dengan cepat dan ugal-ugalan, saya hanya dapat menggelengkan kepala dan bersabar, karena toh saya tidak mungkin dapat menyalip mereka dengan hanya mengandalkan kekuatan dengkul atau kayuhan ini dibanding mereka yang hanya tinggal menekan gas. Tetapi hidup memang adil, semua pasti ada balasannya, disaat mereka yang mengendarai kendaraan bermesin sibuk berdemo, protes dan panik karena kenaikan harga BBM yang menyebabkan mereka rela antri seharian di SPBU, saya hanya tenang-tenang saja karena bahan bakarnya hanya nasi dan lauk seadanya serta teh manis.
Mereka yang mengendarai kendaraan bermesin pun cenderung mengalami stress dan mempunyai emosi yang tinggi dikarenakan ketidakmampuan Pemerintah menyediakan angkutan publik yang ramah lingkungan dan nyaman bagi warganya, sehingga mereka setiap harinya harus berjibaku menembus kemacetan terutama di daerah perkotaan.Semua menjadi korban dari gagalnya sistem pemerintahan dan pendidikan yang mengagung-agungkan gelar, prestise, dan menghasilkan banyak lulusan pintar tetapi tidak membawa manfaat bagi lingkungan sekitar dan kehidupan bernegara ini.
Ya, budaya berjalan kaki dan bersepeda sepertinya semakin hari semakin dilupakan oleh masyarakat kita, dan hal tersebut tidak hanya terjadi di perkotaan saja, melainkan juga telah merambah hingga ke daerah pedesaan. Semua tergerus dengan dalih modernisasi, sehingga mempunyai kendaraan bermotor menjadi suatu lambang prestise yang seakan mencerminkan status sosial dan tingkat ekonomi seseorang, baik itu oleh perorangan secara individual maupun oleh Pemerintah. Hasilnya bisa dilihat dari bagaimana buruknya tata kelola lingkungan dimana Ruang Terbuka Hijau dan jalur pedestrian bukan menjadi poin utama dalam perencanaan kota, walaupun secara blueprint mungkin telah direncanakan tetapi pada pelaksanaannya seakan hanya menjadi formalitas semata, dan slogan-slogan "go green" pun hanya riuh pada saat pemilihan calon pemimpin baru, proyek-proyek pembangunan, dan event-event yang ujung-ujungnya hanya mengejar keuntungan financial maupun pencitraan yang dibungkus dengan rapi dan bernuansa "seolah hijau".
Akhir kata supaya maksud dan tujuan dari pembuatan Blog ini tidak terlalu out of topic maka sekian kiranya sepenggal pengantar pembuka Blog ini. Semoga pada akhirnya semua pembaca dan penikmat Blog ini dapat bersama-sama menjadikan Negeri Tercinta kita ini tetap terjaga indah dan keindahannya tidak berkurang sama sekali tergerus modernisasi yang kebablasan, sehingga di kemudian hari dapat pula dinikmati oleh generasi penerus berikutnya.
Wassalam
Akuntanu Widyantono
(The Author of Gowes Wisata)
ps : terimakasih kepada semua rekan-rekan yang telah menemani dan bertemu selama perjalanan ini, kehadiran kalian telah memberi warna dalam perjalanan dan petualangan ini, semoga suatu saat kita bersama-sama dapat mewujudkan impian yang lebih besar lagi dan membawa perubahan positif bagi Negara Tercinta kita.
"one man can make a change, if you're doubt about it at least don't bother that man"