Sunday 9 February 2014

Jembatan Gemblung

Setelah sekian lama saya menjelajahi berbagai obyek wisata di Yogyakarta, baik yang sudah dikenal maupun yang masih tersembunyi dan belum banyak diketahui oleh masyarakat umum, mulai yang berlokasi di dalam Kota Yogyakarta dalam kondisi terawat maupun yang untuk mencapainya terpaksa harus blusukan lebih jauh dengan kondisi tidak terawat, ternyata tanpa saya sadari ada lokasi tersembunyi yang berjarak tidak jauh dari kediaman saya sendiri dan sebenarnya sering saya lewati saat saya sedang melakukan agenda gowes wisata ke obyek-obyek wisata lain, obyek tersebut adalah sebuah jembatan kuno peninggalan zaman penjajahan Belanda yang bernama Jembatan Gemblung



Jembatan ini berada di Desa Sumber Kidul, Kalitirto, Berbah, Sleman. Jika dari rute Blok O ikuti jalan saja melewati Paskhas-AAU terus saja kearah timur nanti kita akan melewati Pemakaman Gemblung di sisi kiri jalan, kira-kira 100 meter kemudian kita akan melihat Jembatan Gemblung di sisi kanan jalan, berdampingan dengan jembatan beton modern yang digunakan saat ini


Di bawah jembatan ini mengalir Sungai Opak yang cukup deras. Suasana di sekitar lokasi pun masih sangat asri, karena masih banyak pohon-pohon besar dan rimbun yang menghiasi tempat ini sehingga sejenak kita dapat me-refresh dan me-refill paru-paru kita dengan udara bersih minim polusi






Jembatan Gemblung saat ini memang sudah tidak difungsikan lagi sebagai jembatan utama, perannya yang berjasa sebagai penghubung antar desa pada zaman penjajahan Belanda kini sudah tergantikan oleh kehadiran sebuah jembatan berkonstruksi beton yang terletak tidak jauh dari Jembatan Gemblung. Kondisi Jembatan Gemblung yang tidak terawat dan sudah termakan karat pada besi-besi penopang jembatan tersebut, serta badan jembatan yang sudah mulai bolong-bolong termakan usia kini menjadi daya tarik tersendiri



Dengan lebar Jemabatan sekitar 1 meter dan panjang sekitar 10 meter, pada badan jembatan banyak tumbuh rumput liar dan pohon-pohon kecil yang tumbuh dengan sendirinya, seakan menjadi elemen pelengkap yang menghias dan mempercantik suasana di Jembatan Gemblung

Selain kondisi fisik jembatan yang menarik itu, di sungainya sendiri juga terdapat keunikan khas bentang alam gunung berapi berupa perpaduan batuan karst dan andesit vulkanik. Jejeran batu karstnya berada di bagian sisi timur sungai, sedangkan batuan andesit vulkanik terdapat di sisi barat sungai






Sebenarnya jembatan ini bukan bernama Jembatan Gemblung, nama Gemblung itu sendiri adalah nama pemakaman umum yang berada tidak jauh dari lokasi jembatan tersebut



Menurut keterangan masyarakat sekitar Desa Sumber Kidul, jembatan ini dibangun pada zaman penjajahan Belanda. Jembatan ini dibuat untuk mendukung transportasi pihak Belanda dan warga sekitar ketika ingin menyeberangi Sungai Opak




Jika dahulu Jembatan Gemblung telah menjadi saksi bisu yang berjasa menghubungkan antar desa dan menjadi pendukung transportasi bagi masyarakat sekitar, maka keberadaannya saat ini bisa dijadikan sebuah destinasi wisata maupun lokasi pemotretan model dan pre wedding yang bernuansa asri dan penuh sejarah

Narsis dulu hehe...:)



Main air, awas terpeleset



Tambahan sumber referensi :
- Majalah Travelta edisi 7, Januari-Februari 2013

Luweng Sampang


Setelah pada post sebelumnya hanya berisi foto-foto sepeda saya sewaktu melakukan agenda gowes ke Luweng Sampang, maka pada post kali ini saya akan menyajikan gambaran dan beberapa keterangan mengenai Luweng Sampang itu sendiri

Awalnya saya mengetahui Luweng Sampang ini setelah sebelumnya mencoba googling tentang obyek wisata air terjun yang ada di sekitar Yogyakarta, tanpa sengaja saya menemukan beberapa catatan travel blogger lain mengenai keberadaan air terjun Luweng Sampang ini (dan foto-fotonya cukup menggoda minat untuk melihat langsung ke lokasi hehe)


Rute menuju Luweng Sampang sendiri cukup mudah, kurang lebih hanya berjarak 45km dari kota Jogja, sehingga lokasi ini dapat dijadikan alternatif berwisata air di sekitar Jogja

Peta menuju lokasi


Dengan mengambil start sekitar jam 05.30 saya dan seorang rekan Gowes Wisata, memulai perjalanan ini melalui rute Berbah, dari perempatan JEC kearah timur melalui Blok O,melewati Paskhas terus saja ikuti jalan sampai nantinya tembus di jalan menuju candi Ratu Boko. Atau jika ingin mudah (tapi penuh polusi) bisa melalui jalan Jogja-Solo ke arah Prambanan sampai lampu merah Prambanan, masih terus saja kearah sampang, nah karena saya menggunakan sepeda maka otomatis saya memilih rute yang minim polusi yaitu melalui jalan desa yang banyak belok-belok dan menyusuri pinggir sungai

Patokannya setelah melewati lampu merah Prambanan masih terus sampai melihat papan selamat datang ke Kota Klaten, masih terus saja, sambil melihat keseberang (kanan) nanti ada papan petunjuk arah menuju Gua Maria-Sendang Sriningsih, nah saya kemudian menyeberang dan masuk melalui jalan tersebut, terus saja nanti ketemu SD disisi kiri, masih terus kemudian belok kiri dan ikuti jalan utama, sampai nanti ada pertigaan kekiri arah ke Kantor Kecamatan Gantiwarno kemudian ke kanan, nanti tanya saja kewarga sekitar arah ke sampang atau Luweng Sampang, rutenya cukup mudah kok

Dan satu hal yang membuat saya menyenangi air terjun ini adalah karena tanpa harus menempuh tanjakan berarti hehe...Jika biasanya rute menuju ke air terjun pastilah diwajibkan menempuh tanjakan, maka Luweng Sampang ini berada persis di samping jalan, jika tidak jeli maka kita mungkin melewatinya, padahal dengan lokasi yang tanpa tanjakan saya yakin Luweng Sampang kelak akan menjadi salah satu destinasi favorit para goweser pecinta blusukan dan penggemar main air



Menurut keterangan dari penjaga (juru kunci) Luweng Sampang, yaitu Bapak Legiman, nantinya di tahun 2015 Luweng Sampang secara resmi akan dikelola secara lebih profesional oleh Pemda setempat, karena ijin untuk itu sudah turun,nantinya di sekitar lokasi akan dibangun jalur Pedestrian dan taman untuk pengunjung dan pejalan kaki, fasilitas parkir kendaraan pun akan di tata menjadi lebih baik lagi, yang otomatis tentunya berarti ke depannya akan ada biaya retribusi



Air terjun Luweng Sampang sendiri terdiri dari beberapa tingkat namun yang merupakan obyek utama adalah tingkat yang memiliki ketinggian sekitar 6 meter, dan di apit oleh batu karst yang membentuk semacam gerbang




Dibalik derasnya kucuran air terjun di tingkat utama juga terdapat 2 buah cerukan pada dinding batu yang konon menurut cerita merupakan tempat Sunan Kalijaga melakukan Semedi. Cerukan ini juga cukup besar sehingga bisa digunakan sebagai ruang untuk tidur, saat ini beberapa pengunjung percaya bahwa jika melakukan semedi di dalam cerukan tersebut maka permohonannya akan tercapai (hati-hati terjebak menjadi musyrik ya hehe) bagi saya sendiri cukuplah kisah tersebut menjadi hal yang mewarnai sejarah air terjun tersebut dan mungkin membuat pengunjung menjadi lebih sopan ketika berkunjung kesini dengan tidak melakukan perbuatan yang melanggar norma kesusilaan atau perbuatan vandalisme seperti corat-coret




Untuk bisa mencapai lubang cerukan di dinding maka kita harus berjalan seperti ninja dengan cara menapakkan tangan dan kaki diantara kedua dinding yang berseberangan dikarenakan tinggi air di sekitar jatuhnya air terjun mempunyai kedalaman yang cukup tinggi, terkadang ada yang berhasil namun tak jarang banyak juga yang gagal (karena dengan ketinggian dan sisi dinding yang licin cukup membuat nyali ciut juga)


Air disini pun masih terasa segar, dingin dan bersih. Sumber air berasal dari air hujan, sehingga ketika musim hujan seperti saat saya sedang kesini, air terjun pun mengalir dengan derasnya. Berada disekitar lokasi pun terasa sangat tenang dan damai, cocok bagi yang ingin menenangkan pikiran, suara air terjun+hawa dingin yang masih sejuk+rindangnya pepohonan+dan sepinya lokasi+pemandangan yang tersaji indah, membuat pikiran terasa tenang sejenak melepaskan penat dari aktivitas dan rutinitas sehari-hari




Jadi tunggu apalagi, mari berkunjung ke lokasi ini dengan tetap menjaga keasrian dan kebersihan tempat ini. Akan lebih bagus jika semua kenangan itu terdokumentasikan melalui kumpulan foto dan cerita perjalanan, bukan dengan meninggalkan sampah dan corat-coret alay di sekitar lokasi...:)




update terbaru tentang lokasi ini (September 2014) :

saat sebuah tempat yang memiliki potensi wisata namun masih terabaikan (tidak dipublikasi) awalnya masih asri, namun kini setelah kami (para travel blogger) mencoba mengangkat dan mempublikasikan tempat tersebut dengan tujuan supaya publik mengetahui bahwa masih banyak tempat-tempat menarik di Bumi Pertiwi ini, selain juga untuk membantu perekonomian warga sekitar, sayangnya terkadang ada beberapa "oknum", ya kami menyebutnya sebagai oknum, yang mencoba mengeksploitasi tempat tersebut dengan cara memungut tarif tanpa mengimbanginya dengan pembangunan atau pemeliharaan infrastruktur disekitar lokasi, sehingga terkadang semua pungutan tersebut masuk ke kantong pribadi mereka dengan dalih bahwa merekalah yang menemukan tempat tersebut sehingga merasa berhak untuk melakukan pungutan kepada setiap pengunjung

Luweng Sampang kini dalam kondisi yang tidak sebagus ketika pertama kali saya berkunjung kesana, saat ini kondisi air cenderung kotor oleh sampah pengunjung.

Terlebih jika kita berkunjung saat musim kemarau, maka kondisi akan semakin gersang dan yang bisa dilihat hanyalah kubangan air berwarna hijau. Sayang sekali jika kondisi seperti ini terus dibiarkan hanya untuk mengeruk keuntungan sesaat

Hmmmm...sepertinya saya merindukan Luweng Sampang yang dulu, dimana kami semua bisa bebas berenang di air yang jernih dan dingin dan suasana sekitar yang masih bersih

Wednesday 5 February 2014

Adrenaline Rush ; Luweng Sampang

Pada post kali ini saya bikin agak berbeda karena sekedar untuk majang hasil gowes ga jelas dengan sepeda Adrenaline Agent TR2 saya hehe... (jadi maklumin kalau kebanyakan foto sepedanya saja) untuk cerita dan rute menuju Luweng Sampangnya akan dibahas secara mendetail di post berikutnya (soalnya belum saya ketik cerita+edit foto-fotonya)

intinya post kali ini just for fun saja...:)

welcome to the neighborhood


entering the track


scooping the lines


mud is a part of joy


road, but not for long


relaxing after the torture


that's an MTB should be


being dirty is always fun


keep rockin' dude


what a beautiful scenery


target of the day finished


Ride more...dirt more...:)